Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Sebelum mengulas lebih lanjut mengenai kalimat yang tertulis pada judul diatas “Akuilah Bapakmu Sebagai Bapakmu, BUKAN Bapak Orang Lain Sebagai Bapakmu” , ada 3 point yang perlu diperhatikan terlebih dahulu, yakni :

1. Memilih suatu agama adalah HAK ASASI setiap manusia.
2. Agamaku untukku,dan Agamamu untukmu (mendalami agama masing-masing, dan menghormati agama orang lain).
3. Ajaran setiap agama TIDAK bersifat rasial.

Menurut pemahaman penulis, ada beberapa hal yang ingin disampaikan dalam kalimat tersebut, diantaranya :

1. Tidak perduli seburuk apa, atau sebodoh apa. atau sejahat apa orang tua saya; apapun Agama yang dianutnya, Beliau TETAPLAH orang tua saya. Tanpa mereka, saya TIDAK AKAN pernah ada. Oleh karena itu, saya tidak akan sekali pun mengingkari mereka, dengan MENGAKUI orang lain sebagai orang tua saya.

2. Walaupun orang tua (dan leluhur) saya telah meninggal, saya TETAPLAH harus menghormati Beliau. Saya TIDAK AKAN sekali pun menganggap mereka sebagai setan atau iblis!

3. Sebagai seseorang yang berasal dari keturunan SUKU HUA (华人), sudah sewajarnya jika saya mendalami warisan suku Hua. Apa sajakah itu? Antara lain adalah : bahasa mandarin, bela diri wushu, tradisi dan kebudayaan Tionghoa, maupun agama kepercayaannya.

berlian

Sesungguhnya, leluhur saya telah mewarisi saya dengan BERLIAN yang begitu banyak. Walaupun selama ini berlian tersebut sudah tertutup debu, namun berlian TETAPLAH berlian!

Alangkah sayangnya jika saya sebagai GENERASI PENERUS, tidak mau menggali peninggalan-peninggalan leluhur saya, dan memilih untuk menggali peninggalan leluhur dari orang lain.

Jikalau memang berlian yang ditinggalkan oleh leluhur saya kurang gemerlap, seharusnya TUGAS SAYALAH sebagai generasi penerus, untuk menggosoknya kembali, memotong dan memperbaikinya lagi, sehingga berlian tersebut menjadi LEBIH BERKILAU.

Betapa akan kecewanya saya, jika ternyata anak cucu saya menganggap berlian-berlian yang saya wariskan SEBAGAI BELING, dan lebih memilih untuk mengolah warisan orang lain. SEMOGA suatu hari nanti, saudara-saudara saya mau bersama-sama menggosok warisan leluhur kami, dan menyingkirkan debu-debu tersebut.

Nabi Lao Zi dalam kitabnya Dao De Jing menasihati bahwa dalam sebuah keluarga, sebagai anak cucu kita harus bisa BERBAKTI (孝, Xiao) kepada orang tua dan leluhur. Sebaliknya, sebagai orang tua, kita harus bisa selalu menyayangi dan mengayomi anak cucu (慈, Ci).

Lantas, apabila ada “saudara jauh“ saya lainnya yang ingin bersama-sama menggosok warisan leluhur kami, apakah tidak boleh? Tentu boleh-boleh saja. Namun, apakah tidak lebih baik, jika “saudara jauh“ saya tersebut menggosok warisan leluhurnya sendiri?

Penulis : Guchao – dengan pengeditan seperlunya

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

2 thoughts on “Akuilah Bapakmu Sebagai Bapakmu, Bukan Bapak Orang Lain Sebagai Bapakmu”

Leave a Reply to andree Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?