Last Updated on 5 May 2021 by Herman Tan

Tian Shang Sheng Mu [Hanzi : 天上聖母) dikenal pula dengan sebutan Ma Zu [媽祖] atau Mak Co (dialek Hokkian) yang berarti ‘Ibu yang Suci’. Memiliki nama kecil Lin Mo Niang [林默娘]. Beliau dianggap sebagai Dewi Pelindung Lautan dan Perantauan bangsa Tiongkok.

Lahir di pulau Meizhou (湄洲岛), Putian, Fujian, pada tanggal 23 bulan 3 penanggalan Imlek di tahun Jian Long pertama, pada masa pemerintahan Kaisar Song Taizu dari Dinasti Song Utara (960), sebagai putri ke 7. Ayahnya bernama Lin Yuan, pernah menduduki jabatan sebagai pengurus di Provinsi Fujian.

A. Masa Kecil hingga Remaja

Diceritakan bahwa ketika lahir Lin Mo Niang tidak pernah menangis selama sebulan. Saat kelahiran-Nya, seberkas sinar merah menyoroti langit2 kamar dan menyebarkan wewangian ke seluruh penjuru selama 10 hari.

Semenjak kecil, Lin Mo Niang telah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia masuk sekolah pada usia 7 tahun dan tidak pernah lupa pada apa yang telah diajarkan padanya. Lin Mo Niang juga tekun berdoa, berbakti pada orang tua, dan suka menolong para tetangganya yang sedang kesulitan.

mazu goddess
Tampak Patung “Mazu statue” di Meizhou, Taiwan (foto : cits.net)

Konon Ia pernah mendapatkan kitab suci rahasia dari Maha Dewa Tai Shang Lao Jun (太上老君). Sejak saat itu, Ia dengan giat belajar ilmu kedewaan, sehingga bisa mengusir roh jahat dan membantu para nelayan dan masyarakat desa yang terkena musibah.

Oleh sebab itu, Lin sangat dihormati oleh masyarakat disekitarnya kala itu.

Ia juga mahir dalam mengobati berbagai penyakit, sehingga orang2 desa setempat memanggilnya Ling Nu (令女; Gadis Mukzizat), Long Nu (龙女; Gadis Naga), dan Shen Gu (神姑; Bibi Sakti).

Meskipun tinggal di tepi pantai, Lin Mo Niang baru belajar berenang saat usia 15 tahun. Namun Ia segera menjadi perenang yang hebat. Ia mengenakan pakaian berwarna merah di tepi pantai, untuk memandu kapal2 nelayan kembali ke rumah, sekalipun pada saat itu cuaca sedang sangat buruk dan berbahaya.

B. Menyelamatkan Ayah dan Saudara2 nya

Dikisahkan bahwa ayah serta saudara2 lelaki Lin Mo Niang bekerja sebagai nelayan. Suatu hari, badai topan yang sangat mengerikan menimpa lautan pada saat mereka sedang mencari ikan. Seluruh keluarga Lin Mo Niang sangat mengkhawatirkan nasib mereka.

Satu versi menuliskan Lin Mo Niang sedang mendoakan nasib ayah dan saudara-saudaranya. Versi lain menceritakan Ia memperoleh penglihatan gaib akan ayah dan saudara-saudaranya yang tenggelam, saat ia tertidur atau saat duduk termenung.

Disaat Lin Mo Niang sedang berusaha menolong mereka dengan kekuatan batinnya (memproyeksikan dirinya di hadapan ayah dan saudaranya), ibunya tiba2 membangunkan Lin Mo Niang, sehingga Ia tidak sempat menolong semuanya dan menjatuhkan kembali saudara2 nya.

Hanya Ayah Lin Mo Niang saja yang kembali dengan selamat, dan menceritakan kepada seluruh penduduk mengenai keajaiban yang ia alami.

Versi lain menyebutkan ayahnya tidak ikut dalam pelayaran, melainkan hanya ke-4 saudaranya saja yang pergi melaut. Ibunya tiba2 membangunkan Lin Mo Niang disaat sedang menolong saudaranya yang ke-4 (terakhir).

Karena hidupnya yang sederhana dan banyak berbuat kebaikan, masyarakat pun memanggilnya dengan sebutan Lin San Ren (林善人; orang yang berhati baik). Beliau dikenal sebagai Dewi Lautan, penolong para pelaut, serta pelindung para perantauan etnis Tiongkok di wilayah selatan Tiongkok dan di Asia Tenggara.

Lin Mo Niang meninggal pada usia ke 28, pada tahun 987. Setelah kematian-Nya, Beliau banyak dihormati dan dipuja sebagai seorang Dewi dalam Agama Taoisme.

Pemujaan Tian Shang Sheng Mu dimulai pada dinasti Song, dan terus berkembang terutama pada wilayah pesisir pantai dimana penduduknya bergantung dengan aktivitas kelautan, terutama di wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, Hainan, Taiwan, dan tempat2 lainnya di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Hari Kebesaran Tian Shang Seng Mu (天上圣母) diperingati setiap tanggal 23 bulan 3 Imlek.

qian li yan - sun feng er
Qian Li Yan & Sun Feng Er, 2 siluman yang ditaklukan oleh Lin Mo Niang dan kemudian menjadi pengawal-Nya (foto : foshanshuan.pixnet.net)

Pada masa Dinasti Song, perdagangan maritim Provinsi Fujian sangat berkembang. Para pelaut yang khawatir akan bahaya lautan, selalu membawa arca/patung Tian Shang Sheng Mu sebagai pelindung di kapal mereka.

Dikisahkan bahwa Laksamana Cheng Ho juga membawa arca Beliau dalam 7 pelayarannya yang terkenal. Sudah menjadi kebiasaan para pelaut semenjak masa itu untuk selalu menyediakan altar Tian Shang Sheng Mu dalam kapal mereka.

Beliau juga sering digambarkan / divisualisasikan bersama kedua pengawal siluman Qian Li Yan [千里眼] dan Sun Feng Er [順風耳].

C. Menaklukan Qian Li Yan dan Sun Feng Er

Ada satu legenda mengisahkan bahwa Lin Mo Niang berhasil menaklukkan 2 siluman penguasa Pegunungan Tao Hua Shan. Mereka adalah siluman Qian Li Yan (千里眼; Hokkian : Ceng Li Gan) dan Sun Feng Er (順風耳; Hokkian : Su Hong Li).  Dengan menggunakan kemampuan ilmu kedewaannya, kedua siluman tersebut pun takluk dan kemudian menjadi pengawalnya.

Qian Li Yan divisualisasikan dengan berkulit hijau kebiruan, bertanduk 2, bertaring, dan memegang tombak. Sedangkan Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, bertanduk satu, bertaring, dan memegang kapak bergagang panjang.

Dikatakan bahwa Qian Li Yan dapat melihat sejauh ribuan li, sementara Sun Feng Er dapat mendengar sejauh ribuan li (1 li = 0,5 km).

Namun versi lain mengatakan bahwa penglihatan dan pendengaran gaib jarak jauh memang sudah dimiliki-Nya sejak kecil.

D. Wafat dan Menjadi Dewi

Pada saat Lin Mo Niang berusia 28 tahun, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Song Taizong tahun Yongxi ke-4 (tahun 987), tanggal 16 bulan 2 Imlek, dia berlayar bersama ayahnya.

Di tengah lautan, perahu mereka dihantam badai hingga tenggelam. Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, Beliau berusaha menyelamatkan sang ayah, namun akhirnya keduanya tewas.

Kisah lain menceritakan, pada saat berusia 28 tahun Beliau memanjat gunung sendirian, kemudian terbang ke langit menjadi Dewi bersama dengan raganya. Dikisahkan bahwa pada pagi itu, penduduk sekitar Meizhou melihat awan berwarna/i menyelimuti pulau.

Di angkasa terdengar alunan musik merdu, dan Lin Mo Niang perlahan2 naik ke langit untuk dinobatkan sebagai Dewi. Setahun kemudian, penduduk mendirikan sebuah kuil di tempat Lin Mo Niang diangkat naik ke langit. Kuil tersebut merupakan kuil Thian Shang Sheng Mu yang pertama didirikan di Tiongkok (Pulau Meizhou, provinsi Fujian).

Setelah mencapai Kedewaan, Beliau sering mengelilingi lautan untuk menolong umat manusia yang memerlukan pertolongan.

Versi lain menyatakan bahwa Lin Mo Niang meninggal ketika Ia masih berusia 16 tahun. Saat itu, dia berenang jauh ke tengah laut untuk mencari ayahnya yang hilang. Namun karena kelelahan, dia meninggal dan jenasahnya disapu ombak ke tepi pantai di Pulau Nankan, Kepulauan Matsu, Taiwan.

Patung Mazu di Kinmen National Park 金門國家公 (dekat Xiamen), Taiwan.
Kinmen, atau disebut juga Jinmen, atau Quemoy.

Kinmen, atau disebut juga Jinmen, atau Quemoy, adalah sebuah pulau yang dikelola oleh Taiwan (sebagai kabupaten) dan terletak di sebelah timur kota Xiamen, Tiongkok.

Pulau ini adalah “titik nyala” Perang Dingin (PRC vs ROC) pada bulan Agustus-September 1958, ketika ditembaki secara besar2an oleh pasukan komunis Tiongkok, sebagai bagian dari Krisis Selat Taiwan Ke-2. Administrasi sipil kembali dipulihkan pada tahun 1993.

E. Kisah dan Mukzizat

Lin Mo Niang dan Kaisar Song Hui Zong

Pada tahun 1122, Kaisar Song Huizong memerintah seorang Menteri bernama Lu Yun Di untuk menjadi duta ke Negeri Gaoli (sekarang Korea). Rombongan tersebut terdiri atas 8 buah kapal, tetapi 7 diantaranya tenggelam akibat dihantam badai yang dahsyat. Hanya rombongan di kapalnya saja yang selamat.

Menteri Lu Yun yang selamat merasa takjub kemudian bertanya kepada anak buahnya, siapakah Dewa yang menyelamatkan mereka.

Salah seorang yang berasal dari kota Pu Tian menjawab bahwa ia biasa bersembahyang kepada Dewi Lin Mo Niang, yang merupakan Dewi pelindung di lautan. Menteri Lu Yun pun segera melaporkan hal tersebut kepada sang Kaisar setibanya dia pulang.

Sebagai penghormatan dan rasa syukur, Kaisar memberi beliau gelar Sun Ji Fu Ren yang berarti “Nyonya Agung yang Memberikan Pertolongan yang Sangat Dibutuhkan”.

Kaisar juga menyumbangkan sebuah papan kaligrafi (hanzi) bertuliskan gelar tersebut, yang merupakan tulisan sang Kaisar sendiri untuk dipasang pada kuil Mazu di Meizhou, Taiwan.

F. Kultus Pemujaan Terhadap Dewi Tian Shang Seng Mu

Tian Shang Sheng Mu digambarkan sebagai wanita yang berusia 30-an hingga 40-an, yang mengenakan jubah merah bersulam, serta duduk diatas tahta.

Pada sebagian patung kimsin-Nya, Beliau divisualisasikan dengan memakai pakaian kebesaran seorang Permaisuri yang bertaburkan permata, memegang papan seremonial (yang biasa dibawa pejabat untuk menghadap Kaisar) atau tongkat bertatah permata, dan mahkota bergaya kekaisaran yang dihiasi untaian butiran mutiara yang tergantung pada bagian depan & belakang mahkota.

Beliau juga sering divisualisasikan bersama ke-2 pengawalnya, Qian Li Yan dan Sun Feng Er.

Makam Mazu di desa Matsu (foto : wikipedia.org)

1. Kultus di Daratan Tiongkok

Para keluarga nelayan dan pelaut mulai berdoa kepada Lin Mo Niang semenjak wafatnya, untuk menghormati keberaniannya menyelamatkan orang-orang saat sedang berlaut. Popularitasnya berkembang pesat dikarenakan perannya sebagai Dewi Pelindung Pelautan.

Pada masa Dinasti Song, perdagangan maritim Provinsi Fujian sangat berkembang. Para pelaut yang khawatir akan bahaya lautan selalu membawa arca Tian Shang Sheng Mu sebagai pelindung.

Dikisahkan bahwa Laksamana Cheng Ho juga membawa arca Beliau dalam 7 pelayarannya yang terkenal. Sudah menjadi kebiasaan para pelaut semenjak masa itu untuk menyediakan altar Tian Shang Sheng Mu dalam kapal mereka.

Pemujaan Tian Shang Sheng Mu dimulai sejak jaman Dinasti Song (960-1279) dan terus berkembang hingga saat ini, terutama pada wilayah2 pesisir pantai, dimana penduduknya bergantung dengan aktivitas kelautan, terutama di wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, Hainan, Taiwan, dan di Negara2 lain di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Pada tanggal 31 Oktober 1987, bertepatan dengan hari wafat-Nya Tian Shang Sheng Mu yang ke-1000, dilangsungkan upacara peringatan besar-besaran di tempat kelahirannya, pulau Meizhou, Taiwan.

2. Kultus di Taiwan

Pada masa Dinasti Ming, bersamaan dengan banyaknya penduduk Provinsi Fujian yang merantau, kultus Tian Shang Sheng Mu memasuki wilayah pulau Taiwan. Kuil tertua di Taiwan terletak di Kota Magong, Kepulauan Penghu.

Pemujaan terhadap Dewi Tian Shang Sheng Mu berkembang pesat hingga saat ini, dan tidak kurang dari 800 kuilnya dibangun di wilayah Taiwan, dimana hampir 2/3 penduduknya memiliki altar-Nya di rumah.

Pada tanggal 23 bulan 3 Imlek 2540 (tahun 1989), patung Dewi Pelindung Pelaut yang sangat terkenal ini didirikan di puncak Gunung Mei Feng Shan, menghadap ke Selat Taiwan.

Kelenteng Ban Hing Kiong Manado, kelenteng tertua di Indonesia timur, Kelenteng Tian Shang Seng Mu (Mak Co).

Tampak samping Kelenteng Ban Hing Kiong Manado yang di foto pada malam hari. Kelenteng Tian Shang Seng Mu ini sudah berusia sekitar 300 tahun, dibangun pada awal abad ke-18 (tahun 1700-an).3. Penyebaran Kultus Abad ke 19 dan 20

Penyebaran kultus Mazu dibawa oleh aliran migrasi besar2an penduduk Tiongkok pada abad ke-19 dan 20. Setelah mencapai Taiwan, kultus Tian Shang Sheng Mu menyebar hingga Jepang, Korea, dan seluruh wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore dan Indonesia.

Peran Beliau sebagai Dewi Pelindung Lautan dan perantauan, membuat para imigran segera mendirikan kuil untuk-Nya sebagai ungkapan rasa syukur telah tiba dengan selamat di tempat tujuan. Para penduduk dari wilayah imigrasi ini selanjutnya membawa kultus pemujaan Mazu ke wilayah2 lain, kemana pun mereka tuju.

Saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 1500 kuil yang didedikasikan khusus (altar utamanya) untuk Thian Shang Sheng Mu, yang tersebar di 26 Negara.

Tian Shang Sheng Mu sendiri merupakan salah satu Dewi yang cukup populer di Indonesia, karena dianggap sebagai Dewi pelindung lautan dan para perantauan etnis Tionghoa-Hokkian.

G. Penutup

Legenda Dewi Mazu berawal dari dirinya sebagai putri sederhana seorang nelayan. Namanya Lin Mo Niang, seorang gadis pendiam. Penduduk kampung setempat yakin, Dia bisa meramal masa depan, menyembuhkan orang2 sakit, bahkan menurunkan hujan.

Tapi bagi-Nya, tugas utamanya adalah melindungi perahu saudara2nya yang melaut. Maka Dia memakai gaun merah terang, sambil membawa lentera, dan berdiri di puncak bukit, laiknya seperti mercusuar manusia.

Perahu2 saudaranya dan penduduk2 setempat Dia tuntun kembali setiap malamnya.

Namun di satu malam, satu perahu tidak kembali. Dia menyalahkan dirinya sendiri dan menjadi putus asa. Dia terakhir terlihat menangis sambil, berjalan ke arah laut.

Sejak saat itu, pera pelaut dan nelayan Tiongkok percaya, bahwa Dewi Mazu melindungi mereka.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Dewi Tian Shang Sheng Mu [Ma Zu; Mak Co]”
  1. Yes, I have with me a MakCo figure that I inherited from my father that inherited from his and so on…
    As story went once upon a time due to famine in their village(Fujian), my ancestor together with some local youngers sailed out to find somewhere else to live.
    The local priest gave them a MakCo figure to protect them underway. Finally they reached the coast in Semarang area & as the eldest my great-great-great Grandpa was to ‘take care’ of the MakCo as a token of gratitude…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?