Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan

Sama halnya seperti kebudayaan dan agama lain, konsep neraka juga dikenal dalam ajaran kepercayaan tradisional Tionghoa, atau chinese folk religion. Menurut kepercayaan tradisional Tiongkok ini, alam neraka disebut juga Diyu 地獄, yaitu tempat menghukum jiwa-jiwa yang berdosa dan mempersiapkannya untuk kelahiran (reinkarnasi) kembali.

Neraka terdiri atas 18 tingkatan, namun sering juga dibagi menjadi 10 pengadilan yang dipimpin oleh sepuluh raja, dengan salah satunya yang banyak dikenal adalah Raja Yanluo (Hanzi : 阎罗王; Hokkian : Giam Lo Ong).

Salah satu tempat hiburan terkenal yang menampilkan visualisasi neraka dalam konsep kepercayaan ini dengan cukup detil, terletak di Haw Par Villa, Singapura dan Kota Hantu Fengdu di Chongqing, Tiongkok.

Pintu masuk diorama pengadilan neraka di tempat wisata Haw Par Villa, Singapura. Terlihat pada foto, di depan pintu masuk pengunjung akan disambut oleh patung penjaga berkepala kuda dan banteng (niutou dan mamian)

Neraka Versi Buddhisme

Mulanya, Agama asli Tiongkok adalah kepercayaan tradisional Tiongkok, (Hanzi : 中国民间信仰; Pinyin : Zhōngguó mínjiān xìnyǎng) yang kemudian berkembang dengan segala macam aturan, dan konsepnya menjadi Taoisme dan Konfusianisme. Oleh karena itu, neraka pada awalnya didasarkan pada mereka.

Namun dengan pengaruh Buddhisme yang mulai menyebar ke Tiongkok dari India, yang dibawa oleh DaMo (達摩) pada abad ke 5, tampaknya hanya masalah waktu saja untuk membuat konsep Buddhisme menjadi berakar kuat dalam masyarakat.

engan demikian, terciptalah berbagai versi tingkatan neraka dan kahyangan, mulai dari 10 tingkat, 18 tingkat, 31 tingkat, 33 tingkat, atau 36 tingkat.

Pada saat seseorang meninggal, dia akan dijemput oleh pengawal Heibai Wuchang. Setelah itu, ia akan diantar oleh pengawal berkepala kuda dan kerbau (Niutou dan Mamian), berjalan melewati jembatan menuju ke gerbang utama kerajaan neraka. Menurut beberapa kitab Taoisme kuno, konon neraka terletak di bawah laut dan berbentuk seperti labirin rumit.

Kerajaan atau pengadilan neraka memiliki 10 balairung dengan penguasanya masing-masing (Hanzi : 十殿閻羅; pinyin: Shídiàn Yánluó), yang juga bertugas sebagai hakim dalam pengadilan neraka.

Konon salah satu kaisar dinasti Tang, bernama Tang Taizong menjadi satu-satunya orang yang pernah mengunjungi neraka secara langsung, melihat sepuluh pengadilan neraka dan mengunjungi delapan belas lapisan neraka tersebut.

Berikut ini adalah 10 tingkat pengadilan neraka menurut kepercayaan tradisional Tiongkok, dengan nama penguasanya masing2. Sebagai catatan, ilustrasi tentang hukuman di neraka di sini mungkin akan sedikit menyeramkan, alangkah baiknya disikapi dengan bijaksana :

Ilustrasi Pengadilan Pertama

1. Pengadilan Pertama : Cermin Karma

Diperintah oleh Qin Guan, bermarga Jiang (Hanzi : 秦廣王蔣, pinyin : Qín guǎng wáng jiǎng). Hari sejid (hari ulang tahun) raja Qin Guan jatuh pada hari ke-1 bulan Imlek kedua. Raja Qin Guan sering diasosiasikan dengan tokoh bernama Jiang Ziwen.

Di pengadilan pertama ini, jiwa yang masuk ke dalamnya akan didata oleh raja Qin Guan, mulai tanggal lahir hingga tanggal kematian. Setelah itu, mereka akan disuruh melihat ke dalam sebuah cermin besar yang disebut Cermin Karma, untuk melihat perbuatan mereka semasa hidup. Seluruh perbuatan mereka akan diperlihatkan seperti film.

Untuk orang-orang yang berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa semasa hidupnya, mereka akan dikirim langsung ke surga, pengadilan kesepuluh untuk langsung menunggu kelahiran kembali. Sementara orang-orang yang berdosa dan berbuat jahat semasa hidupnya akan segera menjalani hukuman.

Hukuman di pengadilan ini diberikan bagi orang-orang yang tidak menghormati orang tua, dengan hukuman berupa digiling dalam penggilingan gandum hingga tubuhnya hancur.

Ilustrasi Pengadilan Kedua

2. Pengadilan Kedua : Kolam Kotoran dan Neraka Es

Diperintah oleh Qu Jiang, bermarga Li (Hanzi : 楚江王歷, pinyin :Chǔ jiāng wáng lì). Hari sejid raja Jiang Wang jatuh pada hari ke-1 bulan Imlek ketiga. Hukuman di sini diberikan pada orang-orang yang senang bergosip, mencuri dan berbuat jahat pada orang lain.

Hukumannya berupa pemotongan lidah, dirantai dengan bola besi, direbus dalam kuali panas, isi perut dikeluarkan dan dikurung dalam ruangan vulkanik.

Ilustrasi Pengadilan Ketiga

3. Pengadilan Ketiga : Neraka Tali Tambang Hitam dan Penjara Terbalik

Diperintah oleh Song Di, bermarga Yu (Hanzi : 宋帝王余, pinyin : Sòng dìwáng yú). Hari sejid raja Song Di jatuh pada hari ke-8 bulan Imlek kedua. Hukuman di sini diberikan pada koruptor, orang-orang serakah, orang-orang yang tidak sopan pada orang tua dan tidak patuh pada mereka, melanggar prinsip-prinsip Konfusian serta pejabat yang tidak adil.

Hukuman yang diberikan berupa dipukuli dalam keadaan diborgol, tulang rusuk diremukkan, dipanggang hidup-hidup, organ tubuh yang dikeluarkan dengan paksa, serta sendi-sendi dihancurkan dengan peralatan logam.

Ilustrasi Pengadilan Keempat

4. Pengadilan Keempat : Danau Darah dan Penyiksaan dengan Lebah

Diperintah oleh Wu Guan (Hanzi : 五官王呂, pinyin : Wǔguān wáng lǚ). Hari sejid raja Wu Guan jatuh pada hari ke-28 bulan Imlek kedua. Hukuman di sini diberikan pada orang-orang yang mencurangi dan menggelapkan pajak, mencuri dan melanggar janji.

Hukuman yang diberikan berupa dilempar ke pusaran angin badai, direbus dalam minyak mendidih, dilemparkan ke kumpulan pasak-pasak bambu tajam, ditindih batu besar, potong tangan dan bibir.

Ilustrasi Pengadilan Kelima

5. Pengadilan Kelima : 16 Kamar Penyiksaan

Diperintah oleh Yanluo, bermarga Bao (Hanzi : 閻羅王包, pinyin : Yánluó wáng bāo). Hari sejid raja Yan Luo jatuh pada hari ke-8 bulan Imlek pertama. Hukuman di sini diberikan pada orang yang menyiksa teman dan binatang.

Hukuman yang diberikan berupa jantung dikeluarkan dengan paksa menggunakan kait besar atau dilemparkan ke arah kumpulan pedang yang sudah diarahkan pada terhukum.

Ilustrasi Pengadilan Keenam

6. Pengadilan Keenam : Siksaan Jeritan dan Kesalahan Administratif

Diperintah oleh Bian Cheng, bermarga Bi (Hanzi : 卞城王畢, pinyin : Biàn chéng wáng bì). Hari sejid raja Bian Cheng jatuh pada hari ke-8 bulan Imlek ketiga. Hukuman diberikan pada orang-orang yang mencuri dari kuil, murtad dan membunuh binatang tanpa alasan.

Hukuman yang diberikan berupa dilempar ke kumpulan paku besi, digergaji hingga terbelah dua, dan dijadikan mangsa tikus.

Ilustrasi Pengadilan Ketujuh

7. Pengadilan Ketujuh : Siksaan Cincang

Diperintah oleh Tai Shan, bermarga Dong (Hanzi : 泰山王董, pinyin : Tàishān wáng dǒng). Hari sejid raja Tai Shan jatuh pada hari ke-27 bulan Imlek ketiga. Hukuman diberikan pada orang-orang yang melawan pemerintah baik, menyebarkan fitnah, menggunakan obat terlarang dan menyebabkan pertengkaran.

Hukuman yang diberikan berupa ditarik oleh sekumpulan anjing hingga semua bagian tubuh putus, lidah ditarik dan dipotong dan dilempar ke kuali berisi air mendidih.

Ilustrasi Pengadilan Kedelapan

8. Pengadilan Kedelapan : Neraka Panas

Diperintah oleh Du Shi, bermarga Huang (Hanzi : 都市王黃, pinyin : Dūshì wáng huáng). Hari sejid raja Du Shi jatuh pada hari ke-1 bulan Imlek keempat. Hukuman diberikan pada orang-orang yang melakukan perbuatan kriminal bertentangan dengan prinsip Konfusian serta menjalankan bisnis untuk tujuan amoral.

Hukuman yang diberikan berupa diremukkan dengan roda kereta, diiris-iris, isi perut dikeluarkan, disambar petir, serta lidah, lengan dan kaki dipotong.

Ilustrasi Pengadilan Kesembilan

9. Pengadilan Kesembilan : Peralatan Besi dan Kantor Perdagangan Wajar Tanpa Pengecualian

Diperintah oleh Ping Deng, bermarga Lu (Hanzi : 平等王陸, pinyin : Píngděng wáng lù). Hari sejid raja Ping Deng jatuh pada hari ke-15 bulan Imlek keempat. Hukuman diberikan pada pelaku asusila, penyelundup, pelaku pembakaran rumah orang lain.

Hukuman yang diberikan berupa disengat ular berbisa dan lebah, direbus dalam minyak panas, dijepit di antara dua lempengan, kepala dihancurkan dengan cincin besi, kepala direbus, dan tulang diremukkan.

Ilustrasi Pengadilan Kesepuluh

10. Pengadilan Kesepuluh : Roda Kelahiran Kembali

Diperintah oleh Zhuang Lun, bermarga Xue (Hanzi : 轉輪王薛, pinyin : Zhuǎn lún wáng xuē). Hari sejid raja Zhuang Lun jatuh pada hari ke-17 bulan Imlek ke-4. Di sini pengadilan sudah selesai, dan arwah2 yang sudah dihukum disuruh melewati roda reinkarnasi.

Roda ini berbentuk sebuah roda kecil, yang di tengahnya terdapat tempat keluarnya angin dan awan serta dikelilingi oleh enam lingkaran lain. Arwah2 tersebut akan masuk ke salah satu jalan pada roda tersebut, tergantung kehidupan sebelumnya.

Arwah2 tersebut akan dilahirkan kembali menjadi salah satu dari ketujuh cara ini :

• Cara pertama : orang kaya dan berpengaruh
• Cara kedua : burung
• Cara kedua : petani dan pekerja

• Cara keempat : orang-orang kelas pekerja
• Cara kelima : naga, ikan, kepiting, serangga dan binatang laut lainnya
• Cara keenam : singa, harimau, kuda, rusa, gajah, dan hewan berkaki empat lainnya
• Cara ketujuh : orang miskin, kesepian dan putus asa

Apabila seseorang dosa-dosanya terlalu besar, ia akan dihukum lebih lama hingga dosa-dosanya bersih sebelum dipersiapkan untuk kelahiran kembali.

Tampak ilustrasi Yanluo Wang (Giam Lo Ong) yang sedang menghakimi roh-roh manusia di neraka

Roda Reinkarnasi Kehidupan

Dalam roda reinkarnasi atau roda kehidupan ini, arwah akan bereinkarnasi ke dalam 6 alam, yakni :

1. Alam Dewa (天道; Tiāndào) : Dewa; Alam kahyangan/surgawi
2. Setengah Dewa God Realm (修罗道; Xiūluō dào) : Asura; Dewa kecil, keturunan Dewa, atau makhluk hidup yang diangkat ke tingkatan diatasnya
3. Alam Manusia (人道; Réndào)

4. Alam Hewan (畜生道; Chùshēngdào)
5. Alam Hantu/Roh Gentayangan (饿鬼道; È guǐ dào)
6. Alam Bawah (地狱道; Dìyù dào) : Neraka; Tetap tinggal di neraka untuk menjalani hukuman sampai karmanya habis

Setelah dipilih untuk masuk ke salah satu cara tersebut, jiwa yang akan dilahirkan kembali akan bertemu dengan sosok wanita tua bernama Meng Po (孟婆).

Konon menurut cerita orang2 tua dulu, nenek Meng akan memberikan sebuah ramuan yang disebut Teh Pelupa Ingatan (忘记茶; Wàngjì chá) untuk menghapus seluruh ingatan tentang kehidupan sebelumnya dan hukuman saat di neraka.

Dalam beberapa kasus, seringkali ada orang yang mengalami dejavu masih bisa mengingat sedikit dari kehidupan sebelumnya, atau hukumannya selama di neraka. Kemungkinan hal itu disebabkan karena ia tidak menghabiskan ramuan teh pelupa ingatan yang diberikan sang nenek.

Percaya atau tidak akan keberadaan alam neraka, itu adalah hak masing-masing setiap orang. Namun ada baiknya kita memahaminya dengan bijak, dengan cara banyak berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, karena setiap perbuatan pasti akan ada balasannya.

Referensi :

Journey Through The Underworld. Feng Ge. Asiapac Books, 2001.
Wikipedia – Diyu
The Chinese 10 Courts of Hell
The Eighteen layers of Chinese Hell – China Underground
The Floor Plan Of Eighteen Layers In Hell

By Amimah Halawati

Seorang mahasiswa pasca perguruan tinggi teknik Negeri di kota Bandung. Mojang Priangan berdarah Sunda namun memiliki minat besar dengan bahasa dan budaya Tionghoa. Pecinta buku dan senang menulis, khususnya fiksi fantasi yang bertema mitologi dan kebudayaan Tionghoa.

5 thoughts on “Inilah 10 Tingkatan Neraka Menurut Kepercayaan Tradisional Tiongkok”
  1. saya pernah pertanyakan logika neraka ini ke seorang bhikku theravada, kalau mmg kita tidak bisa mengingat kembali hukuman neraka di kehidupan selanjutnya, jadi apa fungsi hukuman itu yang konon katanya biar kita bisa bertobat ? jadi jawaban bhikkhu tersebut adalah : neraka dan surga itu terdapat di dunia dan kehidupan kita skrg, pas kita susah, waktu lambat berlalu dan segala kesenangan tidak bisa dirasakan, itulah neraka sebenarnya

    1. Konsep neraka ini sebenarnya hampir terdapat pada semua agama di dunia; baik islam, kristen, hindu, buddha, dsb. Rata2 menggambarkan bahwa “NERAKA” itu sebagai tempat penyiksaan terhadap jiwa2 orang yang berdosa. Ntah bagaimana caranya, visualisasi penggambarannya bervariasi, bisa juga karena pengaruh budaya setempat.

      Sementara konsep “SURGAWI/KAHYANGAN” adalah sebaliknya.

      Namun kalau pendapat saya pribadi, “neraka” sebenarnya ada di bumi, dimana orang2 terlahir cacat/ cacat semi permanen sejak lahir, lahir di keluarga miskin dan terpuruk, dsb. Semua diakibatkan karena karma perbuatan seseorang pada masa lalu.

      Di dunia ini, siapa yang mau dilahirkan dengan kondisi cacat berat, seperti tuli, bisu, buta, terlahir kembar siam, atau anggota bagian tubuh lainnya yang tidak sempurna? Belum lagi sudah pasti membebani orang tuanya sendiri, baik dari sisi finansial (biaya pengobatan) maupun mental (dikucilkan masyarakat).

      Semua pasti ingin lahir sempurna, atau setidaknya, jikapun terdapat catat kecil (seperti kebanyakan orang bilang, tidak ada manusia yang sempurna), paling tidak terlahir di keluarga yang kaya/mapan, terhormat, berpendidikan, dan tinggal di daerah yang nyaman. Bukan begitu?

      Tapi, apa kita bisa memilih?

      Jawaban2 seperti umum yang beredar di masyarakat, seperti : “Tuhan pasti ada maksud lain”, atau “Belum tentu menjadi/terlahir menjadi orang kaya itu menyenangkan”, sebenarnya hanya bentuk2 PENGHIBURAN atau KEPASRAHAN, atau sebagai PEMBENARAN atas apa yang sudah didapatnya sekarang.

      Toh jika ditantang, MAUKAH si mapan berganti posisi kehidupan dengan si miskin/si cacat? Belum tentu mau. kalaupun ada, berapa % ?

      Beberapa tahun yang lalu, ada salah satu TV swasta mengadakan liveshow model2 seperti ini, dimana si kaya dan si miskin bertukar posisi selama 3 hari. Tujuannya toh hanya memberikan pelajaran bagi anak2 si kaya, agar lebih menghargai kehidupan yang sudah didapat mereka lewat orang tuanya. Demikian pula si miskin, paling tidak bisa merasakan enaknya jadi orang kaya selama beberapa hari.

      Itu jelas, karena dengan kehidupan yang mapan (terlahir di keluarga yang beruntung) paling tidak Anda tidak akan pusing memikirkan “Hari esok mau makan apa?” …

      1. Menurut pandangan saya pribadi, neraka sebenarnya ketika kita semasa hidup terikat dengan nafsu , ego dan jalan pikiran sempit.Ketika kita mengeluh akan kehidupan kita sekarang, tak cukup2 dengan apa yang sudah diberikanNYa,tidak bersyukur, maka kita tidak akan merasa apa yang disebut surga,yaitu makna lain dari kebahagiaan. Ajaran Buddha mempunyai dua aliran, pertama,penganutNya yang menjauhi nafsu duniawi(niku/ bhiksu) dan menjadi pelayan Tuhan memberi penerangan kepada umatNya yang mencari arti kebahagiaan yang sesungguhnya.Kedua, manusia biasa seperti kita yang mempunyai nafsu duniawi.Yang perlu kita ingat adalah selalu mengikuti ajaran yang kita anut yaitu menjunjung kebenaran, saling memaafkan, menjauhi kekerasan, welas asih( baca apa yang ada di Kitab Suci). Dengan begitu kita akan mendapat apa yang dimaksud dengan surga.Tentu saja sebagai manusia ,kita pun harus berusaha agar kehidupan kita lebih sejahtera, dengan syarat berjalan di jalan yang lurus.

  2. Btw soal legenda nenek mengpo itu, menurut cerita2 film, salah satunya di film Coincidentally (1997) yg dibintangi Lam Chingying (ini film terakhirnya), konon itu terjadi karena seseorang masih merasa memiliki hutang yang harus dibayar/dilunasi, termasuk “hutang cinta”. So, nenek mengpo pun tersentuh, dan akhirnya mengizinkan pasangan itu hanya meminum 1/2 air pelupa ingatan.

    Soal neraka, hanya orang-orang yang pernah kesana lah yang mengetahu kebenarannya. ha3x. Sayang itu hanya seperti tiket oneway. So, setuju dengan penulis diatas, jadikan itu motivasimu untuk terus berbuah baik, meski dengan cara yg dianggap “menakut-nakuti”.

    Tapi pribadi, saya percaya karma itu ada. Entah berbuahnya bagaimana, saya tidak tahu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?