Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Sesungguhnya apakah mimpi itu nyata, ataukah khayalan saja? Coba perhatikan apa yang ditulis pada sebuah pepatah kuno : “Mimpi bagaikan kehidupan, kehidupan bagaikan mimpi.” Sebenarnya, hidup bagaikan seperti sebuah mimpi. Kehidupan dari kehidupan, hanya kesadaran utama melanjutkan untuk hidup.

Apapun kekayaan dan ketenaran yang anda miliki dalam kehidupan saat ini,mereka akan hilang seperti asap mengepul. Anda hanya akan menderita sendiri secara fisik dan mental oleh perjuangan yang tanpa akhir, cinta dan penderitaan.

Anda tidak dapat merubah takdir anda sedikitpun. Satu-satunya hal yang mengikuti anda dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain adalah kebajikan dan dosa.

Di zaman Tiongkok kuno sangat mementingkan mimpi, jauh pada zaman Dinasti Shang (abad 16-11 SM) sudah ada pejabat khusus yang menjelaskan mimpi bagi kalangan istana dan para bangsawan.

Apa yang terjadi di mimpi dianggap dapat merefleksikan keberuntungan maupun kesialan. Zhou Li dan Lie Zi, dua kitab kuno, membagi mimpi menjadi enam macam, Zhou Gong mengurai mimpi adalah kitab yang mulai tersebar pada waktu itu.

Pejabat nujum mimpi pada zaman kuno melakukan analisa menyeluruh terhadap suasana mimpi dengan kehidupan realita, menggabungkannya dengan teori dan prinsip dari :

Yin-Yang, Lima Elemen (Wu Xing) dan 8 Trigram (Ba Gua atau PatKua), melakukan penafsiran tentang kebaikan atau keburukan yang akan dihasilkan dari mimpi tersebut.

Zhou Gong menafsir mimpi” yang terwariskan sekarang adalah merangkum dengan metode sistematis sebagian besar suasana mimpi, misalkan bermimpi tentang kebakaran menandakan peruntungan keluarga bisa terangkat naik, bermimpi tentang turun salju menandakan di dalam keluarga bakal terjadi musibah dan sebagainya.

Kitab kuno Lie Zi dari Zaman Zhou (abad 11-256 SM, Lie Zi adalah seorang kultivator aliran Tao), dengan lebih jelas lagi menerangkan tentang cara penafsiran mimpi.

Mimpi bisa terdiri dari 6 macam yang disebut 6 Hou dan digabungkan dengan 8 Pertanda tentang hal yang ditemui ketika dalam keadaan sadar serta dijadikan sebagai dasar penafsiran mimpi.

Di dalam kitab kuno Zhuang Zi (Zhuang Zi adalah seorang kultivator aliran Tao sekitar 2.500 tahun yang silam), terdapat kisah mengenai “Zhuang Zhou Bermimpi Kupu-kupu“, Zhuang Zhou bertanya kepada dirinya sendiri:

“Apakah Zhuang Zhou yang bermimpi tentang kupu-kupu? Ataukah kupu-kupu yang bermimpi Zhuang Zhou?”

Zhuang Zi berpendapat perdebatan tentang baik dan buruk, ada dan tiada di dunia fana ini tidak diperlukan.

Ketika manusia bisa terlepas dari pemikiran manusia dan menyatu dengan bumi-langit (alam semesta) serta telah mencapai Tao, maka tidak lagi terjebak dengan baik-buruk, ada-tiada, karena segala materi adalah satu, baik Zhuang Zhou maupun si kupu-kupu keduanya berasal dari Tao (bab ke-2 teori satu materi oleh Zhuang Zi).

Zhuang Zi juga beranggapan ketika manusia bisa terlepas dari hati manusia dan menyatu dengan Tao, maka tak akan menderita kelelahan tubuh dan pikiran, bisa berkelana di ketakterhinggaan dan melanglang jagad raya dengan bebas.

Kultivasi aliran Tao harus menempuh jalan “kembali ke jati diri asli“, yakni harus melepas berbagai keterikatan hati manusia dan pikiran/konsep pasca kelahiran yang tidak baik dan kembali ke masa pra-kelahiran, yaitu yang berbentuk Yuan shen (jiwa prima), asal muasal jiwa.

Sebetulnya kehidupan manusia mengandung 2 hal penting : kehidupan nyata dan hidup di alam mimpi. Di dalam kehidupan nyata, terjadi di dunia yang kelihatan. Di dalam kehidupan, mimpi terjadi di ruang lain yang tidak berbentuk, jiwa, sukma, roh dan komponen jiwa lain yang tidak berbentuk adalah pemeran utama.

Berbagai komponen kehidupan pada masing-masing ruang eksistensinya, menimbulkan berbagai aktivitas tindakan.

Waktu itu, tubuh dalam kondisi beristirahat, tetapi bukan berhenti total, informasi kegiatan dari berbagai macam komponen jiwa di ruang lain bisa direfleksikan pada permukaan otak besar, ini adalah impian yang oleh ilmu kedokteran moderen disebut mimpi.

Mimpi adalah aktivitas kegiatan jiwa yang eksis di ruang lain yaitu perwujudan kehidupan manusia di ruang tak berbentuk.

Oleh karena itu, mimpi adalah sesuatu yang nyata, adalah bagian penting yang tidak bisa kurang dalam kehidupan manusia. Kehidupan nyata dan kehidupan di dalam mimpi membentuk sebuah kehidupan yang utuh, keduanya bisa saling mempengaruhi, itulah mengapa orang kuno begitu memperhatikan mimpi.

Pikiran juga memiliki jiwa, ia eksis di ruang lain yang tak berbentuk. Di dalam mimpi, pikiran yang ditimbulkan pada pagi hari bisa ikut berperan dalam kegiatan di ruang lain, dan direfleksikan ke lapisan kulit otak besar, inilah yang disebut terbawa ke dalam mimpi di malam hari.

Oleh : Herman Lee, Tanjung Pinang

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Makna Mimpi di Zaman Kuno”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?