Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Para pengurus Vihara Tri Ratna yang terletak di jalan Asahan No. 153, Tanjung Balai, Sumatera Utara yang terletak di daerah Pecinan akhirnya harus menerima kenyataan atas penggusuran rupang (patung) Buddha. Rupang Buddha terpaksa harus di gusur karena di anggap telah melecehkan dan menghina Agama Mayoritas setempat.

vihara-tri-ratna-1
Tampak pada foto, alat eskavator sedang memindahkan patung Buddha

A. Berita Rupang Vihara Diturunkan dan Dipindahkan

Sebagaimana yang telah diberitakan oleh Tribunnews.com tanggal 1 november 2010, Sumut.Pojoksatu.id tanggal 5 September 2016, Tribunnews.com tanggal 28 Oktober 2016, dan pemberitaan antarasumut.com tanggal 28 Oktober 2016 (link lampiran berita semua ada dibawah);

dikatakan bahwa Wali Kota Tanjung Balai M Syahrial SH MH bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Tanjung Balai, Ketua FKUB, Ketua MUI serta Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna telah menyepakati untuk memindahkan patung Budha Amitabha ke lokasi yang telah ditentukan.

Sesuai surat pernyataan yang dibuat Pek Tjhong Li alias Akun, selaku Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna Tanjung Balai mengatakan, demi terciptanya suasana kondusif dan hubungan harmonis di antara umat beragama di Kota Tanjung Balai.

“Karena itu, dengan ini kami (Yayasan Vihara Tri Ratna) menyatakan bersedia memindahkan posisi patung Buddha Amitabha ke tempat yang telah disepakati.” kata Pek Tjhong.

“Pernyataan penurunan patung telah kami sampaikan dihadapan unsur Forkominda Tanjungbalai pada 1 September 2016 lalu di pendopo rumah dinas wali kota.

Dengan pemindahan rupang (patung) yang disucikan umat Buddha itu diharapkan tidak ada lagi pertentangan yang bisa menimbulkan perpecahan atau gesekan di tengah-tengah masyarakat, khususnya antar pemeluk agama.” ujarnya.

Beberapa umat Buddha bertanya kepada saya ketika melihat patung Buddha yang terletak di lantai atas sebuah wihara di kota tanjung balai, asahan, sumatera utara diturunkan.

“Lama, kenapa rupang (arca/patung) di wihara diturunkan”? Saya jawab begini,”Tidak apa-apa rupang Buddha turun, yang penting welas asihmu terhadap semua makhluk tidak ikut turun, semua makhluk hidup mendambakan kebahagiaan.”

“Apabila dengan turun nya patung Buddha bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka bukankah doa khas umat Buddha yaitu ‘semoga semua makhluk hidup berbahagia’ menjadi kenyataan?” Karma Zopa Gyatsho

Vihara Tri Ratna di daerah Pecinan Tanjung Balai yang merupakan salah satu tempat berkumpulnya WNI keluarga Etnis Tionghoa Totok di anggap telah mengancam keamanan dan ketertiban serta meresahkan dan menggangu kenyamanan masyarakat lainnya.

Vihara dan Kelenteng di Tanjung Balai sebagai Tempat Ibadah Agama Tionghoa (TIAT) di anggap telah menghina dan merendahkan derajat masyarakat lainnya karena dijadikan sebagai tempat berkumpulnya Etnis Tionghoa serta mengajarkan Agama Tionghoa kepada Etnis Tionghoa.

Selain itu juga karena banyaknya keluhan dari masyarakat lain akan bentuk arsitektur bangunan di daerah Pecinan yang di nilai telah melecehkan harga diri Etnis Pribumi dan umat beragama lain karena tidak sesuai dengan norma dan nuansa Timur Tengah.

Tampak foto depan Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
Tampak foto depan Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
foto-vihara-tri-ratna-3
Tampak foto depan gerbang Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
Tampak foto samping Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
Tampak foto samping Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
Tampak foto dari kejauhan Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
Tampak foto dari kejauhan Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara
foto-vihara-tri-ratna-6
Foto umat Vihara Tri Ratna – Tanjung Balai – Sumatera Utara

foto-vihara-tri-ratna-7

foto-vihara-tri-ratna-8

foto-vihara-tri-ratna-9

foto-vihara-tri-ratna-10

foto-vihara-tri-ratna-11

foto-vihara-tri-ratna-12

foto-vihara-tri-ratna-13

foto-vihara-tri-ratna-14

foto-vihara-tri-ratna-15

foto-vihara-tri-ratna-16

foto-vihara-tri-ratna-17

foto-vihara-tri-ratna-18

foto-vihara-tri-ratna-19

foto-vihara-tri-ratna-20

foto-vihara-tri-ratna-21

Untuk saat ini rupang Buddha Amitabha yang terkena penggusuran terpaksa diungsikan sementara waktu ke tempat pelataran parkir mobil di samping bangunan Vihara sambil menunggu tempat lainnya untuk dipindahkan secara permanen.

Sebagai informasi, bahwa Vihara Tri Ratna yang terletak di daerah Pecinan Kota Tanjung Balai merupakan satu-satunya Vihara yang berfungsi sebagai salah satu tempat berkumpulnya sekitar 2.000 orang WNI keluarga Etnis Tionghoa Totok.

Vihara Tri Ratna terletak di tengah kota daerah Pecinan Tanjung Balai persisnya di Jalan Asahan Tanjung Balai, Sumatera Utara. Didirikan sejak tahun 2006 dengan luas bangunan 1.432 meter persegi yang terdiri dari 4 lantai.

Vihara tersebut dibangun dengan IMB yang dikeluarkan oleh Walikota dengan No. 648/237/K/2006. Di atas lantai 4 Vihara tersebut didirikan Patung Buddha Amitabha dengan tinggi 6 meter yang diresmikan sejak tanggal 8 November 2009. Patung Buddha tersebut merupakan satu kesatuan dengan Vihara Tri Ratna.

Sampai saat ini, masih belum jelas informasinya apakah seluruh bangunan Kelenteng dan Vihara yang terletak di daerah Pecinan Kota Tanjung Balai Sumatera Utara juga harus ikut di bongkar paksa, dirubuhkan serta ditutup dan digusur ke tempat lain karena dianggap menggangu kenyamanan dan menghina Etnis Pribumi.

Sebagai catatan, peristiwa penggusuran Rupang Buddha ini berkaitan dengan peristiwa pembakaran dan pengrusakan terhadap 11 Vihara dan Kelenteng Tempat Ibadah Agama Tionghoa (TIAT) serta 2 gedung yayasan sosial di daerah Pecinan Tanjung Balai pada tanggal 29 Juli 2016, sebagaimana yang telah diberitakan oleh BBC Indonesia tertanggal 30 Juli 2016.

“Mengurus Negara tidak boleh hanya menggunakan prinsip Agama. Agama dan Negara adalah 2 hal berbeda. Seorang pemimpin boleh beragama; namun tidak boleh menggunakan Agama untuk memimpin”

vihara-kelenteng-medan-dibakar

B. Foto dokumentasi (1) berita rupang Buddha Vihara Tri Ratna diturunkan dan foto dokumentasi (2) pembakaran serta pengrusakan Kelenteng dan Vihara di Tanjung Balai Sumatera Utara pada tanggal 29 Juli 2016 dapat dilihat disini :

PDF : Link Download

By MargaTan

Penulis ini belum menulis apa-apa tentang dirinya.

5 thoughts on “Patung Buddha di Vihara Tanjung Balai Pecinan Digusur; Alasannya Karena Dianggap Menghina Agama Mayoritas”
  1. Katanya “Agamamu adalah agamamu, Agamaku adalah Agamaku” tapi ini malah ngerecokin agama lain

  2. Hadu2.. kok logikanya bisa diputar balikan itu loh? Kok malah disebut menghina dan melecehkan. Ini kurang jelas apa lagi coba yg namanya menistakan? Tapi gak pernah diusut..

  3. For those of you who wonder. Budha vs Buddha

    It is not uncommon for people to question whether Budha has been spelt incorrectly, so for anyone who has ever pondered this very thing, here is the answer.

    Firstly, Budha is not to be confused with Buddha.

    In Hindu mythology, Budha is the God of merchandise and the protector of Merchants.

    Here are some more interesting facts about Budha.

    Budha is also the name for the planet Mercury and the son of Chandra (the moon).

    He is represented as being mild, eloquent and generally has a greenish complexion, although we prefer blue!

    He can be seen holding a scimitar, a club and a shield, riding a winged lion in Ramghur temple.

    Although, illustrations have also being noted to depict the God holding a sceptre and a lotus riding wither a carpet, an eagle, or a chariot drawn by lions!

    Finally, a thought from Buddha,

    ‘We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world.’

    1. ini apaan sih, komen bahasa Inggris di blog berbahasa Indonesia, dengan username indonesia juga, mau pamer? mau pamer kok gado-gado?

  4. ini klenteng, tri ratna
    buddhanya buddha klenteng alias mahayana
    wajar kalo jadi sasaran amuk massa
    kalo buddha theravada ya lain, asli lho

Leave a Reply to dasar Zombie Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?