Last Updated on 25 June 2023 by Herman Tan

Kerusuhan 13-15 Mei 1998 di Jakarta merupakan malapetaka terbesar yang dialami bangsa Indonesia, khususnya bagi keturunan etnis Tionghoa. Apakah secara langsung kerusuhan tahun 1998 tersebut diarahkan pada orang-orang keturunan Tionghoa, memang tidak begitu jelas.

Tapi bahwa mereka menjadi korban kerusuhan ini tidak bisa dipungkiri, karena penyerangan awal kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta dimulai dengan perusakan toko-toko dan rumah-rumah milik orang-orang keturunan Tionghoa.

A. Lokasi dan Waktu Kejadian Mei 1998

Lokasi dan waktu kerusuhan Mei 1998 di Jakarta dimulai disekitar kampus Universitas Trisakti, kawasan Grogol tanggal 13 Mei 1998 sekitar pukul 09:00-10:00 WIB. Ribuan orang berkumpul di depan kampus Universitas Trisakti untuk menyampaikan dukacita mereka atas tewasnya 4 orang mahasiswa Trisakti yang terlibat bentrok dengan aparat keamanan pada 12 Mei 1998.

Di dalam kampus, aksi berkabung mahasiswa berjalan dengan tertib dan mahasiswa dilarang keluar area kampus untuk menghindari insiden lanjutan dengan aparat.

“Empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas masing-masing adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998) dan Hendriawan Sie (1975-1998). Keempat mahasiswa itu tewas tertembak di dalam area kampus. Peluru-peluru yang disasarkan tepat mengenai bagian tubuh berbahaya seperti kepala, tenggorokan dan dada.

Tragedi Trisakti ini memicu kerusuhan Mei 1998. Walau demikian, tragedi Trisakti bukan penyebab utama munculnya kerusuhan. Krisis ekonomi Asia 1997 serta kritik terhadap pemerintahan Orde Baru yang menjadi penyebab utama kerusuhan” (dikutip dari : kawankumagz.com)

mahasiswa trisakti mei 1998
Tampak pada foto ketika para mahasiswa berhadapan dengan aparat di depan Universitas Trisakti pada peristiwa Mei 1998

Baca juga : Kerusuhan Mei 1998, Harga Yang Harus Dibayar Oleh Etnis Tionghoa

B. Keadaan Hari Pertama, 13 Mei 1998

Sekitar pukul 12:00 WIB terjadi sebuah pembakaran truk sampah di perempatan jalan layang. Banyak saksi mata yang menyebutkan bahwa terbakarnya truk sampah ini agak ganjil, mengingat daerah seputar kampus Universitas Trisakti ditutup rapat oleh aparat keamanan yang menghentikan arus lalu lintas.

Melihat kobaran api dari truk sampah, massa berubah brutal dengan mulai melempari barisan aparat yang memblokir jalan di depan serta mencabuti dan merusak rambu-rambu lalu lintas maupun pagar pembatas jalan. Rentetan tembakan peringatan dan gas air mata membuat massa berlari tunggang langgang.

Perusakan dan pembakaran terus menyebar, mulai dari kawasan di sekitar kampus Trisakti yaitu Jl. Daan Mogot, Jl. Kyai Tapa dan Jl. S.Parman. Menjelang sore hari aksi perusakan dan pembakaran meluas ke kawasan Bendungan Hilir, Kedoya, Jembatan Besi, Bandengan Selatan, Tubagus Angke, Semanan dan Kosambi.

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mencatat kerusuhan terus membesar dengan aksi perusakan dan pembakaran yang terlebih dahulu dilakukan oleh sejumlah orang yang kemudian diikuti oleh massa yang bergerak dari wilayah Grogol ke Jl. KH. Hasyim Asyari, Jl. Kyai Tapa, perempatan lampu merah Roxy, Jl. KH Moch. Mansyur, sampai ke Jl. Bendungan Hilir. Di wilayah Jakarta Selatan, sebuah pos polisi di kawasan Pasar Rumput dirusak massa.

Di Jl. Daan Mogot, massa mengamuk dengan membakar dan merusak gedung maupun mobil. Sekitar 15 mobil hangus terbakar dan 9 lainnya hancur total. Sebelumnya, isi dari mobil dijarah oleh massa.

Massa juga membakar sebuah bus yang berada di area parker. Di lintasan kiri maupun kanan Jl. Daan Mogot, kaca-kaca gedung hancur berantakan, 3 Kios yang berada di pompa bensin hangus terbakar.

Di area parker PT Putra Surya Multidana, 6 mobil dibakar dan 1 dirusak. Hotel Daan Jaya hangus terbakar dan kobaran apinya mulai menyentuh ke gedung di belakangnya, yaitu sebuah diskotik. Gedung Bank BCA, rumah bilyar, dan sejumlah gedung yang berada di jajarannya ikut jadi korban amukan massa.

penjarahan massa tragedi mei 1998
Tampak pada foto sebagian massa yang menjarah peralatan elektronik seperti komputer pada kerusuhan Mei 1998 di Jakarta

Menjelang sore, di wilayah Jembatan Sempit Angke, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, dan Jembatan Besi kerusuhan berupa perusakan dan penghancuran disertai dengan isu rasial Anti-Cina. Massa mulai menjarah rumah-rumah warga dan beberapa toko bahkan dibakar. Di Bojong, sebuah pasar swalayan mini dibakar massa.

Di Jalan Lingkar Luar Barat, massa menghadang dan menjarah setiap kendaraan yang melintas. Massa juga menghancurkan Mal Puri Indah dan Green Garden. Menjelang malam, pembakaran gedung, mobil, dan penjarahan toko masih berlangsung, terutama di sekitar kawasan Angke. Kerumuman massa namak di sepanjang Jl, Daan Mogot kearah Cengkareng.

Pada saat yang bersamaan, sekitar pukul 15:30 WIB, kerusuhan melebar ke kawasan Bendungan Hilir, di sekitar Gedung Wisma GKBI, Gedung BRI I dan Gedung BRI II, serta pasar dan pusat pertokoan Bendungan Hilir. Di kawasan ini dilaporkan 2 ruko di pertokoan Benhil rusak dan 2 mobil terbakar.

Masih di Jl. Daan Mogot, menjelang pukul 22:00 WIB kerusuhan sudah memasuki wilayah Kodya Tangerang, yaitu di wilayah Batuceper. Kerusuhan juga terjadi di Taman Semanan dan Kosambi, Jakarta Barat. Di kawasan Glodok, pembakaran dilaporkan terjadi sekitar pukul 19:00 WIB, dimulai dengan dibakarnya Pasar Perniagaan.

Perusakan dan pembakaran pada tanggal 13 Mei 1998 ini melanda 3 kawasan; yakni Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara dengan skala dan lingkup yang berbeda, namun belum terdapat korban jiwa.

massa menjarah toko mei 1998
Tampak sebagian massa yang sedang menjarah di sebuah toko pada peristiwa Mei 1998

Baca juga : Korban Mei 1998 : Mengapa Harus Perempuan Tionghoa?

C. Keadaan Hari kedua, 14 Mei 1998

Pada tanggal 14 Mei 1998, kerusuhan kembali terjadi sejak pagi hari dan meluas hampir di seluruh wilayah Jakarta dan meluas ke wilayah-wilayah sekitar Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok.

Aksi perusakan, pembakaran, dan penjarahan pada hari kedua Kerusuhan 13-15 Mei 1998 ini dimulai di kawasan Glodok sekitar pukul 08:00 WIB dan terus meluas sampai mendekati kawasan Ancol.

Di kawasan Jakarta Selatan, Pusat Perkulakan Goro yang terletak di Jl. Pasar Minggu pada pukul 11:00 WIB mulai dirusak, kemudian dijarah dan akhirnya dibakar.

Seluruh wilayah Jakarta pada tanggal 14 Mei 1998 dalam keadaan mencekam; massa bergerak di beberapa wilayah DKI Jakarta. Di kasawan Salemba dan Jl. Hayam Wuruk, massa melakukan penjarahan dan pembakaran.

Di Jl. Pegangsaan, Jl. Proklamasi, dan Jl. Diponegoro, sejumlah mobil, Gedung BII, seluruh toko di kompleks Megaria, termasuk pasar swalayan Hero, dan pertokoan di apartemen Menteng Prada.

Pos polisi dibawah jembatan layang Manggarai, beserta mobil dan motor yang diparkir hangus terbakar. Sedangkan di Kawasan Semanggi-Sudirman kerusuhan mengakibatkan seorang pemuda terluka akibat tembakan peluru karet di bahu kanannya ketika aparat berusahan menghalau massa yang berkerumun di Jembatan Semanggi kearah Jl. Sudirman.

kerusuhan mei 1998 jakarta
Tampak pada foto sebagian massa yang sudah ‘kesetanan’ membalikan sebuah mobil dan membakarnya pada 14 Mei 1998 di Jalan Hasyim Ashari, Jakarta

Di wilayah Jakarta Selatan, perusakan, penjarahan, dan pembakaran dimulai dari kawasan Mampang Prapatan sekitar pukul 12:30 WIB dan setengah jam kemudian massa mulai membakar Pasar Minggu Center yang menghanguskan sebuah ruang pamer Suzuki, dan kantor-kantor bank BCA, Mashill, dan BRI.

Pada waktu bersamaan, terjadi perusakan di Jalan Sultan Iskandar Muda dekat Kawasan Blok M dan Jalan Arteri Pos Pengumben yang menuju ke Joglo. Konsentrasi massa di beberapa tempat seperti di Jl. Kyai Maja (Mayestik) juga mulai melakukan berbagai perusakan.

Di Jakarta Timur perusakan dan penjarahan dilakukan di Yogya Plaza dan kawasan Artomoro. Dan menjelang pukul 14:00 WIB, Yogya Plaza di Klender dibakar massa.

kerusuhan mei 1998 jakarta 2
Tampak seorang penjarah sedang melewati mobil-mobil yang terbakar pada Kerusuhan Mei 1998

Wilayah Jakarta Pusat bagian timur seperti Cempaka Putih Tengah tempat pertokoan Harapan Indah dan Pasar Cempaka Putih juga dibakar massa. Antara pukul 15:00 WIB sampai pukul 16:00 WIB, Grasera yang terletak di Jl. Pandjaitan dirusak serta dijarah massa, dan sekitar pukul 17:00 WIB akhirnya ikut dibakar.

Hal yang sama juga terjadi di Kramat Jati, massa merusak sebuah toko elektronik dan pertokoan Ramayana. Menjelang sore, kawasan Cipete dan Kebayoran Baru mulai dirusak dan dibakar massa, seperti Kebayoran Plaza, Pasar Cipete dan Pasar Blok A.

Perusakan, penjarahan, dan pembakaran terus melebar sampai ke Kalimalang dengan dibakarnya toko swalayan Tomang Tol/Hembo pada pukul 20:00 WIB.

korban mei 1998
Tampak salah satu toko milik etnis Tionghoa yang dijarah massa pada Mei 1998

Baca juga : Mengapa Pemukiman Mereka Dijarah? Kajian Historis Pemukiman Etnis Tionghoa di Indonesia (Bagian I)

Dikawasan Tangerang yang berbatasan dengan Jakarta sudah dilanda kerusuhan sejak 13 Mei 1998. Kerusuhan berlanjut, dengan dijarah dan dirusaknya puluhan pusat perbelanjaan pasar, toko, ATM, dan Bank dirusak dan dijarah isinya. 3 Pasar Swalayan, 6 unit mobil, 1 hotel, serta sejumlah bangunan lainnya dibakar massa.

Di Bekasi, kerusuhan massa dimulai sekitar pukul 10:30 WIB dari Mal Metropolitan dekat ujung pintu tol Bekasi Barat. Mereka merusak bagian depan Mal terbesar di Bekasi itu dan menjarah isinya. Sasaran lainnya adalah Hero Kalimalang yang dirusak bagian belakangnya.

Di Bogor, kerusuhan massa bisa dicegah hingga tidak meledak. Semua kegiatan masyarakat praktis terhenti sejak sekitar pukul 09:00 WIB. Di Depok terjadi penjarahan, pembakaran  terjadi  menjelang sore, sekitar pukul 16:00 WIB.

Massa berhasil menjarah semua barang dari toko-toko yang ada di sana, seperti Ramayana, Agung Shop, Ramanda, Plaza Depok, Mal Depok, serta ruko-ruko lainnya. Ramayana, Agung Shop dan Ramanda kemudian dibakar massa. Malam hari aksi penjarahan dan pembakaran terus berlangsung di kawasan Depok.

kerusuhan mei 98
Tampak Bank BCA yang turut menjadi korban pada Mei 1998. Anda tahu kenapa? Karena mereka dekat dengan penguasa (Soeharto). Dan tokoh sentral yang melekat dengan deskripsi itu adalah Liem Sioe Liong.

D. Keadaan Hari Ketiga, 15 Mei 1998

Kerusuhan pada tangga 15 Mei 1998 tidak sehebat hari-hari sebelumnya. Massa penjarah, perusak, pemerkosa, dan pembakar yang mengamuk di seluruh kawasan kota, tiba-tiba menghentikan aktivitasnya.

Korban-korban tewas bermunculan, pihak Kepolisian memperkirakan ada sebanyak 200 orang yang tewas terbakar di Jakarta dalam Kerusuhan 13-15 Mei 1998. Sedangkan  di Tangerang, korban tewas yang hangus terbakar karena terjebak di dalam gedung-gedung yang dibakar diperkirakan mencapai sekitar 100 orang.

Keesokan harinya, kondisi Jakarta mulai pulih dari kerusuhan. Beberapa pedagang kaki 5 mulai menggelar dagangannya di Blok M. Di beberapa ruas jalan masih berserakan bangkai-bangkai kendaraan yang dibakar massa pada hari sebelumnya.

Di depan pintu atau dinding toko-toko, perkantoran dan rumah penduduk tertempel karton manila atau kain yang bertuliskan ” ‘Hidup Revormasi’, ‘Reformasi Oke’, ‘Revormasi Yes’, ‘Kami Dukung Revormasi’, ‘Milik Pribumi’, ‘Pribumi Asli’, ‘Asli Indonesia‘.

kerusuhan mei 1998
Ingin selamat dari amukan massa pada Mei 1998? Tulis ini di depan toko anda!

Sebuah penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Perkotaan Lembaga Penelitian Universitas Trisakti yang mendata 704 bangunan dengan total luas 802.406 m² di 97 kelurahan DKI Jakarta yang dilanda kerusuhan, menunjukkan bahwa kerusakan paling banyak berturut turut terjadi pada toko, rumah toko (ruko), bank, perkantoran, pusat perbelanjaan, rumah tinggal, dan lainnya.

Dalam penelitian ini, dianalisa tingkatan kerusakan bangunan serta melihat jumlah dan kualitas bangunan yang rusak, serta letak bangunan terhadap jalan.

Dari hasil analisa keruangan ini ditemukan beberapa fakta, antara lain :

♦ Dalam Kerusuhan 13-15 Mei 1998 bangunan-bangunan letaknya relatif dekat dengan jalan besar,
♦ Terdapat indikator perusakan dan pemusnahan sudah direncanakan dan diarahkan sebelumnya,
♦ Serta terkonsentrasi pada titik-titik tertentu.

Regresi berganda dan analisa faktor terhadap data-data agregat menunjukkan bahwa kepadatan bangunan korban kerusuhan beregresi positif dan signifikan serta mempunyai hubungan yang kuat bahwa jenis bangunan adalah milik warga minoritas keturunan etnis Tionghoa di DKI Jakarta.

Seperti hampir 80% bank yang dirusak adalah Bank BCA, Bank Lippo, sementara bank yang diketahui milik orang pribumi di daerah yang sama tidak mengalami kerusakan.

Analisa ini menunjukkan bahwa dalam kerusuhan 13-15 Mei 1998 tidak melihat adanya unsur spontanitas, karena ada titik arah tertentu yang dituju dan terlihat seperti sudah diatur sebelumnya.

mei 1998 jakarta
Tampak beberapa unit kendaraan tempur (Tank) milik TNI telah masuk melintasi jalan-jalan utama dalam kota

Baca juga : Siapakah Provokator dan Rekayasa Peristiwa Mei 1998?

Temuan sejenis juga didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan yang menyebutkan adanya ‘tindakan awal’ melalui pengkondisian massa berkumpul di lokasi yang akan menjadi sasaran perusakan, penjarahan, dan pembakaran dengan cara penyebaran isu di suatu lokasi;

serta adanya sekelompok orang yang berperan sebagai pengajak atau sekaligus pemimpin (bukan dari daerah setempat dan tidak dikenal warga) dan pengarah massa (berasal dari sekitar lokasi sekadian) untuk melakukan pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran.

Langkah-langkah yang dilakukan dibedakan antara lain, berbaur dengan massa dan MENERIAKKAN YEL-YEL ANTI CINA dan berada di depan, mempimpin, serta mengerahkan massa untuk menyerang dengan seruan agitasi.

Total kerugian fisik Kerusuhan 13-15 Mei 1998 mencapai sekitar Rp.2,5 triliun yang merusak 13 pasar, 2.479 ruko, 40 mal/plaza, 1.604 toko, 45 bengkel, 2 kecamatan, 11 polsek, 383 kantor swasta, 65 kantor bank, 24 restoran, 12 hotel, 9 pompa bensin, 8 bus kota/metromini, 1.119 mobil, 821 motor, 486 rambu lalu lintas, 11 taman, 18 pagar, 1.026 rumah penduduk dan gereja.

Sedangkan di bidang pangan, kerugian yang diderita dalam kerusuhan Jakarta tercatat 500 ton beras senilai 600 juta habis dijarah, 1800 ton gula senilai 3,24 miliar, dan toko koperasi senilai 400 juta. Total kerugian mencapai 4,24 miliar.

Jumlah Kerusakan Peristiwa Mei 1998 Jakarta

Jenis Bangunan → Jumlah → Persentase

Apartemen (3 bangunan) : 0,43%
Bank (155 bangunan) : 22,02%
Bengkel (18 bangunan) : 2,56%
Bioskop (1 bangunan) : 0,14%

Gudang (4 bangunan) : 0,57%
Hotel (4 bangunan) : 0,57%
Kantor (81 bangunan) : 11,51%
Pompa Bensin (2 bangunan) 0,28%

Pusat Perbelanjaan (32 bangunan) : 4,55%
Ruko (165 bangunan) : 23,44%
Rumah (21 bangunan) : 2,98%
Toko (218 bangunan) 30,97%

Total 704 bangunan : 100%

Perusahaan Listrik Negara juga dilaporkan mengalami kerugian 1 Miliar, sedangkan aset milik Pertamina mengalami kerugian sebesar 1,5 Miliar. Di bidang perbankan, 64 bank mengalami kerusakan, terdiri dari 313 kantor cabang, 179 kantor cabang pembantu, 26 kantor kas, dan220 ATM tidak dapat beroperasi pasca kejadian.

Sedangkan di wilayah luar Jakarta, seperti di Tangerang, kerugian materi akibat Kerusuhan 13-15 Mei 1998 diperkirakan mencapai 225 Miliar yang mengakibatkan 214 toko/ruko hangus terbakar, 371 toko/ruko rusak, dan 18 mal/supermarket hangus dan rusak. Kerugian lainnya adalah gedung yang dirusak terdiri dari 10 bank, 1 pasar, 1 bengkel, 1 apotek yang semuanya dijarah terlebih dahulu sebelum dirusak.

Baca juga : Kapan ‘Kecinaan’ Akan Berhenti?

Catatan :

1. Sumber : (1) Ringkasan Eksekutif Laporan Akhir TGPF Peristiwa Mei 1998; (2) Harian Kompas tanggal 14-18 Mei 1998 diulas oleh Rene L Pattirajawane (Pusat Studi Cina) 2. Foto : uniqpost.com

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?