Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Tea Pai (teapai) merupakan salah satu rangkaian acara yang sering diadakan dalam pernikahan adat Tionghoa (chinese wedding) untuk menghormati orang yang lebih tua.

Dalam beberapa kesempatan, tradisi penyuguhan teh di beberapa daerah sangatlah berbeda karena bisa tergantung dari kebiasaan  suku dan adat tradisi masing-masing.

Umumnya prosesi Tea Pai dilangsungkan pada pagi atau siang hari menjelang prosesi pemberkatan pernikahan di tempat ibadah.

Meski begitu, ada juga yang dilangsungkan pada malam hari (H-1); namun hal ini akan terkesan “dipaksakan”, atau bersifat “tidak penting”; atau hanya sekedar upacara seremonial belaka, sebagai ajang serah terima angpau, atau sebagai ajang foto2 keluarga besar.

Padahal, dalam prosesi Tea Pai ini tersimpan doa dan harapan orang tua agar kelak anak-anaknya bahagia!

Dalam acara Tea Pai atau morning ceremony biasanya dilangsungkan di kediaman mempelai pria, lalu di kemudian di tempat mempelai wanita. Namun saat ini umumnya dilangsungkan di kamar/ruangan hotel, dengan alasan kepraktisan.

Proses ini diikuti oleh keluarga besar kedua mempelai yang sudah menikah, seperti kakek nenek (yang dituakan lebih dulu), ayah ibu (orang tua), lalu diikuti oleh paman, bibi (beserta pasangannya masing2), saudara/i kandung, serta sepupu dan keponakan (yang dituakan/sudah menikah).

TERMASUK mereka yang sudah menikah, tapi ditinggal cerai (menjadi janda/duda), atau karena halangan (seperti sakit berat).

Jadi nantinya ybs akan duduk sendirian …

Istilah-Istilah Tea Pai

Tradisi Tea Pai sendiri memiliki beberapa sebutan, diantaranya :

1. Gong cha (Hanzi : 貢茶, 贡茶; Tribute tea. Orang Tionghoa di Indonesia sendiri diketahui sering menggunakan istilah ini.

Namun sebenarnya istilah ini digunakan pada jaman dulu, dimana teh yang berkualitas tinggi diantarkan oleh pemerintah daerah ke istana kekaisaran sebagai UPETI. Kebiasaan ini muncul selama periode Dinasti Jin 265 (266 – 420), dan terus berlanjut selama berabad-abad.

Pemberian teh upeti kepada Kaisar pada jaman kekaisaran, dianggap semacam pajak yang harus dibayarkan oleh petani teh. Selain dikirim ke istana untuk dikonsumsi, teh juga digunakan untuk hadiah oleh kaisar kepada pejabat negara, cendekiawan, atau utusan diplomatik dari negara2 asing.

2.  Jing cha 敬茶; Respect tea, atau  yang artinya menyuguhkan teh. Sebutan ini lazim digunakan di China. Disebut “Jing Cha”.

Karena dalam prosesi pernikahan, mempelai pria dan wanita akan menuangkan dan menyuguhkan teh kepada anggota keluarga yang lebih senior, atau yang sudah menikah (tambahan informasi dari twitter @cathydjaya).

3. Cha Dao 茶道; Tea ceremony, atau Phang Teh, yang artinya menuangkan (menyajikan) teh dalam prosesi pernikahan Tionghoa. Tapi, menuangkan teh tanpa menyuguhkan terkesan kurang tepat (istilahnya).

Istilah tea pai sendiri mendadak booming di Indonesia, ketika pernikahan Chelsea Olivia & Glenn Alinski tahun 2015 lalu. Istilah ini dianggap sebagai “bahasa gaulnya” wedding organizer. 1) tidak mengerti 2) salah persepsi makanya, ku gak suka istilah tea pai.

Padahal secara harafiah, “tea” artinya teh, dan “pai” (拜, bai) yang artinya berdoa/ sembahyang. Jadi, apa “tea pai” itu berarti menyembah si teh? Hal ini dianggap salah persepsi akibat ketidak mengertian.

Kita tidak sedang menyembah atau berdoa kepada teh, tapi kita menunjukkan rasa hormat dengan menuangkan & menyajikan teh (tambahan informasi dari twitter @cathydjaya).

Kakak2 dari kedua keluarga mempelai yang belum menikah TIDAK DIPERBOLEHKAN untuk mengikuti acara Tea Pai ini. Hal ini juga berlaku sama jika ada adik-adik dari keluarga mempelai yang sudah menikah, juga TIDAK DIPERBOLEHKAN mengikuti prosesi Tea Pai.

Dalam prosesi Tea Pai ini, sebagai urutan pertama, mempelai mempersilahkan orang yang paling tua (dituakan) untuk lebih dulu duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah duduk, berikan penghormatan dengan cara membungkukkan badan sambil mengepalkan kedua belah tangan.

Perlu di ingat, khusus untuk orang tua (papa mama) dan kakek nenek (apabila ada) sebaiknya dilakukan dengan cara BERLUTUT (kui).

Mungkin pada agama tertentu ada yang melarang umatnya untuk berlutut atau menyembah, dapat saja menggunakan cara berdiri, sambil sedikit membungkukkan badan.

Tapi menurut penulis, kesan penghormatan kepada orang tua jauh berkurang, karena status/derajatnya seperti disamakan dengan paman, bibi, kakak, serta saudara2 yang dituakan lainnya.

Baca juga : Tradisi SANGJIT Dalam Budaya Tionghoa

tea pai chinese wedding
Dalam foto, tampak kedua mempelai sedang mengikuti proses tea pai (Foto : Julita Witjandra – Manado)

Selanjutnya, seseorang yang telah ditunjuk sebelumnya (bisa MC atau pengiring pengantin) membawakan nampan yang berisi 2 buah cangkir kecil yang berisi teh kepada mempelai.

Kemudian barulah mempelai wanita mengambil satu persatu cangkir dari nampan tersebut, dan diberikan kepada keluarga mempelai pria, sembari menyebutkan status orang tersebut, misalnya kepada papa/mamanya, atau paman/bibinya. Selanjutnya diikuti oleh mempelai pria yang juga melakukan hal yang sama.

Selain itu, pada umumnya untuk posisi duduk, nenek, ibu, tante ada di kanan; sedangkan kakek, papa, paman di kiri. Hal ini sesuai prinsip “Nan Zuo, Ni You”, 男左女右 (Pria di kiri, Wanita di kanan). Hal inipun seharusnya berlaku sama pada posisi berdiri mempelai pria (berada di kiri) dan mempelai wanita (berada di kanan).

Pria disebelah kanan merupakan posisi aktual (sebenarnya), bukan dari sudut pandang orang lain.

Tapi, fakta di lapangan justru banyak yg dibolak-balik, tidak lagi mengindahkan hal tersebut. Mereka mungkin bingung dengan dunia barat, yang menjunjung kebiasaan “ladies first”.

Setelah keluarga yang dilayani selesai meminum teh yang diberikan, mbaik mempelai pria dan wanita akan mengambil kembali cangkir yang telah diminum tersebut.

Sebagai ucapan terima kasih terhadap pelayanan yang diberikan oleh kedua mempelai, biasanya mereka akan memberikan hadiah berupa angpau merah, ataupun perhiasan emas sebagai tanda restu dan doa dari pemberi (symbol of blessing).

Kalau keluarga yang dilayani memberikan hadiah angpau, maka dapat langsung ditaruh di nampan atau di kantongi oleh mempelai pria, sedangkan apabila hadiah berupa kalung, cincin, atau perhiasan lainnya, biasanya akan segera dipasangkan (perhiasan) kepada mempelai wanita.

Terkadang pada adat-adat tertentu untuk acara tea pai ini, pengantin wanita biasanya memberikan satu set handuk (handuk badan & wajah) kepada orang2 yang telah disuguhkan teh sebagai ucapan terima kasih. Namun ini juga relatif, dan sangat bergantung pada persiapan kesepakatan acara sebelumnya.

Setelah selesai, anggota keluarga yang disuguhkan teh kembali di kursinya, dan kedua mempelai memberikan salam penghormatan (membungkuk) kembali.

“Saya pernah berpikir, bahwa jika saya menikah, itu pasti bukan karena usia saya; namun karena itu cocok untuk satu sama lain.” – Zhang Xinyu

angpao pernikahan
Angpao pernikahan; biasanya diberikan para tamu undangan ataupun keluarga dekat mempelai (Foto : devowed.com)

Baca jugaInilah 8 Tahapan Prosesi Sangjit Bagi Yang Ingin Menikah

Jadi selain anggota keluarga inti, biasanya hadiah pernikahan dapat diberikan pada saat waktu pernikahannnya, dengan memberikan secara langsung pada saat akan jabat tangan dengan mempelainya.

Mengenai hadiah/kado pernikahan, orang-orang pada jaman dahulu biasanya memberikan gulungan kain yang mahal, arak (anggur) pernikahan, peralatan rumah tangga, bantal tidur, dan sebagainya.

Lalu lama kelamaan berkembang, hingga di era sekarang rata2 para tamu undangan biasanya hanya memberikan Angpau saja sebagai sebuah cara yang simple.

Menarik memang, karena tradisi memberikan Angpau pernikahan ini juga kini diadopsi oleh masyarakat non Tionghoa pada pesta pernikahan mereka.

Semoga bisa dipahami, dan semoga Anda bersama pasangan berbahagia hingga hari tua, sampai rambut memutih bersama! 白头偕老 (báitóu xiélǎo)!

Spesial thanks to (Foto) : devowed.com; Julita Witjandra (Mdo)

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

19 thoughts on “Tradisi Tea Pai Dalam Rangkaian Pernikahan Adat Tionghoa”
  1. mengapa handuk menjadi pilihan hadiah yang disuguhkan dalam teapai? apakah ada arti tertentu dalam sejarahnya?

    1. Halo merry, maaf baru bisa menjawab.

      Sepengetahuan penulis, biasanya handuk itu diberikan saat acara perkabungan, dimana handai taulan yg datang, ketika rangkaian acara selesai (pulang dari penguburan) diberikan handuk untuk mengelap keringat, karena telah membantu dan menghadiri prosesi acara. Handuk tersebut bisa dibawa pulang sebagai hadiah.

      Mengenai kenapa ini sampai dipakai sebagai give di acara2 sangjitan, tidak tahu. Hanya saja, handuk yg diberikan umumnya berwarna cerah, spt merah atau kuning.

      Demikian info, semoga membantu!

  2. Bagaimana urutan cing ciu yang baik, Kakek Nenek dari (mempelai pria dan wanita dulu) atau Papa Mama (dari mempelai pria dan wanita)?

  3. Calon suami saya tionghoa muslim dan saya juga bukan keturunan tionghoa,apa kami masih bisa mengikuti prosesi teapai?

  4. Hallo mohon bantu d jawab..
    Apa semua yg ikt teapai wajib untuk memberi emas/angpao kepada mempelai?
    Bgaimana dgn orgtua mempelai lelaki yg sdh membiayai pernikahan.. Apa hrus memberi jg?

    1. Hi sdri Gitta,

      1. Secara TEORI bisa, tapi apakah waktunya tidak terlalu mepet? Biasanya sangjit dilakukan paling lambat seminggu (7 hari) sebelum pernikahan, sebagai tanda LAMARAN RESMI mempelai Laki ke Perempuan.

      2. Belum pernah dengar cerita Sangjit dibarengi Teapai pernikahan. Tea pai pernikahan dilakukan pagi/siang hari (pukul 7-12) pada saat hari H. Kasarnya, Teapai ini sebagai “waktunya” dalam memberi angpau/perhiasan nikah secara khusus dari kedua sanak family kepada pasangan mempelai.

      Biasanya orang yang mulai “menawar” waktu dalam menyelenggarakan Sangjit dan Teapai ini BIASANYA sudah beralih kepercayaan, yang sudah terkena doktrin “serba simple”; tapi masih mau menjalankan tradisi Tionghoa. Namun mohon maaf, seperti itulah tradisi Tionghoa, TIDAK BISA lebih simple lagi; jika tidak mau, sekalian saja tidak perlu dilaksanakan daripada menjadi beban.

      Salam hangat,

  5. Mempelai pria dan keluarganya non tionghoa dan tidak bersedia melakukan tehpai, bolehin tehpai hanya dilakukan untuk 1 pihak keluarga yaitu keluarga mempelai perempuan? Atau lebih Baik ditiadakan saja?

    1. Kalau keluarga mempelai perempuannya banyak saudara, sebaiknya tetap dilaksanakan meski hanya sepihak; dengan catatan MEMPELAI LAKINYA TETAP HARUS IKUT. Kalau tidak, perlu dipertanyakan itu bentuk toleransinya.

    1. Memang gitu makna pemberian angpaonya. Angpao hanya boleh diberikan oleh orang yang telah berkeluarga karena dianggap telah matang secara finansial.

      Jangankan buat pernikahan, untuk acara tahunan seperti Imlek saja, bagi yang belum berkeluarga tetap dapat menerima angpao.

      Tapi dalam hal ini ada satu pengecualian, misalnya wali / orang tuanya ybs (yang akan melangsungkan pernikahan) meninggal. Itu bisa diwakilkan oleh kakaknya meski belum menikah (terpaksa karena keadaan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?