Seorang anak di Tiongkok pada Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan sebuah perbuatan yang luar biasa. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,3 milyar penduduk Tiongkok.

Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.

Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001; ybs kelahiran 1991) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Kondisi ini memaksa seorang bocah yang pada waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.

Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.

kisah zhang da 10 tahun

Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.

Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.

Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.

Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.

Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya :

“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah?

Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.

Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!”

Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.”

Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab :

“Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!”

Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya?

Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.

Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

kisah zhang da anak 10 tahun

Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.

Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Zhang Da, Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri Tiongkok”
  1. @ Herman Tan,

    Maaf ada informasi penting yang perlu disampaikan.

    Kepada Umat Agama Tionghoa, harap waspada terhadap kelakuan Orang Non-Tionghoa/Pribumi berkulit pribumi yang menjadi Tangsin dan mengoperasikan Kelenteng sendiri dengan tujuan menipu uang orang-orang Tionghoa. Modusnya pura-pura kesurupan dewa kemudian menakut-nakuti, namun tujuan akhirnya adalah uang.

    Komplotan asistennya berbaju putih-putih berjumlah sekitar 10-12 orang Pribumi dan Tionghoa. Ada 8 asisten yang sudah jelas tampangnya adalah orang-orang Pribumi Jawa yang pura-pura suka sembahyang di kelenteng pribumi tsb. Kelenteng Pribumi penipu itu ada di daerah Jalan Agung Utara, Sunter, Jakarta Utara.

    Yang lebih parah lagi Tangsin Pribumi Jawa tsb sudah keliling ke kelenteng-kelenteng lainnya dan melakukan ritual agama Tionghoa dihadapan orang Tionghoa. Tentu hal yang dituju adalah uang orang-orang Tionghoa.

    Tangsin Pribumi beserta asistennya selalu membawa anak dan istri saat kunjungan ke kelenteng lainnya sehingga secara sekilas terlihat sebagai umat namun sebenarnya adalah komplotan para penipu yang sangat-sangat professional yang mencari uang dengan menyamar sebagai orang Tionghoa dan melakukan praktik ritual agama Tionghoa di kelenteng-kelenteng.

    Jangan mudah tertipu dari penampilan yang sekilas mirip Tionghoa, coba telusuri dulu riwayat dan silsilah keluarga dari orang-orang yang mengaku sebagai orang Tionghoa tsb.
    Tangsin Pribumi penipu tsb bisa berbahasa Tionghoa karena pernah study di Tiongkok, namun ybs bukan orang Tionghoa.

    Komplotan asisten pribumi penipu tsb belajar ritual agama Tionghoa dari youtube. Coba lakukan tanya-jawab pasti akan terbongkar topengnya.

    Seluruh asisten tsb adalah para pengangguran yang mencari nafkah dengan cara menipu orang-orang Tionghoa di kelenteng-kelenteng.

    Secara akal sehat seharusnya orang-orang Tionghoa tidak mudah tertipu oleh orang Non-Tionghoa/Pribumi yang melakukan ritual-ritual Agama Tionghoa. Namun kenyataannya, orang Tionghoa sendiri malah tidak peduli apabila dirinya di tipu oleh orang lain.

    Sudah banyak kelenteng-kelenteng yang menjadi korban. Mohon agar informasi ini disebar-luaskan kepada para pengurus kelenteng untuk berhati-hati dan waspada selalu.

    = Tan =

Leave a Reply to Pengamat Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?