Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado
Pada setiap tanggal 15 bulan 8 penangalan bulan adalah tradisi merayakan pesta pertengahan musim gugur di Cina. Bulan pada hari tersebut tampak lebih besar, lebih bulat, dan juga lebih terang.
Ketika bulan mulai muncul, setiap keluarga semuanya duduk berkumpul mengelilingi meja sambil menyantap kue bulan dan bercerita tentang legenda bulan dan kisah suka duka alam manusia dengan alam surga. “Chang’e Terbang ke Bulan” adalah salah satu cerita dan legenda yang paling menyentuh hati.
Di istana bulan yang jauh itu tinggallah seorang bidadari yang sangat cantik, bernama Chang’e, ia adalah dewi bulan. Ia sudah sangat lama tinggal seorang diri di bulan. Chang’e sebenarnya adalah seorang wanita biasa, sama seperti wanita di dunia pada umumnya. Memiliki kampung halaman dan juga memiliki keluarga.
Tetapi bagaimana ia bisa menjadi seorang dewi? Juga bagaimana ia bisa pergi ke istana bulan? Hal ini harus diceritakan dari kekacauan yang dilakukan oleh 10 matahari.
Begini kisahnya …
Sebenarnya pada zaman dahulu kala, di dunia ini terdapat 10 matahari. Mereka semuanya bersaudara dan tinggal di sebuah tempat yang bernama Tanggu.
Menurut peraturan Kaisar langit, matahari bersinar bergantian setiap 10 hari sekali. Setiap hari, satu matahari naik ke atas untuk memberikan kehangatan dan penerangan bagi penduduk bumi.
Tetapi, matahari-matahari tidak mau tunduk pada aturan seperti ini, karena mereka berharap dapat keluar bermain bersama setiap hari.
Pada suatu hari, kesepuluh matahari akhirnya bersama-sama muncul di atas langit.
Sebuah matahari saja dapat memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi umat manusia, tetapi 10 matahari menyebabkan bencana yang besar bagi penduduk bumi. Rerumputan hangus terbakar, tanaman di sawah mati kekeringan, air sungai juga mengering.
Siluman dan binatang buas memanfaatkan kesempatan ini untuk melukai manusia, orang-orang pun tidak dapat hidup. Dalam keadaan seperti ini, pemimpin rakyat jelata yang bernama Yao segera berdoa kepada Kaisar langit.
Setelah Kaisar langit mendengar sangatlah marah, segera memanggil Hou Yi; seorang yang kuat dan gagah berani di kerajaan langit.
Kaisar langit berkata kepada Hou Yi, ”Matahari-matahari telah melanggar perintahKu, menimbulkan bencana yang parah pada orang-orang di dunia. Sekarang saya beri kamu busur dan anak panah dewa untuk membasmi mereka. Tetapi, kamu harus sudah kembali dalam waktu 3 tahun, kalau tidak, kamu akan mendapat hukuman.”
Hou Yi sangatlah gagah dan tampan, memiliki tenaga yang tak terhingga, teknik memanahnya juga sangat jitu. Setelah tiba di dunia, Hou Yi menggunakan tenaga Dewa, tidak berapa lama ia dapat memanah jatuh 9 matahari. Karena dicegah oleh Yao, akhirnya ia meninggalkan 1 matahari, karena matahari masihlah sangat berguna bagi manusia.
Setelah Hou Yi menyelesaikan tugas dari Kaisar langit, ia sangat ingin segera pulang ke kerajaan langit. Tetapi orang-orang tidak rela membiarkannya pergi, karena ia telah menghapuskan bencana besar bagi umat manusia, berharap ia dan orang-orang bergembira bersama-sama beberapa hari.
Di samping itu, di bumi masih ada banyak siluman dan binatang buas, orang-orang juga masih memerlukan bantuannya. Karena permohonan dari orang-orang, akhirnya untuk sementara waktu ia tetap tinggal di bumi.
Hou Yi telah mengunjungi berbagai tempat dan mengenal orang-orang dari berbagai tempat, membunuh siluman dan binatang buas yang melakukan perbuatan jahat, ia banyak melakukan perbuatan baik untuk orang-orang, dan dirinya juga sangat mencintai orang yang ada di dunia ini.
Pada suatu hari, Hou Yi melewati sebuah sungai, melihat seorang gadis sedang bermain air di pinggir sungai. Ia sedang kehausan setengah mati, lalu berjalan menuju si gadis meminta air untuk minum. Si gadis dengan ramahnya memberikan air kepadanya dan bertanya, ”Bukankah kamu si Dewa Hou Yi?”
“Betul, bagaimana kamu tahu?”
“Dari pakaian yang kamu kenakan, dari busur Dewa yang berwarna merah, dan panah Dewa yang berwarna putih itu, semua orang di sini siapa yang tidak mengenalmu?”
Dari pembicaraan mereka, Hou Yi mengetahui bahwa nama si gadis itu adalah Chang’e, seorang gadis yang tidak punya saudara, tidak punya teman, dan orang tuanya telah meninggal dunia oleh bencana besar yang dibuat oleh 10 matahari, Hou Yi sangat bersimpati padanya.
Chang’e sangat ramah dan baik hati, juga sangat cantik, sebentar saja Hou Yi sudah jatuh cinta padanya. Sedangkan Chang’e, karena Hou Yi adalah seorang pahlawan yang membasmi kejahatan demi kepentingan rakyat, maka ia sangat menganguminya. Mereka berdua saling jatuh cinta, tidak lama kemudian mereka menikah.
Sejak saat itu, Chang’e setiap hari memelihara ulat sutra dan menenun kain, sedangkan Hou Yi setiap hari pergi menebang kayu dan berburu, dan juga mengajari banyak pemuda memanah, mereka hidup sangat bahagia. Kehidupan di dunia begitu menyenangkan, Hou Yi akhirnya melupakan untuk kembali ke kerajaan langit.
Waktu berjalan dengan cepat, dalam sekejab mata sudah 3 tahun, batas waktu yang diberikan Kaisar Langit kepada Hou Yi telah lewat; Hou Yi malah tidak mau kembali ke kerajaan langit. Melanggar peraturan Kaisar langit, ini sangatlah tidak dibenarkan.
Kaisar langit menganggap Hou Yi telah menghina kemuliaannya, sehingga sangatlah marah, lalu menghapuskan kedudukan Hou Yi di langit, dan menyuruh Hou Yi agar selamanya tidak kembali ke kerajaan langit.
Menghadapi hukuman Kaisar langit, Hou Yi sama sekali tidak menyesal, karena ia mencintai kehidupan manusia. Mencintai Chang’e istrinya yang cantik, demi Chang’e, ia rela menjadi seorang manusia biasa.
Tetapi hari-hari yang telah dilalui sebagai manusia tidaklah sama dengan menjadi dewa di kerajaan langit, dulu, ia mempunyai kekuatan yang tak pernah ada habis-habisnya untuk digunakan.
Tapi sekarang, setiap hari harus berangkat pagi dan pulang malam, kadangkala merasa sangat letih. Ia merasa dirinya telah berubah menjadi tua, ini membuat hatinya menjadi sangat tidak nyaman.
Chang’e melihat suaminya memiliki rasa gundah, lalu berkata padanya, “Hidup di dunia ini begini baik, hidup kita pun bahagia, apalagi yang membuat anda bersedih?”
Hou Yi berkata, ”Dunia manusia memang baik, tetapi hidup manusia biasa ada batasnya, kita pastilah akan mati, pada suatu hari nanti kita pasti akan berpisah.”
Chang’e berpikir lalu berkata, “Kamu pernah menjadi Dewa, mungkin mengetahui suatu cara agar tidak mati.”
Sebuah kalimat telah mengingatkan Hou Yi pada sesuatu, ia berkata, ”Dulu saya mendengar Dewi Xiwangmu yang tinggal di atas gunung kunlun mempunyai semacam obat panjang umur, namun mendapatkan obat semacam itu sangatlah sukar. Tidak tahu apakah Dia di sana masih punya atau tidak.
Lagipula jalan ke sana sangatlah jauh, membutuhkan banyak waktu, saya benar-benar tidak ingin meninggalkanmu.”
“Jika ada obat bukankah kita dapat hidup bersama selamanya?” Selesai bicara, Chang’e lalu mempersiapkan makanan dan perlengkapan untuk Hou Yi dan mengantarnya pergi.
Gunung Kunlun adalah sebuah gunung Dewa di nirwana, sangat curam dan berbahaya, Dewi Xiwangmu tinggal di puncak gunung tersebut. Hou Yi mendaki gunung-gunung dan menyebrangi sungai-sungai, melewati hutan yang lebat, telah berjalan melalui padang pasir yang luas, akhirnya sampailah di sana.
Setelah bertemu dengan dewi Xiwangmu, Yi menerangkan maksud kedatangannya.
Sebelumnya Dewi Xiwangmu sudah mengenal Hou Yi, dan karena dia telah memberantas kejahatan demi umat manusia, maka Dewi Xiwangmu sangat bersimpati kepadanya, juga sangat menghormati, menyetujui permohonannya.
Dewi Xiwangmu memerintahkan penjaga khusus yaitu burung berkaki tiga untuk mengambil obat panjang umur.
Tak lama kemudian burung berkaki tiga keluar dari dalam gua membawa sebuah labu air yang di dalamnya terdapat obat panjang umur yang terbuat dari buah pohon yang tidak bisa mati, namun hanya berbuah setiap 3000 tahun sekali.
“Ambillah!” Dewi Xiwangmu memberikan obat, dibungkus memakai kertas, dan memberikan kepada Hou Yi sambil berkata,”Obat ini hanya tersisa sebegini, jika kalian masing-masing makan separuh, pasti dapat panjang umur. Namun jika kalian setiap orang memakan semuanya, maka akan berubah menjadi Dewa dan terbang ke langit.”
Akhirnya Dewi Xiwangmu berpesan, “Ini adalah obat Dewa, harus di makan pada saat bulan purnama tanggal 15 bulan 8.”
Hou Yi meletakkan obat dengan hati-hati, pamit pada dewi Xiwangmu, kemudian meninggalkan gunung kunlun.
Setibanya di rumah, Hou Yi memberitahukan perkataan dewi Xiwangmu pada Chang’e, dan memberikan obat padanya untuk disimpan, menunggu untuk dimakan pada saat bulan purnama tanggal 15 bulan 8.
Setelah itu, Hou Yi setiap pagi dan malam masih menebang kayu dan berburu di hutan, Chang’e masih memelihara ulat sutera dan menenun kain. Mereka hidup lebih berbahagia, karena mereka telah memiliki obat, dapat hidup bersama selamanya. Tapi mereka sama sekali tidak akan pernah menyangka bahwa nasib yang tragis sedang menunggu mereka.
Di antara beberapa pemuda yang belajar memanah kepada Hou Yi, ada seorang pemuda yang bernama Feng Meng, keahlian memanahnya paling baik, tapi hatinya paling jahat, Feng Meng iri terhadap kemampuan Hou Yi, setiap hari mengharapkan gurunya sendiri cepat mati, karena pada saat itu Hou Yi adalah pembuat busur dan anak panah yang paling baik.
Sejak mengetahui Hou Yi ternyata telah mendapatkan obat panjang umur, ia semakin membenci Hou Yi. Maka ia telah mengatur siasat yang keji.
Tanggal 15 bulan 8, disaat bulan purnama sudah muncul, Chang’e sudah membuat makanan, menunggu Yi pulang. Pada saat itu, tiba-tiba pintu terbuka, seseorang berlari masuk dan berkata pada Chang’e, ”Cepat berikan pada saya obat panjang umur yang diberikan Dewi Xiwangmu pada suamimu!”
Chang’e terkejut dan heran, “Kamu… bukankah kamu Feng Meng murid suamiku? bagaimana kamu…”
“Ayo, jangan banyak bicara, cepat serahkan obatnya, kalau tidak, saya tidak akan segan-segan lagi padamu!” kata Feng Meng sambil berkata segera menghampiri Chang’e.
Chang’e berpikir dalam keadaan apapun tentu saja tidak akan memberikan obat yang telah didapat suaminya dengan susah payah.
Ia perlahan-lahan mengambil obat dari samping tubuhnya, ketika Feng Meng mengulurkan tangannya untuk mengambilnya, tiba-tiba Chang’e malah memasukkan obat ke dalam mulutnya dan menelannya, kemudian berbalik keluar dan melarikan diri.
Chang’e berlari keluar rumah dan merasa sekujur tubuhnya berayun-ayun ringan, kedua kakinya secara tidak sengaja telah meninggalkan tanah. Segumpal awan putih menyangganya dan terbang ke udara.
Setibanya di langit, di sekeliling sunyi sepi, di bawah kaki adalah tanah yang berwarna abu-abu, di atas kepala adalah langit biru yang gelap, hanya ada sebuah bulan purnama yang besar dan bulat. Pergi kemana ya? Sekarang tidak mungkin bisa pulang ke rumah.
Chang’e berpikir, Dewi Xiwangmu pernah berpesan bahwa jika pada saat bulan purnama memakan obat tersebut, pastilah ada sesuatu. Bukankah di atas bulan purnama, masih dapat melihat kampung halamannya sendiri? Melihat tempat yang pernah dilalui saat hidup bersama dengan Yi? Oleh karena itu ia segera terbang menuju istana bulan …
Hou Yi pulang dari berburu, melihat di dalam kamar sangat berantakan dan Chang’e sudah tidak ada. Obatpun tidak ada. Ia berulang kali memanggil Chang’e, namun tidak ada jawaban, ia tidak mengetahui apa yang telah terjadi, di dalam hati merasa khawatir, lalu segera keluar untuk mencari Chang’e.
Tidak terpikirkan olehnya bahwa Feng Meng yang licik dan kejam itu pada saat yang bersamaan bersembunyi di hutan kecil yang ada di luar rumah Yi.
Pada saat Hou Yi berjalan dengan tergesa-gesa, tiba-tiba Feng Meng melompat keluar, memegang sebatang tongkat persik yang besar, dengan marahnya memukul ke arah kepala belakang Hou Yi; Yi yang sedikitpun tidak berhati-hati terhadap serangan tersebut, lalu segera menemui ajalnya di bawah pukulan Feng Meng.
Setelah mengetahui kejahatan yang dilakukan Feng Meng, murid2 Yi yang lainnya segera menangkapnya dan mengikatnya pada sebuah pohon, menggunakan anak panah lalu memanahnya hingga mati. Feng Meng pun akhirnya tidak menjadi ahli memanah yang terbaik di dunia.
Orang-orang segera memakamkan Hou Yi. Demi mengingat jasa-jasanya membasmi kejahatan di bumi, di setiap rumah melukis gambar Yi, digantung di kamar, menghormatinya sebagai Dewa Zhongbu, yaitu dewa yang bisa mengusir kekuatan jahat dan melindungi rakyat.
Setelah Chang’e tiba di istana bulan, ia tidak dapat terbang lagi, dan telah menjadi Dewi yang abadi untuk selamanya.
Tahun-tahun berlalu, Chang’e seorang diri tinggal di istana bulan, setiap malam memandang kampung halamannya sendiri, merindukan orang yang dicintainya.
Setiap tanggal 15 bulan 8, sebuah bulan purnama yang bersinar di langit menyebarkan cahaya perak yang berwarna keabu-abuan.
Pada saat itu di bumi anda bisa merasakan sinar bulan ini begitu lemah lembut, begitu penuh kasih sayang dan lagi membuat orang begitu terpesona, itu dikarenakan Chang’e selalu merindukan kampung halamannya dan terkenang akan Yi.
Diterjermahkan : By Richard