Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan Manado

Makin maju budaya suatu kelompok, makin maju pula peradaban dari kelompok tersebut. Dari budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang suatu kelompok masyarakat bisa dilihat bagaimana tingkat peradaban dan perkembangan kelompok masyarakat tersebut pada masa lalu dan juga masa sekarang.

Kebudayaan yang ada sekarang ini merupakan ciptaan dan peninggalan nenek moyang masa lalu; dengan demikian sebenarnya masa sekarang pun kita bisa dan harus menciptakan budaya yang nantinya kelak akan menjadi peninggalan untuk anak cucu kita.

Suatu kebudayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang, belum tentu bisa diterima, bertahan serta dikembangkan oleh generasi berikutnya. Seandainya suatu tradisi kebudayaan tersebut bisa bertahan, ini berarti bahwa kebudayaan tersebut mempunyai nilai-nilai positif dan dapat diterima oleh generasi berikutnya.

Bahkan kebudayaan tersebut dinilai positif oleh kelompok masyarakat lain dan mungkin diadopsi atau ditiru oleh kelompok masyarakat tersebut.

Sementara apabila suatu kebudayaan ditinggalkan oleh generasi penerus, ada kemungkinan kebudayaan tersebut kurang atau tidak bermanfaat, atau tidak relevan lagi dengan zaman masa kini;

sehingga sebagai pemikir atau tokoh-tokoh yang dipandang oleh masyarakat, seharusnya bisa memilah dan memilih kemudian membuat perubahan dan pembaruan dalam melestarikan kebudayaan yang tidak lagi relevan tersebut.

Seperti musik oriental yang berisi alat-alat musik tradisional Tiongkok mempunyai sejarah ribuan tahun dan yang begitu mengagumkan serta mempunyai bunyi yang merdu, sangat disayangkan makin mari malah makin ditinggalkan oleh generasi penerus (Tionghoa), karena dianggap kuno serta sudah ketinggalan zaman.

Mungkin inilah saatnya para pemusik oriental membuat inovasi baru agar musik oriental menjadi lebih disukai oleh generasi penerus.

Demikian juga dengan acara dan upacara keagamaan yang telah lama diturunkan dari generasi ke generasi, para pemuka dan tokoh agama seharusnya memperhatikan dan melihat mana yang harus diteruskan dan mana yang harus ditinggalkan atau dirubah/diperbaharui.

Jangan sampai generasi berikutnya meninggalkan semua itu dan bahkan mencemoh generasi diatas mereka. Apalagi dalam hal keagamaan, umat haruslah dicerdaskan, bukan dibodohkan.

Banyak budaya yang diwariskan nenek moyang mengandung makna-makna yang tersembunyi dan memberikan pengajaran pada generasi penerusnya, ini seperti salah satu kata Laozi yang dalam terjemahan kira-kira berbunyi “Memberi pengajaran tanpa bahasa”.

Beberapa contoh budaya misalnya tradisi pemberian Angpao, ini menunjukkan sifat kebaikan dari si memberi, dan memberikan pelajaran pada generasi muda untuk nantinya memiliki sifat dermawan.

Kemudian juga simbolisme hewan, benda-benda, dan kata-kata mutiara yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari selama ribuan tahun sebenarnya merupakan cara untuk memotivasi positif.

Dengan menempelkan tulisan “Fu” (福) di rumah, akan memberikan nuansa rezeki yang melimpah pada pemilik rumah tersebut dan disini diharapkan hati/perasaan pemilik rumah menjadi lebih baik/postif.

Banyak juga kebudayaan yang bertujuan agar generasi penerus tidak melupakan sejarah dan selalu mengingat siapa sebenarnya nenek moyang serta dari mana mereka berasal.

Meskipun kadang satu budaya hanya berbentuk kuliner, budaya tersebut juga dapat memberikan makna dalam kehidupan, misalnya menyemarakkan kehidupan, berkumpul bersama keluarga, mengingat sejarah, saling memberi, dsb.

Janganlah kita menjadi kacang yang lupa akan kulitnya…

Dikutip dari : Buletin Taoist Culture Exhibition – Bali (Juli 2015); dengan pengeditan dan perbaikan diksi*

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?