Last Updated on 29 July 2020 by Herman Tan Manado
Seandainya teman-teman mendengar kata “Imlek,” hal apa yang pertama kali melintas di benak Anda? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab “barongsai,” atau “angpao.”
Sejak tahun 2000, perayaan imlek di Indonesia memang selalu identik dengan pagelaran seni barongsai yang diadakan di pusat perbelanjaan di berbagai kota besar, atau dengan amplop-amplop merah yang dibagikan para tetua dalam keluarga kepada anak kecil dan kepada anggota keluarga yang belum menikah.
Sesungguhnya, perayaan imlek lebih daripada perayaan barongsai atau pembagian angpao. Satu hal tentang imlek yang akan selalu saya kenang adalah kebersamaan dengan anggota keluarga besar dari pihak papa pada saat saya kecil dahulu.
Mengingat papa saya adalah anak tertua dari sembilan bersaudara, dapat dibayangkan bagaimana riuhnya saat makan malam bersama di malam tahun baru imlek (团圆饭; Tuányuán fàn) ketika seluruh anggota keluarga besar berkumpul di rumah nenek saya.
Beberapa hari sebelum Hari Raya Imlek, biasanya nenek saya sudah sibuk membeli makanan jadi atau bahan makanan untuk dikelola. Makanan jadi yang saya maksud di sini berupa bermacam-macam kue kering, permen dan manisan yang diletakkan dalam kotak merah bersegi delapan, dan buah jeruk.
Sehari sebelum Hari Raya Imlek, nenek saya bersama beberapa orang menantunya dan asisten rumah tangga akan sangat sibuk mengelola bahan makanan yang sudah dibeli tersebut. Menu utama yang hampir selalu ada di setiap Tuanyuan fan adalah tim ikan kerapu dan haisom (海参; Hǎishēn; teripang laut).
Baru saya ketahui kemudian bahwa ternyata menu ikan wajib dihidangkan pada perayaan tahun baru karena dalam bahasa mandarin ikan (鱼) disebut “yu” yang berbunyi sama dengan “yu” yang berarti berkelebihan.
Bagi saya, Tuanyuan fan adalah saat di mana saya dapat bermain dengan seluruh sepupu hingga larut malam. Kami berlarian, berlompatan, tertawa, dan bersembunyi di rumah nenek, diiringi dengan suara percakapan dan suara dentingan piring dan gelas dari para orangtua kami. Benar-benar suatu masa yang akan saya kenang selamanya!
Hal lain tentang imlek yang menarik bagi saya adalah banyaknya pantangan yang harus dijaga dalam menyambut hari raya ini. Satu pantangan yang saya ingat dipraktekkan oleh mama saya adalah keharusan penghuni rumah untuk menyembunyikan benda-benda tajam pada saat hari H karena dianggap dapat memotong keberuntungan.
Masyarakat keturunan Tionghoa juga pantang membersihkan rumah pada saat hari imlek karena dipercaya dapat mengusir keberuntungan disepanjang tahun yang akan berjalan.
Dibalik kemeriahan perayaan imlek, tersimpan gambaran yang kaya dari latar-belakang budaya suku bangsa Tionghoa. Sama dengan perayaan tahun baru lainnya, perayaan imlek adalah bentuk ucapan syukur dan harapan dari para anggota keluarga dalam menyambut tahun yang baru. Selamat menyambut tahun baru Imlek!
Penulis : Syanne Helly – Pemenang Quiz yang diadakan Page Tradisi & Budaya Tionghoa
Editor : Tionghoa.INFO