Di masa kini, terdapat banyak versi cerita mengenai asal-usul Festival Ceng Beng (Qing Ming) yang beredar di masyarakat tionghoa.
Beberapa versi asal mula perayaan Cengbeng yang terkenal, seperti dari Kaisar pertama Dinasti Han, Liu Bang 劉邦 (reign 202-195 SM), atau Kaisar pertama Dinasti Ming, Zhu Yuan Zhang (reign 1368-1398).
Tetapi kalau mau ditelusuri lebih jauh, terdapat kisah mengenai Jie Zi Tui (介子推), yang terjadi sekitar tahun 600-an SM, pada jaman Musim Semi dan Musim Gugur (771-476 SM). Ini merupakan versi yang paling awal mengenai asal mula dari Festival Cengbeng-an (清明节; Qing Ming Jie).
Pada Periode Musim Semi Gugur (春秋时代; Chun Qiu Shidai), selir dari Raja Jin Xian Gong (晋献公) yang bernama Li Ji (骊姬) ingin agar putra kandungnya, Xi Qi (奚齐) naik tahta dan menjadi penguasa Kerajaan Jin selanjutnya.
Karena itu, si selir menggunakan berbagai cara untuk mencelakakan sang putra mahkota, Pangeran Shen Sheng (申生).
Akhirnya, Pangeran Shen Sheng dipaksa untuk bunuh diri. Sedangkan adik Pangeran Shen Sheng yang bernama Pangeran Zhong Er (重耳) memilih untuk mengasingkan diri dan keluar Istana, untuk menghindari nasib yang sama seperti kakaknya.
Baca juga : Asal Usul Perayaan Qing Ming (Ceng Beng) Menurut Versi Kaisar Ming, Zhu Yuan Zhang
Dalam pengasingannya, banyak kesulitan dan penghinaan yang diterima Zhong Er. Satu per satu pejabat yang mengikutinya dalam pengasingan meninggalkannya, karena tidak tahan dengan kondisi penderitaan yang dialami mereka. Pada akhirnya, hanya tersisa beberapa pejabat setia saja yang masih mengikutinya.
Salah satu diantara para pejabat yang masih setia mengikuti Zhong Er dalam pelariannya adalah Jie Zitui (介子推). Pada suatu hari, ketika Zhong Er berjalan melewati wilayah Negara Wei, dia pingsan karena tidak tahan dengan rasa laparnya kala itu.
Pada saat itu, Chong’er menemukan bahwa Jiezi telah menghilang. Beberapa pengikutnya mengatakan bahwa dia melarikan diri dalam rombongan. Tetapi Chong’er percaya bahwa Jiezi bukanlah orang seperti itu.
Namun Jie Zitui diam2 ternyata memotong daging kakinya sendiri, kemudian memanggang daging tersebut. Setelah beberapa saat, Jie membawakan semangkuk kaldu untuk disuguhkan pada Zhong Er.
Setelah memakannya, Chong Er menyadari bahwa ternyata itu adalah sup yang dimasak dengan potongan daging kaki pejabatnya tersebut. Chong Er menjadi sangat emosional, dan mengatakan bahwa dia akan memberikan hadiah kepada Jie Zitui apabila dia berhasil menjadi Raja suatu hari nanti.
Singkatnya, 19 tahun kemudian, Zhong Er berhasil pulang ke Negaranya, mengumpulkan dukungan dari pejabat2 yang dikenalnya dulu, dan naik tahta menjadi Raja yang dikenal dengan Raja Jin Wen Gong (晋文公).
Setelah Jin Wen Gong naik tahta menjadi Raja Negara Jin, beliau langsung memberikan penghargaan kepada mereka2 yang telah setia mengikutinya pada saat pengasingannya.
Tetapi satu2nya yang dilupakan sang Raja adalah Jie Zitui, yaitu orang yang telah memberikannya makanan (daging Jie Zitui sendiri) dalam keadaan yang paling menentukan kala itu.
Namun begitu ada yang mengingatkan Raja Jin Wen Gong mengenai Jie Zitui, sang Raja langsung teringat, merasa saat sedih dan bersalah, karena telah melupakan orang yang begitu berjasa kepadanya. Beliau langsung memerintahkan orang2nya untuk mencari keberadaan Jie Zitui, serta mengundangnya ke Istana untuk diberikan penghargaan.
Singat cerita, keberadaan (mantan) pejabat setianya itu pun ditemukan, Tapi undangan tersebut selalu ditolak oleh Jie Zitui. Akhirnya, Raja Jin Wen Gong memutuskan untuk mengunjungi kediamannya langsung, dengan maksud untuk mengundangnya masuk Istana.
Ketika rombongan sang Raja tiba, yang didapat hanyalah rumah kosong, dan pintu2nya tertutup rapat.
Jie Zitui rupanya tidak ingin menemui sang Raja dan memutuskan untuk meninggalkan rumah tersebut, yang menurut informasi, bersama Ibunya dia menuju ke tempat persembunyiannya di Gunung Mian (绵山), sekarang bagian dari propinsi Shanxi, Tiongkok.
Seketika Raja Jin Wen Gong kembali ke Istana, dia kemudian memerintahkan pengawal2 pribadinya untuk segera melakukan pencarian di Gunung Mian. Tetapi tidak ditemukan juga.
Untuk memaksanya keluar dari gunung, ada pejabat yang mengusulkan untuk membakar Gunung Mian di 3 arah, dan sisakan 1 arah saja sebagai jalan keluar Jie Zitui.
Usulan tersebut akhirnya disetujui oleh Raja Jin Wen Gong dan memerintahkan pembakaran Gunung Mian. Api tersebut terus berkobar dan membakar Gunung Mian selama 3 hari 3 malam, sampai akhirnya dipadamkan, tetapi Jie Zitui tidak juga keluar dari dalam gunung.
Karena penasaran, sang Raja beserta rombongan pejabat dan para pengawalnya pun pergi menuju Gunung Mian, untuk mencari keberadaan Jie Zitui.
Tetapi yang ditemukannya justru adalah mayat Jie Zitui sendiri, beserta Ibunya di dekat sebuah Pohon Liu (柳树) yang besar. Mereka diduga meninggal, akibat menghirup asap tebal dari pembakaran selama berhari2.
Raja Jin Wen Gong menatap mayat Jie Zitui, sambil menangis dengan perasaan menyesal dan tertekan. Di Pohon besar tempat dekat mayatnya, terdapat sebuah lubang yang terlihat disumbat oleh sesuatu, yang rupanya adalah selembar kain yang bertuliskan sebuah puisi :
割肉奉君尽丹心, 但愿主公常清明.
Gē ròu fèng jūn jǐn dān xīn, dàn yuàn zhǔ gōng cháng qīng míng.
柳下作鬼终不见, 强似伴君作谏臣.
Liǔ xià zuo guǐ zhōng bù jiàn, qiáng sì bàn jūn zuò jiàn chén.
倘若主公心有我, 忆我之时常自省.
Tǎng ruò zhǔ gōng xīn yǒu wǒ, yì wǒ zhī shí cháng zì xǐng.
臣在九泉心无愧, 勤政清明复清明.
Jiǔ quán xīn wú kuì, qín zhèng qīng míng fù qīng míng.
Yang secara harafiah artinya kira2 :
Potongan daging dan hati Fengjun, semoga Tuhan selalu jernih
Liu Xia tidak akan pernah terlihat sebagai hantu, lebih baik menjadi pemberi peringatan dengan seorang raja.
Jika Tuhan memiliki saya di dalam hatinya, saya akan selalu merenungkan diri saya sendiri.
Pendeta di Jiuquan memiliki hati nurani yang bersih, rajin, dan jernih.
Baca juga : 8 Hal Tentang Festival Cengbeng Yang Perlu Pembaca Ketahui
Melalui upacara singkat, sang Raja kemudian menguburkan Jie Zitui dan Ibunya di dekat pohon besar tersebut, dimana tempat mereka meninggal.
Sejak saat itu, Raja Jin Wen Gong selalu menyimpan kain yang berisikan Puisi Jie Zi Tui di dalam lengan bajunya, untuk selalu mengingatkan diri agar bijaksana dalam memerintah Negaranya.
Dan memang, kelak Negara Jin berhasil menjadi salah satu Negara terkuat diantara 5 Negara terkuat pada periode Musim Semi dan Musim Gugur (春秋; Chun Qiu).
Untuk mengenang jasa2 Jie Zitui, Raja Jin Wen Gong kemudian mengganti nama Gunung Mian menjadi Gunung Jie (介山), dan menetapkan hari membakar gunung sebagai hari “Han Shi Jie (寒食节)”. Dia juga menghimbau rakyatnya untuk tidak melakukan pembakaran dan menyalakan api, serta hanya makan makanan dingin pada hari tersebut.
Han Shi Jie (寒食节) jika di terjemahkan artinya kira2 “Festival Makanan Dingin”, atau Festival Hanshi.
Pada tahun ke-2 pemerintahan, Raja Jin Wen Gong beserta para rombongan Menterinya mengunjungi Gunung Jie untuk mengenang dan melakukan sembahyang terhadap Jie Zitui. Pohon2 yang telah mati akibat terbakar disekitar kuburan Jie Zitui tersebut kemudian ditumbuhkan kembali dengan bibit pohon yang baru.
Sang Raja dan Menterinya kemudian membersihkan kuburan Jie Zitui, dan menamai Pohon Liu tersebut menjadi Qing Ming Liu (清明柳). serta menggantikan nama hari tersebut menjadi Hari Qing Ming (hari Cheng Beng).
Untuk mengenang jasa2 Jie Zitui, rakyat Negara Jin kemudian membuat bentuk seekor burung walet dengan menggunakan tepung, kemudian digantung didepan pintu rumah masing2 untuk memanggil roh Jie Zi Tui, dan dinamai dengan Zi Tui Yen (之推燕).
Pada jaman Dinasti Han, masyarakat di Shanxi memuja Jie Zitui sebagai seorang Dewa (Taoist).
Baca juga : Hari Ceng Beng (Festival Ching Ming)
Selain itu, rakyat Negara Jin juga hanya makan makanan yang telah disiapkan pada hari sebelumnya, serta idakmelakukan aktifitas memasak makanan ataupun menyalakan api pada hari tersebut. Semenjak itu, Hari Qing Ming kemudian menjadi semacam suatu kebiasaan yang penting dilakukan setiap tahunnya.
Lalu kenapa Qing Ming sekarang ini dilakukan setiap tanggal 5 April (berdasarkan kalender gregorian/internasional)?
Kata Qing Ming (dialek hokkian : Ceng Beng) merupakan salah satu istilah dalam astronomi Tiongkok, yang mengacu pada salah satu dari 24 posisi matahari (节气; jiéqì) yang jatuh setiap tanggal 4-5 April.
Menurut perhitungan, pada hari ini cahaya matahari akan bersinar paling terang, sehingga cuaca menjadi terasa lebih hangat. Karena itulah perayaan Cengbengan dilakukan pada tanggal tersebut.
Baca juga : 24 Nama Posisi Matahari Dalam Kalender Solar