Last Updated on 26 August 2018 by Herman Tan Manado
Pada saat dia berdiri, kepalanya juga perlahan-lahan diangkat. Mata kami sambil memandang. Wajahnya pucat dan tatapannya penuh kebencian. Sorot matanya menusuk ke saya. Saya tidak hanya merinding dan gemetaran, hampir saja saya berhenti bernapas.
Saya melihat dia dengan tangannya memegang kucing kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Kemudian dengan sepenuh tenaga dia melempar kucing itu ke jalan di depan saya!
Akibat hantaman keras itu, si kucing sepertinya terluka parah. Dari mulutnya keluar darah, dan dia tidak henti-hentinya memanggil.
Pada saat itu, sebuah mobil dari arah gerbang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah sini. Si perempuan itu dengan kakinya menginjak kucing. Dia pun tersenyum!
Pada saat bus itu hampir menabrak saya, tiba-tiba terdengar teman main basket terus menerus memanggil nama saya. Begitu kesadaran saya kembali, si perempuan itu, kucing dan bus pun tiba-tiba hilang. Teman-teman saya pada bertanya mengapa malah berdiri bengong di situ? Bukannya bola ada di dekat kaki saya. Masalahnya saya sudah hampir tidak ada kekuatan lagi untuk berdiri.
Setelah saya kembali ke asrama, pada hari itu juga saya mengalami demam, dan tidak-tidak hentinya mengigau. Saya ceritakan kejadian itu ke teman saya yang paham Tao itu. Dia kemudian memaksa saya untuk minta izin supaya segera pulang ke rumah.
Waktu itu di tengah malam, teman saya memberikan saya obat demam. Tidak lebih dari 4 jam, akhirnya suhu badan saya sudah normal kembali. Tapi saya masih tetap antara sadar tidak sadar, terus menerus mengingau. Akhirnya teman saya pun menggoyang saya keras-keras, menampar wajah saya, memanggil-manggil saya supaya sadar.
Kata teman ahli Tao ini, dia sedang mengecek apakah jiwa saya masih ada di dalam tubuh saya. Kalau tidak ada maka masalahnya lebih parah.
Sebelumnya saya harus menjelaskan dulu konsep 三魂七魄 (baca: sān hún qī pò, tiga jiwa dan tujuh roh) ini. Penjelasan ini juga saya dapatkan dari teman Tao. Manusia ada 3 jiwa; yakni Jiwa Utama, Jiwa Lahiriah, dan Jiwa Perasa (ada juga yang menyebutnya Jiwa Langit, Jiwa Bumi, dan Jiwa Manusia).
Jiwa Utama fungsinya mengatur mental kesadaran seseorang, Jiwa Lahiriah berkaitan dengan kesehatan jasmaniah, dan Jiwa Perasa berkaitan dengan panca indra.
Baca lebih lanjut mengenai konsep 三魂七魄 : Inilah Struktur Roh Sukma (Yuan Shen) Manusia
7 roh yang ada di badan, masing-masing memiliki fungsi penting yang memungkinkan adanya hubungan antara Jiwa Lahiriah dengan Jiwa Perasa dalam melindungi sistem tubuh. Umumnya ketika seseorang terkejut maka yang hilang hanyalah roh-nya (pò) saja. Cukup mengatur pernapasan dan sesuai kemampuan tubuh, roh akan terwujud kembali.
Umumnya jiwa(hún), tidak akan meninggalkan tubuh. Hanya pada saat kondisi antara hidup mati (penyakit kronis, mengalami bencana) baru bisa terjadi. Dan satu lagi kemungkinan, yakni direbut oleh orang ataupun hantu!
Ketika manusia meninggal, Jiwa Utamanya akan mengalami proses reinkarnasi, Jiwa Lahiriah akan berada di plakat altar, Jiwa Perasa akan tertinggal di tubuh. Arwah-arwah gentayangan yang tidak bisa bereinkarnasi itu, akan mencari manusia pengganti guna mendapatkan Jiwa Utamanya.
Tetapi mau merampas Jiwa Utama ini tidak sesederhana yang dibicarakan. Manusia memiliki unsur Yang yang melindungi dirinya, jadi umumnya makhluk-makhluk halus tidak bisa apa-apa terhadap manusia.
Oleh karena itu ada roh jahat yang akan mencoba merampas Jiwa Lahiriah atau Jiwa Perasa terlebih dahulu. Orang yang diserang akan sakit-sakitan, atau bahkan kondisi psikisnya tidak dalam keadaan sadar (Jiwa Utama sedikit banyak terpengaruh). Kalau tidak segera menemukan kembali Jiwa ke asal, maka orang itu bisa saja akan meninggal, dan Jiwa Utamanya pun meninggalkan tubuh.
Hanya saja Jiwa Lahir dan Jiwa Perasa yang dirampas oleh arwah jahat tidak akan menetap. Jiwa yang meninggalkan tubuh akan gentayangan di tempat kejadian, menunggu untuk kembali ke tubuh. Itu sebabnya pendeta Tao selalu ke tempat kejadian untuk mencari kembali jiwanya.
Tetapi ada hantu-hantu yang lebih hebat, dia akan sengaja menambah rintangan di tempat kejadian, supaya sang korban meninggal dan pada akhirnya menjadi pengganti untuk dirinya.
Lanjut ceritanya kembali.
Berikut ini merupakan cerita yang belakangan saya dengar dari teman Tao. Waktu itu saya sudah tidak sadar sama sekali.
Bersambung ke part 09