Last Updated on 26 August 2018 by Herman Tan Manado
Teman Tao saya langsung melakukan ritual di dalam kamar asrama saya. Sepertinya dia menghipnosis saya lalu menanyai saya beberapa pertanyaan. Dia kemudian dengan tegas mengatakan bahwa Jiwa Lahiriah saya telah hilang, dan harus segera ditemukan kembali. Kalau tidak, maka saya akan sakit dan tidak bisa bangun selamanya.
Dia kemudian mencabut beberapa helai rambut saya, membungkusnya dengan kain kuning, lalu mengambil pergi baju basket yang dipakai saya malam itu. Dia kemudian bersama satu teman asrama keluar. Sebelum pergi dia menempelkan sebuah jimat pada badan saya dan meminta satu teman lagi untuk menjaga saya.
Teman Tao saya ini kemudian bertemu dengan mahasiswi itu lagi di tempat kejadian. Mahasiswi itu berkata bahwa yang seharusnya mati adalah salah satu dari kami bertiga, tetapi kami berhasil menghindar. Makanya arwah jahat sebelumnya itu baru mencari dia untuk dijadikan tumbal.
Dia merasa tidak terima, dan ingin membalas dendam dan menjadikan kami tumbal bagi dirinya. Dikarenakan teman yang satu memiliki kemampuan Tao sedangkan yang satu dia kenal (hantu biasanya tidak akan mencelakai saudara atau temannya sendiri), jadi dia mengincar saya. Kebetulan pada saat itu saya juga tidak membawa jimat.
Mengenai bagaimana cara teman saya mengembalikan jiwa saya kembali, dia tidak bisa menceritakan ke saya dengan gamblang, sebab ini bersifat rahasia. Tetapi dia tetap meminta saya pada hari kedua langsung pulang ke rumah, cari orang pintar untuk mengembalikan roh dan jiwa saya ke semula. Jika semua roh dan jiwa kembali, maka proses pengobatan penyakit akan lebih gampang dan lancar.
Ternyata jimat yang teman kami suruh pakai ini adalah jimat untuk mempertahankan tiga jiwa. Kalau saja pada saat bermain basket saya juga membawanya, sudah pasti tidak akan mengalami kejadian seperti ini.
Semenjak insiden itu, jimat yang diberikan teman Tao saya itu terus saya pakai dan tidak berani lagi dibiarkan meninggalkan badan saya. Saya dengan penasaran bertanya ke dia, apakan mahasiswi itu akan tetap “di sana” mencari pengganti untuk dirinya. Apakah saya kelak akan bertemu dengan dia lagi.
Teman saya hanya menjawab bahwa saya sangat beruntung, kalaupun kelak bertemu lagi, dia tidak akan bisa menyakiti saya lagi. Lalu apakah hantu di koridor yang saya “lihat” belakangan itu adalah hantu yang sama? Ataukah hanya karena ditindih? Saya sendiri tidak pasti.
Sebetulnya dalam hati saya terus berharap semoga sang mahasiswi itu bisa secepatnya meninggalkan dunia fana ini, melepaskan segala ikatan dan segera berreinkarnasi kembali.
Sebetulnya dulunya saya tidak begitu tertarik dengan dunia mistis. Namun semenjak terkena insiden itu, entah mengapa saya sepertinya menjadi sering mengalami kejadian mistis. Kata salah satu teman saya, itu dikarenakan saya sudah “dibuka”.
Semenjak itu, sedikit banyak saya terus mengalami kejadian yang sulit dipercaya, yang membuat saya semakin menghormati hal-hal yang bersifat spritual ini.
Bersambung ke part 10