Last Updated on 26 August 2018 by Herman Tan Manado

Setelah terbangun, kepala saya masih terasa pening dan merasa ingin tutup mata lagi, Seolah-olah ada kekuatan tidak terlihat yang memaksa saya untuk kembali ke mimpi lagi. Setelah bertahan beberapa saat, saya akhirnya kembali tertidur. Begitu tertidur, mimpi perempuan itu kembali muncul lagi. Tetapi begitu saya terbangun dia menghilang kembali!

Setelah terulang 2,3 kali, posisi perempuan itu sudah semakin mendekati pintu masuk. Cara dia melompat ke depan sangat tidak alami. Sepertinya di dalam pahanya tidak ada tulang, kalau tidak berarti kakinya terdiri dari banyak lekukan yang memungkinkan gerakan seperti itu.

Melihat pemandangan itu saja sudah membuat jantung saya sepertinya akan berhenti berdetak.Saat ini, tidak peduli sekuat apapun saya mencoba berteriak ataupun menggerakkan tubuh saya, tidak terjadi apa-apa. Saya hanya bisa dengan pasrah melihat sosok itu berada di depan mata saya. Saya berusaha untuk tidak menatap wajahnya. Saya takut jika sampai melihat wajahnya, saya akan habis.

Ketika dia berada di depan sofa. Sosok itu mulai perlahan-lahan berjongkok. Gerakan dia berjongkok lebih aneh. Dua kakinya ditarik lurus ke belakang baru kemudian dibengkokkan. Kemudian badannya pelan-pelan mengarah ke depan seolah-olah kehilangan keseimbangan. Kedua tangannya pun kelihatan seolah-olang sedang menggantung.

Dengan posisi seperti itulah perlahan-lahan saya pun melihat wajahnya …

Dengan wajah yang sangat dekat saya dua mata kami saling menatap. Matanya tersirat rasa sedih yang mendalam. Alisnya terlihat berkerut begitu dalam. Alis mata dan bulu mata tidak ada perbedaan yang begitu jelas. Dan yang membuat saya begitu ketakutan adalah mulutnya. Pada awalnya mulutnya tertutup rapat.

Tetapi tiba-tiba dia membuat lengkungan seolah-olah dia sedang tersenyum pahit. Kemudian dia bergerak lebih lebar, semakin jelas bahwa dia sedang menyeringai.

Ketika memperhatikan mulutnya, saya tidak menyadari bahwa tangannya perlahan-lahan ingin menggenggam pundak saya. Akhirnya entah saya pingsan atau dibangunkan oleh teman.

Teman saya waktu itu mengatakan wajah saya sangat pucat, dan bertanya apa saya jatuh sakit. Begitu terbangun saya langsung beranjak. Melihat jam tangan, ternyata sudah jam 1 lebih. Akhirnya tanpa banyak basa-basi saya pergi ke kamar asrama salah satu teman untuk numpang tidur.

Bersambung ke part 06

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?