Last Updated on 24 March 2019 by Herman Tan

Di tengah kritik terhadap kesejahteraan yang meningkat dan konsumerisme yang merajalela selama beberapa dekade terakhir di Tiongkok, masyarakat di sana beralih ke agama untuk mencari makna hidup yang lebih dalam.

Meski pemeluk agama Kristen diperkirakan mencapai 100 juta jiwa di Tiongkok, tapi pertumbuhan terbesar justru dialami agama tradisional, seperti Daoisme.

Salah satu kuil Daoisme utama, yakni Kuil Eastern Peak (东岳大帝; Běijīng Dōngyuè Miàodi Beijing, telah dipulihkan kembali dengan parade seni bela diri Kungfu dan kelompok musik tradisional untuk merayakan momen itu.

Keyakinan tradisional Tiongkok ini sekali lagi menjadi kekuatan. Ini adalah bentuk perayaan harmoni, bersatunya pihak-pihak yang berlawanan.

Sebagai info, pada saat revolusi kebudayaan tahun 1966 s/d 1976, Partai Komunis Tiongkok pernah mencoba untuk menghancurkan agama Daoisme. Tapi sekarang agama ini justru didukung oleh Pemerintah.

Sesepuh Daoisme, Zhao Baoqi, mengatakan bahwa Agama Tao (道) merupakan agama pertama di Tiongkok, yang didirikan oleh Thio Thian Su (Hanzi : 张道陵; pinyin : Zhāng dàolíng) pada jaman dinasti Han (206 SM – 220 M). “Kami telah memulihkan kembali budaya Daoisme.” Ujarnya.

Penulis dan jurnalis Ian Johnson menginvestigasi kebangkitan agama tradisional Tiongkok seperti Daoisme selama 2 dekade terakhir; dan ia berpendapat, memahami Daoisme begitu penting untuk memahami budaya asli Tiongkok.

“Itu seperti DNA dari budaya Tiongkok; meliputi gagasan seperti kaligrafi, pengobatan tradisional, fengshui, dsb. Semua hal ini berasal dari ajaran Daoisme,” jelasnya.

Penganut Daoisme Wang Qun memberikan persembahan di Kuil Central Peak, Beijing.

Central Peak merupakan kuil Dewi Guanyin, dan ratusan orang seperti Wang Qun hadir di kuil itu pada acara pembukaan untuk berdoa dan memberikan persembahan. “Ketika saya hamil saya datang untuk berdoa agar bayi saya sehat. Kini setelah kuil dibuka kembali, saya datang untuk memberikan persembahan saya,” tuturnya.

Generasi lebih muda tengah menemukan kembali kepercayaan ini. Lei Peng, seorang pengemudi bus, merasa tidak nyaman dengan kehidupan baru masyarakat Tiongkok, dimana konsumerisme dan hedonisme yang merajalela. Tapi ia mengatakan, dirinya menemukan arti hidup yang lebih dalam pada ajaran Daoisme.

“Masyarakat sekarang kurang religius, mereka kehilangan dasar budaya, kehilangan itu semua. Daoisme memulihkan itu kembali, kami terhubung kembali dengan warisan budaya kami.” ujarnya.

Pemerintah awasi kebangkitan Daoisme dengan hati-hati

Untuk saat ini, Pemerintah Tiongkok mendukung penuh kebangkitan Daoisme. Mereka melihat hal itu sebagai bagian dari budaya Tiongkok, dan merupakan “alternatif” yang jauh lebih baik ketimbang agama asing, seperti Kristen, Khatolik dan Islam yang juga berkembang pesat dalam 1 dekade terakhir.

Penulis dan jurnalis Ian Johnson mengatakan, ada lebih banyak kecurigaan terhadap agama Barat. “Agama bisa berkembang, selama mereka (mau) berjalan beriringan dengan Pemerintah.”

“Anda bisa memberikan nilai, sebuah pelarian bagi masyarakat, atau pengalihan yang mengarah ke keimanan, tetapi anda tidak bisa menantang Pemerintah. Anda tidak bisa menjadi sumber nilai alternatif, atau Pemerintah bisa menentang anda.” ujarnya.

Pemerintah ingin memastikan, keyakinan itu tak beralih menjadi seperti gerakan Falun Gong yang didirikan oleh Li Hongzhi pada 1992; yang bisa mengancam Pemerintah dan mengarah ke tindakan brutal yang terjadi pada 20 Juli 1999 silam (sumber berita : australiaplus.com).

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?