Last Updated on 25 June 2023 by Herman Tan

Pakar keluarga berencana Wang Pei’an menilai Tiongkok harus meningkatkan insentif kepada orang2 yang ingin berkeluarga untuk meningkatkan angka kelahiran, karena jumlah penduduk negeri tirai bambu saat ini menurun, sehingga bisa mengancam negara dengan perekonomian terbesar ke-2 di dunia itu.

Tahun lalu. jumlah penduduk Tiongkok daratan menurun 850.000 jiwa, yang merupakan penurunan pertama sejak 1961, sehingga total penduduk turun menjadi 1,42 miliar, kata pemerintah bulan lalu. Ini berpotensi tersalip India sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia ke-2 saat ini.

Penurunan ini kemungkinan berlanjut di tahun2 mendatang, sehingga menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian mereka.

Wang Pei’an, wakil direktur Asosiasi Keluarga Berencana Tiongkok, mengatakan bahwa pemerintah harus memberikan insentif pajak lebih banyak lagi demi mendorong angka kelahiran.

Baca juga : Populasi Tiongkok Diperkirakan Susut Sebelum 2025

Berbicara dalam Forum Tiongkok dan Pembangunan yang ke-3 di Beijing, Wang menyebut kecenderungan ini diakibatkan generasi muda yang enggan memiliki anak.

Menurut Wang, insentif seputar pekerjaan, perawatan medis, jaminan sosial, dan perumahan yang semakin besar bisa mendorong orang untuk membangun rumah tangga.

Pemerintah pernah memberlakukan kebijakan 1 anak antara 1980 hingga 2015, tetapi akibat jumlah penduduk yang menurun, pihak berwenang kini justru berusaha keras sebaliknya, dengan mendorong angka kelahiran.

Para pejabat kesehatan mengungkapkan, faktor penyebab kaum muda enggan memiliki anak adalah karena mereka khawatir dengan pengeluaran ekonomi, dimana wanita muda masa kini lebih fokus dalam mengejar karir.

Menurut sebuah survei yang dikutip stasiun tv negara CCTV, rata2 jumlah keluarga di Tiongkok menyusut menjadi 2,62% pada tahun 2020, atau turun 0,48% dari tahun 2010.

Baca juga : Kebijakan Dua Anak Tiongkok (Two Child Policy) : Beban Ekonomi atau Kebahagiaan?

Sebuah survei pada tahun 2021 mengungkapkan, bahwa wanita yang lahir pada 1990-an merasa jumlah anak yang ideal adalah rata2 1,54 anak, sedangkan mereka yang lahir pada 2000-an rata2 hanya 1,19 anak.

Persentase wanita yang tidak memiliki anak melonjak hampir 10% pada 2020, dibandingkan 6,1% di tahun 2015.

Di Tiongkok, tingkat perlindungan ibu hamil masih sangat rendah,” kata Wang, seraya menambahkan bahwa tanpa upaya menumbuhkan keinginan untuk menikah dan memiliki anak, akan sangat sulit meningkatkan tingkat kelahiran.

Menurut CCTV, usia rata2 seorang wanita menikah naik dari usia 22 tahun pada 1980-an, menjadi 26,3 tahun pada 2020-an, dan usia melahirkan anak pertama ditunda menjadi 27,2 tahun.

Bahkan usia rata2 pernikahan di propinsi Jiangsu (wilayah pesisir timur Tiongkok) adalah 31,6 tahun untuk pria, dan 30,4 tahun untuk wanita pada 2022.

Baca juga : Tiongkok Kini Izinkan Warganya Miliki 3 Anak

Wang merujuk hasil survei tahun 2021, yang dibuat Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan Tiongkok, mengungkapkan bahwa kurang dari 70% wanita di bawah usia 35 tahun beranggapan hidup akan lengkap jika hanya memiliki 1 anak.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Tiongkok Perlu Insentif untuk Rangsang Kenaikan Tingkat Kelahiran”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?