Last Updated on 31 December 2022 by Herman Tan

Tiongkok akan menghapus kewajiban karantina bagi pelaku perjalanan dari luar negeri mulai 8 Januari 2023. Pengumuman penghapusan kebijakan itu disampaikan oleh Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, setelah hampir 3 tahun mereka memperketat pergerakan pelaku perjalanan luar negeri, demi mencegah penyebaran covid-19.

Langkah itu diambil setelah status covid-19 Tiongkok diturunkan dari tingkat teratas penyakit menular (kelas A), ke tingkat kedua (kelas B).

Usai kebijakan penghapusan syarat karantina itu dihapus, komisi tersebut menyatakan, bagi turis yang ingin jalan2 ke Tiongkok hanya disyaratkan membawa hasil tes PCR Negatif yang dilakukan 48 jam sebelum penerbangan ke Negeri Tirai Bambu.

Namun, selama dalam penerbangan hingga memasuki wilayah Tiongkok, turis harus tetap menggunakan masker,

Selain itu, mulai 8 Januari 2023 pihak berwenang juga akan berhenti melacak (tracing) kontak dekat pasien Covid-19, serta menghentikan penetapan area2 berisiko penularan Covid.

Mereka menyatakan, kebijakan tersebut adalah langkah terbaru dari pemerintahan Beijing untuk melonggarkan kebijakan zero covid-nya, yang selama ini diyakini pemerintahan Xi Jinping adalah yang paling benar.

Tampak warga di kota, yang mengantri untuk di tes PCR berkala.

Baca juga : Aktivitas Masyarakat di Beijing Mulai Normal

“Menurut undang2 karantina kesehatan nasional terbaru, tindakan karantina penyakit menular tidak akan lagi diambil terhadap wisatawan/turis dan terhadap barang2 (import) yang masuk. Turis hanya diharuskan melakukan tes PCR 48 jam (dengan hasul negatif) sebelum ketibaan di Tiongkok. ” kata Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok (NHC), Selasa (27/12).

Selain menghapus kewajiban karantina, komisi itu juga menghentikan sejumlah kebijakan pembatasan bagi penerbangan internasional, diantaranya menghapus aturan maksimal penerbangan serta ketentuan jumlah penumpang pesawat.

Sejak awal Maret 2020, semua penumpang yang tiba di Tiongkok harus menjalani kewajiban isolasi selama 14 hari. Tidak lama berselang, waktu isolasi ditingkatkan menjadi 21 hari (bahkan pernah mencapai 28 hari), beserta hasil tes PCR 2x selang waktu 72 jam sebelum keberangkatan.

Kebijakan ini mulai dilonggarkan pada pertengahan tahun 2022, dimana pelancong hanya disyaratkan isolasi selama 5 hari di fasilitas terpusat, diikuti isolasi lanjutan selama 3 hari di rumah.

Langkah2 pembatasan diatas dinilai sangat menghambat perkembangan pariwisata internasional dan perjalanan bisnis ke Tiongkok, yang pada akhirnya membebani pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Ekonomi Tiongkok hampir tidak tumbuh, karena pihak berwenang terlalu sibuk memerangi varian Omicron yang penyebarannya begitu cepat dan sulit ditekan seperti varian2 sebelumnya.

Kebijakan ini juga dinilai telah menyebabkan rasa frustasi di kalangan warga serta kerusakan ekonomi yang mendalam, seperti di tempat hiburan, bioskop, restoran, bar, gym, dan mall di kota2 besar yang di lockdown berbulan2, seperti Wuhan, Shanghai, Beijing, Tianjin, Guangzhou, dsb.

Baca juga : Tiongkok Mulai Buka Berbagai Rute Penerbangan Internasional

Tak hanya itu. Akibat kondisi hotel karantina yang tidak merata, pembatasan visa yang ketat, dan harga tiket pesawat yang tinggi (karena rute internasional yang sangat berkurang) juga memicu eksodus massal ekspatriat dari negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Namun di awal tahun 2022, Tiongkok sedikit melonggarkan kebijakannya, dengan mengizinkan seseorang yang  memiliki kerabat langsung WN Tiongkok untuk mengajukan visa reuni keluarga.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?