Last Updated on 22 February 2023 by Herman Tan Manado
Pada jaman Orde baru, Agama Tao (道) terbelenggu oleh Pemerintah. Tidak boleh ada yang berbau Tiongkok, termasuk tradisi2 keagamaan yang berbau Tionghoa, seperti Tahun Baru Imlek, Cao Go Meh, upacara2 riual keagamaan, dan lain sebagainya.
Akibatnya, generasi yang lahir pada jaman Orde baru itu menjadi kehilangan identitas dan tidak tahu lagi apa Agama Tao itu sebenarnya; dan masyarakat yang menganut Agama Tao pada saat itu “diminta” untuk pindah ke agama lain, serta hanya tinggal tersisa sedikit orang yang masih setia menganut Agama Tao, meski tidak secara terbuka.
Yang lainnya, masih menganut agama Tao, tetapi karena mereka takut dan dibatasi oleh pemerintah, jadi kemudian hanya tahu sembahyang biasa saja, tetapi tidak tahu lagi ritual2 Agama Tao lainnya. Bahkan tidak sedikit yang menjurus ke pemahaman tahayul.
Hal itu diperparah dengan adanya hal2 yang menjelekkan Agama Tao itu sendiri, seperti misalnya agama Tao itu penyembah berhala (Dewa/Dewi) dan tidak percaya kepada Tuhan. Tujuan mereka tak lain adalah untuk mengeruk “materi” dari orang Tionghoa, yang mayoritas beragama Tao.
Selain itu juga, agama Tao adalah agama yang kuno, karena masih bersembahyang di Kelenteng2 yang kumuh, penuh asap dupa, pengap, gelap, serta suasana yang “mencekam” karena patung/rupang Dewa nya jarang dibersihkan.
Hal inilah yang menjadikan anak muda Tionghoa sekarang lebih tertarik ke agama yang lebih modern, yang dimana mereka bisa beribadah di gedung2 modern seperti di mall, ruko, atau mungkin di bioskop.
Akibatnya, sekarang ini generasi2 muda (khususnya orang Tionghoa) yang identitasnya sudah hilang menjadi tidak mengerti, dimana orang tua yang hidup dan membawa Agama leluhurnya ke Indonesia sudah pada meninggal, dan tidak lagi mewariskan kepada anaknya, menjadi tidak tahu juga tentang apa itu Agama Tao.
Jadi tidaklah heran, kalau ada anak kecil sekarang bertanya kepada orang tuanya “Pa, koq kita sembahyang sih? Memangnya agama kita itu agama apa?”.
Papanya yang kebingungan dan tidak tahu harus jawab apa, ya tinggal bilang, “Nak, ini agama leluhur. Sejak dulu, kakek dan buyut kamu sudah bersembahyang dengan cara seperti ini”. Inilah asal muasal kata “agama leluhur“.
Gara2 masalah seperti diataslah yang menjadikan nama Agama Tao menjadi semakin terpuruk sedemikian hingga saat ini. Saat ini banyak yang sudah tidak lagi mengenal Ajaran Tao, tetapi melaksanakan praktik dalam Agama Tao (pasif).
Mereka lebih mengenal ajaran Tao dengan konsep “gado-gado” atau ajaran agama lain.
Ini adalah salah satu masalah yang harus dihadapi, yaitu bagaimana menarik kembali umat yang sudah keluar atau pemahamannya sudah melenceng jauh. Sekarang ini yang ditunggu2 adalah bagaimana membuat Agama Tao menjadi sebuah agama yang resmi di Indonesia.
Tao sendiri merupakan sebuah agama yang resmi di negara2 lain, seperti Malaysia, Singapura, bahkan USA.
Perguruan Tao Thay Shang Men – Xiao Yao Pai di Indonesia
Secara umum, ada 2 aliran besar Taoisme, yakni :
Aliran yang berbasis di selatan Tiongkok, Zheng Yi Pai 正一派, dimana semua keturunan dari Zhang Daoling 张道陵 yang bermarga Zhang (张) akan akan menjadi pemimpin.
Sementara aliran yang berbasis di utara Tiongkok, Quan Zhen Pai 全真派, harus hidup membiara, tidak boleh menikah, apalagi sampai memiliki keturunan, sila dan aturannya juga lebih ketat dibanding aliran Zheng Yi Pai.
Baca juga : Apa Itu Ilmu Tao Yin Shu/Tao Ying Suk (导引术; Dao Yin Shu) Dalam Taoisme?
Banyak sumber daya yang diperlukan untuk lebih memperkenalkan Ajaran Tao ini ke seluruh lapisan masyarakat. Diantaranya :
1. Tidak semua umat Tao adalah konglomerat yang memiliki dana. Ada juga umat Tao yang hidupnya pas pasan.
2. Dalam Agama Tao (道), seperti pada perguruan Thay Shang Men – Xiao Yao Pai (太上门 – 逍遥派), urutan ke-33 dalam aliran Tao, dimana aliran ini tercantum pada Kuil Awan Putih di Beijing (白云观; Bai Yun Guan).
Aliran spiritual yang memuja Maha Dewa Thay Shang Lao Jun (太上老君) sebagai Dewa utama ini juga mengajarkan murid2-nya (sistem perguruan, sekolah spiritual Tao) untuk melatih Shenkung (神功; Shengong), yakni senam kesehatan olah tubuh yang diajarkan dan diarahkan langsung oleh oleh Dewa-Dewi).
Lalu Qigong (气功), atau teknik olah pernapasan kesehatan untuk menghimpun Qi (energi) dalam tubuh, serta Cingco (静坐; Jingzuo) atau meditasi.
Dengan berlandaskan asas Zi Ran (自然), Segenap Taoyu (道友) dan umat haruslah mandiri, bekerja, dan menghasilkan uang untuk keperluannya masing2 (terjun ke masyarakat).
Umat dapat belajar Tao, dengan bimbingan ilahi Fu Fak Shen (护法神; Hu Fak Shen), seorang taoyu (atau daosu, orang yang mendalami Tao), dapat melatih ilmu Dao Yin Shu (導引術/导引术) sendiri di rumah.
Pada jaman ini jarang orang yang mau hidup membiara, atau mengkhususkan diri dalam mempelajari dan menyebarkan Agama Tao. Karena itu, Perguruan Tao ini juga mengutamakan WU (悟) atau “kesadaran” sebagai landasan/pedoman cara berpikir dan cara bertindak dalam kehidupan kesehariannya.
3. SDM : Diperlukan banyak keahlian dan kecakapan untuk mengembangkan dan menyebarkan ajaran agama Tao di masa kini, tidaklah cukup hanya mampu menjabarkan ajaran Tao secara klasik.
Langkah2 ini dilakukan untuk memenuhi syarat agar sebuah agama bisa resmi, diantaranya harus memiliki umat dan tempat ibadah sendiri.
Baca juga : Tao Ying Suk (Tao Yin Shu), Ilmu Pemandu Dalam Thay Shang Men – Xiao Yao Pai
Banyak diantara kita yang bingung dengan kata “diakui” dan “resmi” yang dipakai pemerintah.
Diakui artinya pemerintah mengakui adanya aktivitas suatu agama, dan pemerintah sendiri menjamin serta melindungi kebebasan pemeluknya untuk menjalankan tata cara ibadah menurut agama tersebut. Sementara
Resmi artinya suatu agama resmi menjadi sebuah “agama negara”; artinya bisa dimasukkan dalam pencatatan/pencantuman dalam KTP dan CAPIL (catatan sipil), masuk dalam kurikulum pembelajaran sekolah2, serta bergabung dalam 6 agama yang telah resmi sebelumnya.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang “diakui” atau “resmi” dalam dokumen2 pemerintahan. Istilah diakui & resmi ini digunakan untuk mempengaruhi masyarakat umum. 6 agama yang bisa dicantumkan di KTP atau capil, bukan berarti hanya 6 agama ini saja yang diakui & resmi oleh negara.
Hanya saja, ke 6 agama ini umumnya adalah agama2 yang mayoritas dianut oleh penduduk di Indonesia. Oleh karena itu ke 6 agama ini diberi keistimewaan & bantuan khusus. Pernyataan ini dapat dilihat pada “PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PNPS TAHUN 1965”
Agama Tao di Indonesia sendiri sudah DIAKUI dengan adanya organisasi MTI yang telah terdaftar pada Direktorat Jendral Sosial Politik – Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia No. 61/D.1/V/2003 DEPDAGRI dan pada Departemen Agama – Direktorat Jendral Bimas Buddha No. 90/9/YAB/V/2003.
Agama dao diindonesia pengurusnya untuk cari duit,gk ada yang iklas mengabdi.banyak alasan tidak maju.buktinya masuk aja ke kelenteng tanya Puji2an dewa xxx.jawabanya pasti aku gk tahu.gk ada dan lain2.klo duit no 1.tapi tidak semua.kebanyakan.aku sudah hapal kelenteng mana kerjanya nunggu.duit.itu aja.gk peduli umatnya salah ibadah.yang penting duit masuk.
Saya Chinese Indonesian yang sudah lama hidup di luar negri (Singapore dan Australia). Saya juga sering travel ke negara lain dengan Chinese communitynya yang besar. Sebenarnya orang Tionghoa (overseas Chinese) di luar Indonesia pada umumnya Budha, Tao, Christian or atheist (tidak percaya agama apapun).Saya ngak pernah dengar orang Chinese bilang agamanya Kong Hu Cu. Kong Hu Cu sebagai agama hanya di Indonesia. Tahun Baru Imlek juga sebenarnya bukan hari raya agama, itu hanya merupakan tradisi Chinese untuk menyambut datangnya musim semi. Saya pernah baca uraian imlek dari Matakin dan saya terjemahkan kepada orang tionghoa di Taiwan atau Mainland China. Mereka sangat heran, mengapa imlek dihubungkan dengan agama Kong Hu Cu. Orang Chinese di luar Indonesia semua merayakan Calendar Chinese itu sudah 4710 untuk tahun ular. 2564 saya hanya dengar tahun ini dari versi Indonesia aja. Orang agama apapun entah itu Christian, Tao, Budhist or Moslem di Tiongkok selalu merayakan imlek di tempat ibadah mereka masing masing.
Sipppp
Mantap artikelnya.