Last Updated on 13 January 2022 by Herman Tan Manado
Festival Dongzhi (冬至) atau perayaan musim dingin (Winter Solstice) adalah satu dari perayaan penting masyarakat Tionghoa yang dirayakan pada siklus Dongzhi. Perayaan “Hari makan Ronde” (Tangyuan) ini biasanya jatuh pada tanggal 21-22 Desember kalender masehi.
Orang Tiongkok membagi musim dalam 1 tahun ke dalam 24 siklus, Dongzhi adalah siklus ke-22, dimulai pada saat matahari berada pada posisi 270° dan berakhir pada posisi 285°.
Awal mula perayaan ini berdasar pada filosofi Yin Yang, keseimbangan dan harmoni dalam alam semesta. Setelah hari perayaan, maka siang hari berangsur2 menjadi lebih panjang, sehingga energi positif juga mulai mengalir masuk.
Ketika siklus Dongzhi dimulai, pancaran sinar matahari akan terasa lebih lemah, dan siang hari berlangsung lebih singkat.
Datangnya siklus Dongzhi ini oleh masyarakat tiongkok dianggap sebagai hari terakhir masa panen, dan dirayakan dengan reuni keluarga pada malam hari yang lebih panjang dari biasanya.
Mereka berkumpul sambil menyantap penganan khas yang bernama Tangyuan (汤圆) yang berwarna merah muda dan putih dengan kuah manis, sebagai lambang keutuhan keluarga dan datangnya rejeki bagi mereka.
Baca juga : 24 Nama Posisi Matahari Dalam Kalender Solar
A, Resep dan Cara Membuat Ronde (Tangyuan) Berkuah Jahe
Perayaan ronde identik dengan “makan ronde” atau “makan onde”, yang dibuat dari tepung beras ketan yang dicampur sedikit air, kemudian dibentuk menjadi bola-bola kecil, lalu direbus dan disajikan dengan kuah manis.
Tangyuan yang telah direbus dalam air kemudian disajikan dengan kuah sup, yang dibuat dari air rebusan gula pasir, gula merah, daun pandan, dan jahe.
Tangyuan yang diberi isi manis disajikan dengan kuah jahe yang diberi sirup. Tangyuan yang tidak diberi isi juga disajikan sebagai makanan penutup berupa sup manis.
Masyarakat Kanton mengenal makanan ini sebagai ‘Tongsui’ (糖水; Tángshuǐ) yang secara harafiah berarti “air gula” atau “sirup”. Jenis2 penyajian penganan ronde yang umum di Indonesia antara lain :
1. Sup kacang merah.
2. Sup wijen hitam.
3. Jahe dan gula.
4. Jiuniang (酒釀; ketan terfermentasi), bunga sweet osmanthus dan gula batu.
B. Sejarah Festival Dongzhi : Berawal dari 2000 Tahun yang Lalu!
Awalnya festival ini mulai dirayakan pada masa Dinasti Han (206 SM-220 M), dan berlanjut hingga Dinasti Tang (618-907) dan Song (960-1279). Bangsa Han memperingati awal musim dingin ini sebagai Festival Musim Dingin, dengan berbagai perayaan yang meriah.
Kala itu, hari pertama musim dingin dijadikan hari libur nasional.
Pada masa dinasti Tang dan Song, perayaan awal musim dingin ini dilengkapi dengan upacara penghormatan bagi para Dewata dan leluhur. Kaisar akan berdoa kepada para Dewata, sementara rakyat umumnya berdoa bagi arwah para leluhur.
Pada masa dinasti Qing (1644-1911) perayaan ini bahkan dianggap sama pentingnya/setara dengan perayaan musim semi (Imlek).
Secara turun-temurun, festival ini menjadi saat berkumpulnya seluruh anggota keluarga, dengan satu kegiatan utama yang dilakukan (terutama bagi keluarga2 di Tiongkok selatan dan perantauan), yaitu membuat dan menikmati bola2 Tangyuan (orang Indonesia menyebutnya wedang ronde) yaitu hidangan berbentuk bola2 dari beras ketan yang melambangkan persatuan.
Tangyuan dibuat dengan warna2 yang cerah. Masing2 anggota keluarga mendapat setidaknya 1 bola Tangyuan berukuran besar, disamping beberapa lainnya yang berukuran kecil.
Tangyuan ini ada yang tanpa isi, ada juga yang diisi kacang tanah tumbuk, atau selai kacang merah. Tangyuan dihidangkan bersama dengan kuah manis dalam sebuah mangkuk.
Tradisi perayaan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Perayaan Ronde.
C. Tradisi Lainnya yang Menggunakan Ronde
Dalam tradisi pernikahan Tionghoa, ada adat makan ronde yang dilakukan di pagi hari sebelum upacara pernikahan. Jumlah ronde yang dimakan akan tergantung pada usia si pengantin.
Selain makan ronde, pengantin juga akan diminta untuk memakan bihun. Sarapan yang mengenyangkan sebelum upacara pernikahan yang panjang dan melelahkan saat hari pernikahan.
D. Asal-Usul Perayaan Dongzhi
Pada masa Dinasti Han (202 SM – 220 M), Suku Xiong Nu yang berada di utara Tiongkok sering mengusik keamanan di perbatasan. Mereka merampas harta rakyat Han, dan merebut wilayah2 di utara Dinasti Han. Rakyat yang tinggal di sekitar perbatasan tidak dapat hidup dengan tenang.
Saat itu, Suku Xiong Nu dipimpin oleh 2 Marga, yaitu Marga Hun (浑) dan Marga Tun (屯). Rakyat sangat membenci mereka, sehingga dibuatlah sejenis makanan berbentuk tanduk, yang di dalamnya diisi daging; dimana kemudian disebut dengan Hun Tun (馄饨) atau wanton/pangsit.
Hun Tun memiliki nada yang sama dengan marga kedua pemimpin Xiong Nu tersebut, yaitu “Hun” dan “Tun”, sehingga memakan Hun Tun memiliki arti memakan kedua pemimpin Xiong Nu tersebut.
Hun Tun ini diciptakan pada saat Dong Zhi, sehingga setiap keluarga di Tiongkok utara memakan Hun Tun pada hari Dong Zhi.
Adapun versi lainnya menceritakan kisah seorang tabib muda. Pada suatu hari dia mencari tanaman obat di hutan. Namun karena salah mengenali tanaman, dia memetik tanaman beracun, sehingga menyebabkan kedua matanya buta. Tiba2 seseorang menemukannya di hutan, dan mengantarnya kembali ke rumah.
Ibunya yang sudah tua sangat mengasihi anaknya. Pada saat anaknya tidur, ibunya mencongkel kedua matanya untuk menggantikan mata anaknya. Setelah anaknya terbangun, dia mendadak bisa melihat. Namun akhirnya ia menyadari bahwa penglihatannya adalah pemberian ibunya.
Ia ingin mengembalikan matanya pada ibunya, tetapi ibunya menolak. Ibunya lantas memberi petunjuk agar anaknya segera membuat bola2 ronde dari beras ketan, dan memasukkan ke kelopak mata ibunya.
Entah bagaimana, dengan suatu keajaiban, ronde yang terbuat dari ketan tersebut menjadi mata, sehingga ibunya bisa melihat kembali. Karena itu, salah satu makna dari membuat ronde adalah menunjukkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
Baca juga :Inilah 6 Kuliner Khas Tionghoa Yang Paling Populer di Indonesia!
Mengapa Perayaan Ceng Beng selalu tgl 5 April ? demilian juga dwngan Festival makan Onde yg selalu tgl. 22 Desember ?
Padahal masyarakat Chinna punya tanggalannya sendiri dan dahulu tidak mengenal penanggalan masehi.
Terima kasih admin.
Tradisi makan onde juga dikenal di daerah Taiwan, dimana saat akan melangsungkan pernikahan, keluarga mempelai wanita akan menyediakan penganan onde ini kepada tamu yang datang sebagai tanda sukacita.
Sudah terbayang enak makan ronde dan juga kumpul-kumpul bareng keluarga.
Sayang masih lama juga ya. 🙂