Last Updated on 23 October 2021 by Herman Tan

Dari medan pertempuran hingga dunia bisnis; demikianlah bangsa Tionghoa telah menerapkan studi-studi tentang strategi sementara perang digantikan oleh damai.

7 Karya Militer Klasik, atau Wu Jing Qi Shu 武经七书, atau Seven Military Classics dari Tiongkok kuno pertama kalinya secara kolektif diterbitkan dalam Dinasti Song (tahun 960-1279) ketika Tiongkok menghadapi ancaman konstan serbuan bangsa asing dan urusan militer sangat diminati.

Sungguh, bangsa Mongol ujung-ujungnya menaklukkan Tiongkok dan mengakhiri Dinasti Song yang sangat maju kebudayaannya tetapi sangat lemah dari sudut militer.

Tetapi para pembela Dinasti Song tidaklah menyerah tanpa berjuang dan zaman tersebut menghasilkan patriot-patriot terbesar dalam sejarah Tiongkok seperti Yue Fei dan Wen Tiannang.

Wajarlah kalau 7 Karya Militer Klasik itu diterbitkan selama Dinasti Song karena Wu ZhuangYuan [武莊元] yang artinya sarjana-sarjana militer kerajaan menjadi tokoh-tokoh berpengaruh ketika itu dan para calonnya harus fasih dalam keterampilan berkelahi serta strategi militer.

7 Karya Militer Klasik merupakan bacaan wajib bagi para calon ini. Akibatnya, Wu Jing Qi Shu [武经七书] demikianlah buku ini dikenal secara kolektif, menjadi terkenal dalam literatur Tiongkok.

Konflik telah terjadi dalam peradaban di seluruh dunia semenjak awal zaman karena kebodohan manusia, dan jarang sekali karya militer klasik itu dilestarikan dalam satu peradaban semata.

Itulah sebabnya 7 Karya Militer Klasik merupakan warisan istimewa yang ditinggalkan bangsa Tionghoa kuno kepada dunia. Sekarang ini, 7 karya Militer Klasik tidak lagi dianggap sebagai sekedar buku panduan militer melainkan juga sebagai alat untuk memahami hubungan antar manusia, dan untuk meraih pengetahuan politik, diplomatik dan bisnis.

Sesungguhnya, di zaman sekarang ini justru dalam bidang bisnis yang kompetitiflah karya militer klasik ini paling berpengaruh. Buku-buku orisinilnya agak sulit dibaca bagi siapa pun yang tidak mengenal bahasa Tionghoa klasik.

jiang ziya1. Six Secret Teachings oleh Tai Gong (Six Strategies of War: The Practice of Effective Leadership) mencatat nasihat praktis serta petunjuk taktis yang diberikan oleh Jiang Ziya, yang juga dikenal sebagai Tai Gong, kepada Raja Wen dan Raja Wu dari Dinasti Zhou dalam abad 11 Sebelum Masehi.

Tai Gong yang katanya sumber inspirasi bagi buku ini, dikenal dalam sejarah Tionghoa sebagai ahli strategi militer terkenal pertama serta pemrakarsa studi-studi strategis. Jiang Ziya membantu menggulingkan Dinasti Shang dan mengantarkan berdirinya dinasti Zhou.

Buku ini lengkap dalam arti tidak hanya membahas strategi dan taktik melainkan juga mengusulkan langkah-langkah administratif yang dibutuhkan untuk pengendalian negara bagian yang efektif dan pencapaian kemakmuran nasional.

Tetapi, karena buku ini adalah satu-satunya karya militer klasik yang menyarankan revolusi dan menghalalkan segala cara untuk melakukannya, memiliki kopinya di zaman pemerintahan mutlak seorang raja bisa fatal ganjarannya.

Sementara tidak diragukan bahwa buku ini tidak mungkin karya jiang Ziya sendiri, bukti menunjukkan bahwa buku ini mungkin ditulis oleh ahli militer di abad ketiga Sebelum Masehi ketika Qin yang dibenci itu secara tidak mengenal ampun menghancurkan lawan-lawannya serta mengkonsolidasikan kekuasaannya.

Sama seperti halnya jiang Ziya membantu menggulingkan Shang yang dibenci itu, sang penulis pun berharap membantu yang lain menggulingkan Qin yang tiada mengenal ampun itu.

Menurut sementara sarjana, ahli strategi Zhang Liang menguasai isi buku ini dan memainkan peran kunci dalam menggulingkan Dinasti Qin serta membantu mendirikan Dinasti Han.

Baca juga : Zhuge Liang, Sang Ahli Strategi Militer Negara Shu di Jaman Sam Kok

si ma2. The Methods of Sima (Sima’s Rule of War: The Practice of Dynamic Leadership) adalah karya singkat sekaligus misterius dari abad keempat Sebelum Masehi dan dikompilasikan dari bahan-bahan yang lebih tua lagi.

Buku ini dihubungkan dengan negara bagian Qi, dari mana banyak studi militer bermula dan diinspirasikan oleh Jiang Ziya, yang dijadikan penguasa pertama Qi beberapa tahun sebelum kematiannya.

Selama Masa Musim Semi dan Musim Gugur dan Masa Berperangnya Negara-negara bagian, studi-studi militer berkembang di Qi seperti yang dicontohkan oleh karya-karya Sun Zi, Sun Bin, dan Wei Liao. Jelaslah bahwa Adipati Huan dari Qi (yang memerintah pertengahan abad ke-7 Sebelum Masehi mengandalkannya untuk menjadi penguasa dunia.

Baca juga : Battle of Jingxing; Berperang Dengan Memunggungi Sungai

sun tzu3. Sun Zi’s Art of War (Sunzi’s Art of War: World’s Most Famous Military Classic) adalah yang paling dikenal di antara 7 Karya Militer Klasik itu, sampai-sampai meraih reputasi global dan umumnya tidak perlu diperkenalkan lagi.

Buku ini pertama kalinya diterjemahkan oleh seorang misionaris Perancis lebih dari 200 tahun yang lalu dan katanya dipelajari serta diterapkan secara efektif oleh Napoleon Bonaparte, anggota-anggota tertentu dari Komando Tinggi Nazi dan bahkan bangsa Jepang selama Perang Dunia II.

Buku ini adalah karya klasik yang telah dijadikan bacaan wajib dalam akademi militer di seluruh dunia. Ditulis selama Masa Berperangnya Negara-negara bagian, sang penulis diyakini sebagai ahli strategi Sun Wu.

Sudah lama para pengusaha menerapkan teori-teori buku ini dalam dunia bisnis seperti yang tercermin dari pepatah Tiongkok shangchang ru shachang [商場如殺場] yang artinya pasar itu mirip dengan medan pertempuran.

Di zaman modern, demikian berpengaruh karya klasik ini sehingga teori-teorinya sering kali dijadikan dasar bagi buku-buku tentang meraih keunggulan dalam bisnis.

Baca juga : Ahli Militer Sun Tzu (Sun Zi), Penulis Seni Perang Sun Tzu (The Art of War)

wu qi4. Karya klasik Wu Zi (The Art of Tactics: Winning Strategies of Wu Zi) diberikan judul menurut nama tokoh sejarah terkenal, Wu Qi (tahun 440-361 Sebelum Masehi).

Menurut cerita sejarah, ia tidak pernah kalah dalam pertempuran. Ia dikenal karena eksploitasi militer serta administratifnya yang menonjol.

Setelah kematiannya, namanya dihubungkan dengan nama Sun Zi setiap kali strategi militer dibahas. Wu Zi sudah lama dihargai sebagai salah satu landasan dasar pemikiran militer Tiongkok mengingat prestasi-prestasinya.

Buku ini secara menyeluruh meliput persiapan tempur dan menyarankan strategi-strategi untuk situasi taktis tertentu.

wei liao zi5. Karya klasik Wei Liao Zi (Seni Menggunakan Perintah: Strategi Perang Wei Liao Zi) diberikan judul menurut nama orang yang bermarga Wei.

Ia dikenal dalam sejarah Tiongkok dari cerita sejarawan Han yang terkenal, Sima Qian, tentang perjumpaannya dengan raja Qin yang menerapkan kebijakan-kebijakannya dan ujung-ujungnya menyatukan Tiongkok.

Wei Liao adalah seorang pengamat politik yang jeli dan ahli strategi yang brilian, yang sangat memahami langkah-langkah sipil maupun militer untuk memastikan kelangsungan hidup suatu negara bagian selama Masa Berperangnya Negara-negara bagian yang serba kacau itu.

Ia tidak dikenal telah berpengalaman di medan pertempuran dan tampaknya lebih merupakan seorang ahli teori. Tetapi ia mempunyai pengetahuan militer yang luas seperti yang ditunjukkan dalam pengutipan karya-karya militer klasik lainnya seperti Art of War dalam karyanya.

Buku ini mencatat percakapan Wei Liao di istana dengan raja Wei serta informasi rinci tentang pengorganisasian militer.

huang shi gong6. Three Strategies of Huang Shi Gong (Three Strategies of Huang Shi Gong: The Art of Government) adalah satu lagi karya klasik yang diinspirasikan oleh Jiang Ziya. Katanya, Zhang Liang, ahli strategi bertahan yang membantu membentuk Dinasti Han, diberikan satu kopi dari buku-buku karya Jiang Ziya.

Ada yang mengatakan Three Strategies sementara yang lain mengatakan Six Secret Teachings oleh seorang pria tua misterius yang menguji kesabarannya.

Three Strategies tidak terlalu keras nadanya dibandingkan dengan Six Secret Teachings, mungkin karena tidak terlalu dibebani tugas brutal mengkonsolidasikan sebuah kekaisaran. Buku ini fokus terutama pada kepengurusan sipil serta militer dan mengendalikan segalanya dengan menyeimbangkan yang keras dengan yang lunak.

tang tai zong-li jing7. Questions and Answers Between Tang Tai Zong and Li Wei Kong (The Art of Winning: Wisdom of Tang Tai Zong and Duke Li of Wei) mencatat percakapan di antara kaisar Tang yang disegani, Tang Tai Zong, dengan ahli strategi Li Jing.

Buku ini berbeda dari karya-karya klasik lainnya dalam arti lebih merupakan ulasan dari buku-buku sebelumnya digabungkan dengan pembahasan teori-teori serta kontradiksi-kontradiksi buku-buku tersebut berdasarkan pengalaman luas di medan pertempuran dari kedua orang ini.

Contoh-contoh peperangan yang pernah dialami keduanya disinggung, dan mereka mengingat-ingat kembali strategi-strategi dan taktik-taktik yang mereka gunakan.

sun bin8. Akhirnya, Sun Bin’s Art of War (Sun Bin’s Art of War: World’s Greatest Alziitary Treatise) ditulis oleh keturunan Sun Zi dan hilang selarna Iebih dari 2.000 tahun. Naskah yang tidak lengkap dari karya klasik ini ditemukan pada tahun 1972 di sebuah makam Dinasti Han yang helum dibuka sebelumnya, di Provinsi Shandong.

Makam ini juga memuat kopi Sun Zi’s Art of War, sehingga menguatkan keotentikannya. Kalau karya Sun Bin dimasukkan di antara karya-karya militer klasik, itu berarti ada Delapan Karya Militer Klasik, suatu angka yang pasti dibanggakan bangsa Tiongkok. Sun Bin’s Art of War membangun di atas ide-ide penting dari Sun Zi’s Art of War.

Walaupun bukan bagian dari 7 Karya Militer Klasik yang sangat diakui, ada juga studi-studi lain yang layak dicatat tentang strategi, seperti Thirty Six Stratagems: Secret Art of War, 100 Strategies of War: Brilliant Tactics in Action, Sixteen Strategies of Zhuge Liang: The Art of Management dan Strategies from the Three Kingdoms.

Sumber : Buku koleksi penulis

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

3 thoughts on “7 Karya Militer Klasik (Seven Military Classics; 武经七书)”

Leave a Reply to Ramzi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?