Last Updated on 23 October 2021 by Herman Tan Manado

Sun Tzu (Hanzi : 孙子, Pinyin : Sun Zi) atau dikenal juga dengan nama Sun Wu (孙武) merupakan seorang ahli militer, filsuf, dan Jenderal besar di Kerajaan Wu (±1200 – 473 SM), pada periode Zaman Musim Semi dan Gugur (春秋; Chunqiu). Beliau hidup pada rentang tahun 544-496 SM.

Karya tulis dibidang militernya yang berjudul Sun Zi Bing Fa (孙子兵法) atau “Seni Perang Sun Tzu” memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sejarah dan seni budaya Tiongkok serta Asia.

Buku militernya telah di terjemahkan ke berbagai bahasa, dan dipergunakan sebagai strategi dalam dunia bisnis pada zaman sekarang ini. Buku Sun Zi Bing Fa dalam bahasa Inggris dikenal dengan “The Art of War”.

Namun menurut catatan tradisional, menyatakan bahwa keturunan (diduga) sang jenderal, Sun Bin (孙膑) lah yang menulis risalah tentang taktik2 militer peninggalan Sun Tzu.

Menurut catatan sejarah musim semi dan musim gugur, Sun Tzu lahir di Kerajaan Qi 齐 (sekarang propinsi Shandong); namun menurut Catatan Sejarawan Agung (Shiji) yang ditulis Sima Qian (司马迁), beliau berasal dari Kerajaan Wu 吳.

Beliau merupakan keturunan dari keluarga yang memiliki bakat militer yang tinggi, dimana Kakeknya adalah seorang Jenderal terkenal di Kerajaan Qi.

Sejak kecil, Sun Tzu sangat menggemari bidang kemiliteran, dan memiliki pendapat/pola pandangnya sendiri di bidang militer ini. Saat Sun Tzu berumur 18 Tahun, Kerajaan Qi (1046 – 221 SM) terjadi perang saudara yang berkepanjangan diantara para bangsawan, dimana mereka saling merebut kekuasaan di kerajaan Qi.

Sun Tzu yang kecewa dengan kondisi Negaranya tersebut, kemudian berpendapat bahwa bakatnya tidak akan dipergunakan lagi di Kerajaan Qi. Oleh karena itu, Sun Tzu meninggalkan Negara Kerajaan Qi, lalu menuju ke Negara Kerajaan Wu yang terletak di bagian selatan Tiongkok.

Sesampainya di wilayah Negara Kerajaan Wu, Sun Tzu menetap di Ibukota Kerajaan Wu, yakni di Gu Su (姑苏, sekarang Propinsi Jiangsu, Kota Suzhou). Disana beliau melanjutkan penelitian serta penulisan buku tentang militernya.

Disana Sun Tzu juga bertemu dengan Wu Zixu (伍子胥) yang juga merupakan seorang Jenderal dan politisi di Kerajaan Wu kala itu.

Raja Wu yang bernama He Lu (阖闾, reign 514 – 496 SM) bercita2 untuk menjadikan Negara Kerajaan Wu sebagai Negara yang besar dan disegani oleh Negara2 sekitarnya.

Sasaran utamanya adalah menaklukkan Negara Kerajaan Chu 楚, yang merupakan salah satu Negara Kerajaan terbesar dan terkuat pada Zaman Masa Semi dan Gugur.

Namun Raja Wu tidak berhasil menemukan seorang Jenderal yang sesuai dengan misi tersebut. Wu Zi (Wu Qi) kemudian memperkenalkan dan menyakinkan kemampuan Sun Tzu kepada Raja Wu sebanyak 7x.

Raja Wu pun akhirnya menerima usulan Wu Zi, dan memerintahkannya untuk mengundang Sun Tzu ke Istana.

Karya militer yang ditulis Sun Tzu termasuk dalam Seven Military Classics [武经七书]
Baca juga : 7 Karya Militer Klasik (Seven Military Classics; 武经七书)

Sun Tzu kemudian mempersembahkan buku karya militernya yang berjumlah 13 bab kepada Raja Wu.

Karya militer Sun Tzu sendiri lebih berfokus pada alternatif2 dalam peperangan, seperti menggunakan strategi siasat, bertahan, penggunaan mata-mata, membuat dan menjaga aliansi, serta berpura2 untuk tunduk terhadap musuh, setidaknya untuk sementara terhadap musuh2 yang lebih kuat.

Setelah mempelajarinya, Raja Wu sangat senang dan memuji Sun Tzu atas kemampuan dan bakatnya yang luar biasa di bidang kemiliteran.

Untuk menguji kemampuan Sun Tzu dalam memimpin Pasukan Militer. Raja Wu sengaja memilih 360 wanita pembantu istana biasa, dan memerintahkan Sun Tzu untuk melatihkan 360 wanita pembantu2 istana tersebut menjadi satu kesatuan pasukan elit yang siap untuk berperang.

Sun Tzu pun menerima tantangan dari sang Raja.

Dalam pelatihan, beliau kemudian membagi 360 wanita pembantu istana tersebut menjadi 2 kelompok (setingkat kompi, masing2 180 orang).

Masing2 kelompok dipimpin oleh seorang Selir kesayangan Raja Wu. Sun Tzu kemudian mengajarkan berbagai perintah militer dasar. Tetapi tak satupun yang menghiraukan perintah tersebut. Kelompok pasukan tersebut pun akhirnya menjadi kacau balau.

Melihat kondisi ini, Sun Tzu kemudian memerintahkan untuk menghukum kedua pemimpin kelompok, yang juga adalah Selir kesayangan sang Raja, dengan hukuman penggal kepala. Menurut Sun Tzu, kekacauan yang terjadi di dalam kelompok adalah tanggung jawab dan ketidakmampuan pemimpinnya.

Hukuman ini sempat dicegah oleh Raja Wu, tetapi Sun Tzu mengatakan bahwa dalam memimpin pasukan perang, ketegasan dan disiplin merupakan kunci utama kemenangan.

Akhirnya Raja Wu pun merelakan hukuman tersebut dijalankan, meskipun dengan hati yang tidak senang dan sangat terpaksa (padahal ini adalah rencana dari Raja untuk mengetes kemampuan Sun Tzu, namun malah berbalik merugikannya!).

Setelah mengeksekusi kedua Selir kesayangan Raja Wu, Sun Tzu kemudian mengangkat 2 orang wanita pembantu Istana yang berdiri di barisan paling depan menjadi Pemimpin kelompok.

Akhirnya, karena rasa takut akan melanggar perintah, semua anggota kelompok menjadi displin dan teratur mengikuti pelatihan tersebut.

Sun Tzu berhasil membuat sekelompok wanita pembantu istana menjadi satu kesatuan pasukan militer yang berdisiplin tinggi, dan siap untuk maju berperang.

Peristiwa tersebut dikenal dengan “Melatih Perang di Istana Wu, Memenggal Selir Raja” atau “Wu Gong Jiao Zhan, Zhan Mei Ji (吴宫教战, 斩美姬)”.

Sun Zi, seorang ahli strategi militer di jamannya!

Baca juga : Dinasti Qin; Dinasti Pertama Dalam Sejarah Tiongkok

Sun Tzu kemudian dilantik menjadi Panglima Jenderal tertinggi Kerajaan Wu. Bersama dengan Wu Zixu, mereka membantu Raja Wu memerintah Kerajaan Wu serta meningkatkan kekuatan militernya.

Pada tahun 506 SM, Raja Wu memerintahkan Sun Tzu dan Wu Zi untuk menyerang Negara Kerajaan Chu.

Sun Tzu menggunakan strategi penyerangan secara diam2 (non ortodoks) agar mendapatkan kemenangan Mutlak. Pada pertempuran Bai Ju (柏举), pasukan yang dipimpin oleh Sun Tzu berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Chu.

Dalam 5x perperangan, semuanya dimenangi oleh Pasukan Kerajaan Wu yang dipimpin oleh Sun Tzu.

Pertempuran Boju (柏举之戰) sendiri adalah salah satu pertempuran yang menentukan dalam perjalanan sejarah Tiongkok, yang terjadi pada tahun 506 SM antara Kerajaan Wu dan Kerajaan Chu, 2 kerajaan terbesar selama periode Musim Semi dan Gugur.

Kemenangan tersebut membuktikan kekuatan Kerajaan Wu, dan menjadikan Kerajaan Wu sebagai Negara terkuat di wilayah selatan Tiongkok, serta disegani oleh Negara2 sekitarnya. Kerajaan2 di bagian Utara, seperti Kerajaan Qi dan Kerajaan Jin juga merasa terancam atas bangkitnya Kerajaan Wu.

Kerajaan Wu (齐) akhirnya berhasil menjadi salah satu dari 5 Kerajaan terkuat di masa Musim Semi dan Gugur (771 – 476 SM), yakni Qin (秦), Jin (晋), Chu (楚), dan Song (宋).

Salah satu buku yang mencatat Sejarah dan Biografi Sun Tzu adalah Buku yang berjudul “Shi ji, Sunzi wuqi liezhuan (史记, 孙子吴起列传)” atau “Catatan Sejarah Biografi Sun Tzu dan kebangkitan Kerajaan Wu”, karya Sima Qian (司马迁).

Baca juga : Zhuge Liang, Sang Ahli Strategi Militer Negara Shu di Jaman Sam Kok

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?