Last Updated on 19 August 2021 by Herman Tan

Sun Simiao (孙思邈) adalah seorang dokter/tabib Tiongkok legendaris yang hidup pada masa Dinasti Sui dan Tang (581 – 682). Selain dikenal sebagai “Raja Pengobatan” (药王; Yaowang), Beliau juga dikenal karena mencetuskan “sumpah Hipokrates Tiongkok“, dimana merupakan kualitas mutlak bagi seorang dokter.

Semasa hidupnya, Sun Simiao telah menemukan metode spesialis ginekologi, pediatrik dan geriatrik (pengobatan lanjut usia) tradisional Tiongkok, sebagai pengobatan yang menggunakan pendekatan individual.

Beliau lahir pada tahun 581 di Huayuan (sekarang Jingzhao, Chang’an), Beliau sering sakit2an di masa kecilnya. Karena biaya pengobatannya yang tidak sedikit, membuat keluarganya jatuh miskin.

Situasi itu membuatnya terdorong untuk belajar ilmu medis/kedokteran. Selain mempelajari ajaran Tao, Konfusian dan Buddha, beliau juga sudah menguasai kitab2 klasik di usia 20 tahun, serta mulai terkenal karena kemampuan pengobatannya.

Sun Simiao menulis ensiklopedia medis paling awal di Tiongkok, seperti Essential Formulas for Emergencies [Worth] a Thousand Pieces of Gold (Beiji Qian Jin Yao Fang) yang mencatat sekitar ±5,300 resep obat; dan Supplement to the Formulas of a Thousand Gold Worth (Qian Jin Yi Fang) yang mencatat sekitar ±2,000 resep obat.

Setiap buku terdiri atas 30 volume. Selain itu, beliau juga dikenal dengan esai-nya yang berjudul “Kualitas Mutlak Dokter Hebat“, yang juga disebut “Sumpah Hippokrates Tiongkok”. Esai tentang kualitas moral seorang dokter ini ditemukan di bab pembuka 2 buku yang tadi disebutkan.

Hingga saat ini, “sumpah Hippokrates” versi Sun Simiao ini masih dibaca dan dijalankan oleh dokter2 Tiongkok, bahkan oleh dokte2 luar Tiongkok!

Bunyi dari “Kualitas Mutlak Dokter Hebat “Sumpah Dokter Sun Simiao” adalah sebagai berikut :

1. Saat saya pergi untuk mengobati suatu penyakit, terlebih dahulu saya harus menenangkan pikiran dan menguatkan tekad saya.

2. Saya tidak boleh mengejar ambisi sia2, tapi harus mendahulukan mengembangkan sikap welas asih.

3. Saya bersumpah akan membebaskan semua makhluk hidup dari penderitaan mereka.

Tabib Sun Simiao juga dikenal sebagai “Raja Pengobatan” (药王; Yao Wang)

Baca juga : Kisah Tabib Hua Tuo, Sang Dewa Pengobatan

4. Siapapun datang pada saya karena sakit atau dalam kesulitan lainnya, saya akan menolong mereka. Tidak peduli apakah mereka berkuasa atau orang biasa, orang kaya atau orang miskin, orang tua atau orang muda, cantik, tampan atau yang buruk rupa.

5. Musuh, saudara, sahabat, bangsa Tiongkok ataupun bangsa barbar, orang bodoh atau orang bijak, semuanya sama bagi saya. Saya akan menganggap mereka semua saudara dekat, atau yang saya cintai, atau merasakan seolah saya sendiri yang sakit.

6, Saya tidak boleh mengkhawatirkan hidup saya, kekayaan, atau kemiskinan saya. Tujuan utama saya adalah menolong hidup orang lain.

7. Saya tidak boleh bersembunyi di gunung. Siang atau malam, panas atau dingin, lapar, haus dan lelah, saya akan tetap pergi untuk memberikan pertolongan.

Jika saya bersikap seperti ini, mungkin saya akan menjadi dokter hebat untuk orang2 yang sakit. Jika saya bersikap sebaliknya, saya tidak lebih baik dari seorang pencuri yang hebat bagi orang2 yang hidup.

8. Orang2 sering memandang jijik pada mereka2 yang menderita penyakit kotor, seperti bisul dan diare. Tapi saya harus tetap bersikap welas asih, dengan rasa peduli dan simpati. Dokter yang hebat tidak boleh menolak mereka.

9. Saya tidak akan berbangga atas reputasi saya. Saya tidak akan memojokkan dokter lain untuk menaikkan reputasi saya.

10. Saya harus memenuhi tanggung jawab dan takdir saya sebagai dokter, sampai saya tidak bisa memenuhi semuanya lagi, atau sampai akhir hayat saya.

Sumpah Hippokrates Dokter Sun Simiao

Dalam banyak hal, pemikiran Sun Simiao adalah produk ajaran Konfusius, Tao dan Buddha. Contohnya adalah pemikirannya tentang sikap welas asih untuk semua makhluk hidup, adalah bagian dari ajaran Buddha.

Dalam buku “Essential Formulas for Emergencies [Worth] a Thousand Pieces of Gold“, Ia menulis “Saat mencintai kehidupan diutamakan, manusia dan hewan semuanya sama. Oleh karena itu saya tidak menganjurkan penggunaan makhluk hidup sebagai obat atau media pengobatan.”

Pengecualian terhadap lintah dan lalat besar, karena mereka sudah mati lebih dulu sebelum sampai ke pasar, sehingga masih diizinkan untuk digunakan sebagai obat. Untuk telur ayam, kita harus menggunakannya seperti ini : sebelum telurnya menetas, masih bisa digunakan untuk keperluan sangat darurat.

Tapi sebaiknya jangan membebani diri sendiri dengan hal2 ini. Menghindari menggunakan telur ayam adalah simbol kebijaksanaan luar biasa, tapi tidak perlu dipaksakan.

Ia juga menunjukkan pemikiran Taoisme dalam menolak pujian dari orang lain, misalnya :

saat sikap seseorang menunjukkan kebaikan dengan jelas, manusia sendirilah yang akan memberi ganjarannya. Saat sikap seseorang menunjukkan kejelekan dengan jelas, manusia sendiri juga yang akan memberi hukumannya.”

Tapi jika manusia melakukan kejahatan dengan diam2, maka hantulah yang akan menghukumnya. Saat kita membandingkan alternatif ini dan ganjaran yang akan diberikan setelah kehidupan ini dan semasa hidup, bagaimana bisa kita tahu kalau kita mengambil keputusan yang salah?

Ideologi Konfusius juga ditunjukkan dalam berbagai aspek tentang karakteristik baik yang dibutuhkan oleh seorang dokter.

“Di rumah pasien, dokter harus berbicara dengan sopan dan tidak menuntut makanan dan minuman enak”. Dimana pun nyawa seseorang sedang berada di ujung tanduk, tidak ada yang boleh bersikap ceroboh ataupun hanya mengandalkan kemampuan atau superioritas seseorang, dan setidaknya simpan saja reputasi sendiri dalam kepala sendiri, karena hal itu tidak akan sebanding dengan tuntutan untuk bersikap manusiawi.”

Tampak lukisan Sun Simiao yang mengobati salah satu pasiennya (mungkin) di Gunung Wutai.

Baca juga : Inilah 4 Tabib Legendaris Tiongkok Kuno; Hua Tuo, Li Shizhen, Sun Simiao, Bian Que

Sun Simiao juga tidak terlepas dari perasaan ironis pribadi, ketika dia menulis tentang sikap tabib/dokter yang sombong tentang keterampilan mereka sendiri.

“Seseorang yang secara tidak sengaja menyembuhkan penyakit, berjalan dengan kepala terangkat, menunjukkan kesombongan dan menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di seluruh dunia yang bisa mengukur dirinya.” … “Dalam hal ini, semua dokter jelas tidak dapat disembuhkan.”

Terakhir, Sun Simiao menempatkan penyebab dan pengobatan penyakit berdasarkan konteks sosial dan spiritual. Ia menekankan perlunya seorang dokter untuk memahami hubungan antara seni pengobatan dan pencerahan dalam diri mereka, serta masyarakat dimana ia dan pasiennya tinggal.

Ia juga percaya bahwa pemahaman dapat membantu pengobatan yang efektif, sebagaimana sang dokter dikenal dan meraih hubungan lebih dalam dengan peran mereka untuk menyembuhkan pasien mereka. Ini adalah dasar dari kode etik dunia kedokteran yang dicetuskannya.

Selain kode etik kedokteran, ada beberapa hal lainnya yang menjadi kontribusi Sun Simiao dalam kesehatan :

1. Penyakit gondok di daerah pegunungan dapat diobati oleh rumput laut (yang mengandung iodin) atau ekstrak kelenjar tiroid domba dan rusa (kegunaan iodium sudah diketahui oleh Sun Simiao di abad ke-7).

2. Penyakit rabun senja dapat diobati dengan hati domba dan lembu (kandungan vitamin A).

3. Penyakit beriberi dapat diobati dengan beras kasar yang mengandung vitamin B (fakta ini baru diketahui oleh bangsa Eropa pada tahun 1642, sekitar ±1000 tahun setelah penemuan Sun Simiao).

Sun Simiao juga memberikan kontribusi dalam kesehatan mata dan perempuan. Di bagian awal bukunya, Ia memiliki alasan kenapa resep2 khusus penting bagi perempuan, karena “para perempuan mengandung, melahirkan bayi, dan menderita kerusakan rahim”.

Dia memperkirakan bahwa penyakit yang diderita perempuan “10 kali lebih sulit diobati daripada yang diderita laki-laki, kemungkinan disebabkan oleh pengaruh energi yin (bengkak dan radang).

Menurut legenda, Sun Simiao hidup hingga usia 142 tahun. Ada dugaan bahwa umur panjangnya adalah hasil dari gaya hidup sehat dan sederhananya yang memberikan efek luar biasa untuk kesehatannya.

Setelah wafat, goa yang Ia tinggali di gunung Wutai untuk mengobati semua makhluk di sana menjadi tempat populer para peziarah, sehingga gunung Wutai dijuluki sebagai “Gunung Raja Pengobatan” untuk mengenang Sun Simiao.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?