Qin Shi Huang (秦始皇) adalah Kaisar pertama dari Dinasti Qin 秦 (221 – 206 SM) yang mempersatukan daratan Tiongkok, dengan menaklukan 6 Negara lainnya. Nama asli Beliau adalah Ying Zheng (贏政), lahir di Ibukota Negara Zhao, Han Dan (邯郸) pada tahun 259 SM.
Putra mahkota dari Raja Qin Zhuang Wang (秦庄襄) ini naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 13 tahun. Setelah menaklukan 6 Negara tetangga, Han (韩), Zhao (趙), Wei (魏), Chu (楚), Yan (燕), dan Qi (齊), dia mendeklarasikan diri sebagai Kaisar pada usia 39 tahun, dengan menjabat sebagai Raja Negara Qin dan Kaisar Dinasti Qin selama ±37 tahun. Beliau wafat pada tahun 210 SM.
Dalam sejarah Tiongkok, Qin Shi Huang dikenal sebagai politisi, ahli strategi, dan reformator. Dia juga dikenal sebagai Kaisar yang mempersatukan Tiongkok dengan tangan besi.
Qin Shi Huang adalah Kaisar pertama yang menggunakan gelar Huang Di (皇帝). Gelar ini kemudian digunakan hingga ribuan tahun kemudian oleh penguasa2 dari berbagai Dinasti di Tiongkok. Kata “Huang Di” sendiri berasal dari istilah San Huang (三皇) dan Wu Di (五帝), yakni 8 Pemimpin dan Raja terkenal pada jaman2 sebelumnya.
Kaisar Shi Huang Di (始皇帝) menggunakan sistem pemerintahan terpusat (sentralisasi), dimana semua kekuasaan berada di tangan Kaisar. Dia juga menerapkan sistem San Gong (三公) dan Jiu Qing (九卿) dalam mengatur pemerintahan Negaranya.
San Gong adalah 3 jabatan setingkat Perdana Menteri, yang masing2 menangani masalah pemerintahan (sipil), masalah militer, dan ,asalah dokumentasi, hukum dan inspeksi. Sedangkan Jiu Qing adalah jabatan setingkat dengan Menteri.
Dalam pemerintahannya, Kaisar Qin juga menghapus sistem pemerintahan Negara adipati (Negara bagian; state), dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan daerah/provinsi. Dia juga menstandarisasi aksara/tulisan dan satuan/ukuran (seperti panjang dan berat).
Mengenai urusan politik luar negeri, Dinasti Qin cukup agresif dengan menyerang suku Xiongnu yang berada di utara, dan menginvasi Negara Baiyue di sebelah selatannya. Qin Shi Huang juga memerintahkan pembangunan tembok besar, yang saat ini kita kenal sebagai Tembok Raksasa, atau Wan Li Chang Cheng (万里长城).
Baca juga : Dinasti Qin, Dinasti Kekaisaran Pertama di Tiongkok
A. Ying Zheng Naik Tahta dan Menjadi Raja Qin
Negara Qin merupakan salah satu dari 7 Negara (state) yang dipimpin oleh seorang Adipati, pada Jaman Negara-Negara Berperang (战国时代; Zhanguo Shidai).
Kakek Buyut Qin Shi Huang mengadopsi strategi militer “Menyerang Negara Tetangga Dekat, Bersekutu dengan Negara Tetangga yang berjarak Jauh”.
Dalam rencananya, ada 2 Negara yang akan diserangnya terlebih dahulu, yakni Negara Han dan Negara Wei, dimana berbatasan langsung dengan Negara Qin. Sedangkan Negara Zhao yang jaraknya jauh dari Negara Qin, diajak sebagai sekutu utamanya.
Untuk menunjukan ketulusan persekutuannya, Negara Qin dan Negara Zhao saling bertukar sandera. Negara Qin mengirimkan seorang Putra Raja yang bernama Yi Ren (异人; yang kelak merupakan ayah kandung dari Qin) ke Negara Zhao.
Lu Bu Wei (吕不韦) adalah kunci keberhasilan Yin Zheng dalam merengkuh tahta Kerajaan Qin. Lu Bu Wei yang seorang pedagang kaya ini bertemu dengan Yi Ren, yang pada saat itu sebagai sandera dari Qin di Negara Zhao.
Meskipun kaya, Lu Bu Wei memiliki ambisi politik yang sangat tinggi. Dia berkeyakinan bahwa Yi Ren adalah “dagangan” yang kelak akan menghasilkan hasil yang luar biasa. Lu Bu Wei segera menyusun perencanaannya, dan berteman dengan Yi Ren yang masih sebagai sandera itu.
Pedagang yang kaya raya ini juga memberikan seorang wanita cantik yang bernama Zhao Ji (赵姬; yang kelak menjadi Ibu kandung Kaisar Qin) kepada Yi Ren.
Baca juga : Rahasia Dibalik Makam Piramid Kaisar Pertama Tiongkok : Benarkah Terdapat Ribuan Ton Emas?
Untuk memperlancar rencananya, Lu Bu Wei menyediakan 1000 batang emas sebagai modalnya, dimana setengahnya diberikan ke Yi Ren untuk mencari teman2 sekutu yang dapat mendukungnya, sementara setengah emas yang lainnya digunakan untuk membeli perhiasan dan barang2 unik untuk menyenangkan Pangeran An Guo Jun (安国君) dan istrinya Hua Yang Fu Ren (华阳夫人).
Hua Yang Fu Ren tidak memiliki anak, Lu Bu Wei kemudian berhasil membujuk Hua Yang Fu Ren dan Pangeran An Guo Jun untuk menerima Yi Ren sebagai anak angkatnya. Yi Ren kemudian mengganti namanya menjadi Zi Chu (子楚).
Pada tahun 251 SM, Raja Qin Zhao Xiang Wang (秦昭襄王) meninggal dunia pada usia 74 tahun. Pangeran An Guo Jun naik tahta menjadi Raja Qin, dengan gelar Qin Xiao Wen Wang (秦孝文王), sedangkan istrinya menjadi Ratu, dan Zi Chu diangkat menjadi Pangeran.
Namun masa pemerintahan Raja Qin Xiao Wen Wang sangat singkat. Disepanjang tahun pertama setelah kematian ayahnya, Raja Qin Xiao Wen hanya berkabung, dan tidak langsung menjabat sebagai Raja. Usai berkabung, Raja Qin Xiao Wen Wang resmi naik tahta sebagai Raja Qin, namun Raja yang baru ini mendadak meninggal dunia (pada usia 53 tahun) 3 hari setelahnya.
Pangeran Zi Chu (sebelumnya bernama Yi Ren) kemudian naik tahta menggantikan ayahnya menjadi Raja yang bergelar Raja Qin Zhuang Xiang Wang (秦庄襄王). Raja baru ini kemudian menunjuk Lu Bu Wei sebagai Perdana Menteri, sekaligus mengangkatnya menjadi adipati Wen.
Sama seperti ayahnya, Raja Qin Zhuang Xiang Wang juga tidak berusia panjang. Raja Qin Zhuang Xiang Wang meninggal dunia pada usia 35 tahun, 3 tahun setelah naik tahta menjadi Raja Qin.
Pada tahun 247 SM, Putra Raja Qin Zhuang Xian Wang yang baru berusia 13 tahun, Ying Zheng, kemudian naik tahta menjadi Raja Qin yang baru. Pada awal2 masa pemerintahannya, semua urusan Negara dan pemerintahan dipegang oleh Lu Bu Wei. Lu Bu Wei membantu Ying Zheng untuk membasmi potensi ancaman dari lawan2 politiknya, termasuk membunuh adik kandung Ying Zheng sendiri.
Kekuasaan dan pengaruh Lu Bu Wei di Negara Qin sangatlah besar, hingga pada suatu titik melebihi kekuasaan Raja Qin sendiri.
Baca juga : Tokoh-Tokoh Utama Dinasti Qin ( 221 – 206 SM)
Seiring bertambahnya usia, Lu Buwei takut Raja muda itu sewaktu2 akan menemukan hubungannya dengan ibunya, Nyonya Zhao. Untuk mencegah hal ini, Lu mencoba untuk menjauhkan mereka, dan mencari seorang lelaki pengganti, yang akan dipersembahkan kepada janda Ratu Zhao.
Dia menemukan seorang pria bernama Lao Ai. Menurut catatan sejarawan Sima Qian (司马迁), Lao Ai menyamar sebagai seorang kasim Istana. Kemudian Lao Ai dan ratu Zhao Ji bergaul dengan sangat baik, sehingga diam2 mereka telah memiliki 2 putra. Lao Ai kemudian diangkat sebagai seorang bangsawan (marquis) dan dimandikan dengan kekayaan.
Rencana Lao Ai seharusnya menggantikan Ying Zheng dengan salah satu putranya bersama Ratu Zhao. Tetapi selama pesta makan malam, Lao Ai yang mabuk terdengar membual tentang menjadi ayah tiri raja muda.
Saat Ying Zheng berusia 22 tahun, yaitu di tahun 238 SM, terjadi pemberontakan Lao Ai (嫪毐) di Istana Qi Nian. ketika Raja sedang melakukan perjalanan ke kota Yong (雍), Lao Ai menyita segel ibu suri dan mengerahkan pasukan untuk memulai kudeta dan pemberontakan dalam Negeri.
Ketika Raja Zheng mengetahui fakta ini, dia memerintahkan Lu Buwei untuk membiarkan Jenderal Changping dan Changwen menyerang Lao Ai. Raja Qin Ying Zheng berhasil membasmi pemberontakan tersebut, dan mengeksekusi semua orang yang terkait dengan pemberontakan tersebut.
Meski tentara kerajaan berhasil membunuh para pasukan pemberontak di ibukota Xianyang, namun Lao Ai berhasil kabur dari pertempuran ini. Harga 1 juta koin ditempatkan di kepala Lao Ai jika dia ditangkap hidup2, atau setengah juta koin jika mati.
Akhirnya para pendukung Lao Ai berhasil ditangkap dan dipenggal, sementara Lao Ai dieksekusi dengan cara diikat dan dirobek menjadi lima bagian, ditarik dengan kuda, Sedangkan seluruh keluarganya dieksekusi sampai 3 generasi. Kedua anaknya juga dieksekusi, sementara ibunya yang berselingkuh, Zhao Ji, ditempatkan sebagai tahanan rumah di istananya, sampai kematiannya beberapa tahun kemudian.
Dengan alasan kelalaian menjalankan tugasnya, Ying Zheng juga memberhentikan Lu Bu Wei dari jabatan Perdana Menterinya dan mengasingkannya ke wilayah Ba Shu. 2 tahun kemudian, Ying Zheng mengirimkan utusannya ke Ba Shu dan memaksa Lu Bu Wei untuk bunuh diri dengan meminum anggur beracun. Lu Bu Wei pun meninggal pada tahun 235 SM.
Dengan demikian, Ying Zheng secara resmi mengambil alih kekuasaan penuh, dan mengendalikan pemerintahan Negara Qin. Untuk menggantikan Lu Buwei, Li Si (李斯) ditunjuk menjadi Perdana Menteri yang baru.
Baca juga : Sejarah Perjalanan Dinasti Qin; Dinasti Pertama Dalam Sejarah Tiongkok
Raja Ying Zheng kemudian berhasil menaklukan 6 Negara lainnya di tahun 221 SM, dan mengangkat dirinya menjadi Kaisar Qin dengan gelar Kaisar Qin Shi Huang, yang artinya adalah Kaisar Pertama Dinasti Qin. Negara terakhir yang ditaklukannya adalah Negara Qi. Berikut ini adalah urutan 6 Negara yang ditaklukannya.
230 SM: Penaklukan Negara Han.
228 SM: Menyerang Negara Zhao.
227 SM: Menyerang Negara Yan.
225 SM: Penaklukan Negara Wei.
224 SM: Penaklukan Negara Chu.
222 SM: Penaklukan Negara Zhao dan Yan.
221 SM: Penaklukan Negara Qi, kemudian mempersatukan daratan tengah Tiongkok.
B. Kematian Qin Shi Huang
Setelah berhasil mempersatukan Tiongkok dan menjadi Kaisar yang memimpin wilayah yang sangat luas, Qin Shi Huang berusaha untuk hidup selama2 nya. Dia memerintahkan Xu Fu (徐福) dan ribuan anak laki-laki dan perempuan pergi ke Laut Tiongkok Timur, untuk bertemu dan meminta kepada Dewa agar mendapatkan cara dan obat agar dia dapat hidup abadi.
Namun setelah pergi, Xu Fu tidak pernah kembali lagi.
Untuk mengambil hati rakyat yang baru dipersatukan, dan untuk menunjukan kekuasaannya, Kaisar Qin Shi Huang melakukan perjalanan dalam skala besar sebanyak 5x. Dalam perjalanan yang ke-5, di tahun 210 SM, Kaisar Qin Shi Huang wafat di usia 50 tahun, di Sha Jiu (沙丘), sekarang termasuk wilayah Guangzhong, Provinsi Hebei.
Atas dukungan Perdana Menteri Li Si dan berkolusi dengan Kasim Zhao Gao (趙高), putra ke-18 Kaisar Qin Shi Huang yang bernama Hu Hai (胡亥) berhasil menjadi Kaisar Qin dengan gelar Qin Er Shi (秦二世) atau Kaisar Qin ke-2.
Tak lama setelah kenaikan Kaisar Qin ke-2, terjadi pemberontakan petani yang dipimpin oleh Chen Sheng dan Wu Guang. Pemberontakan ini berhasil dibasmi oleh Dinasti Qin. Namun pemberontakan lainnya yang dipimpin oleh Xiang Yu (項羽) dan Liu Bang (劉邦) berhasil menggulingkan pemerintahan Dinasti Qin.
Pada tahun 206 SM, 4 tahun setelah kematian Kaisar Qin Shi Huang, kekaisaran Dinasti Qin pun runtuh. Dinasti selanjutnya yang menguasai daratan Tiongkok adalah Dinasti Han, yang dipimpin oleh Kaisar Han Gao Zu (汉高祖).
Baca juga : Dinasti Han, Dinasti Kekaisaran Terpanjang (Terlama) di Tiongkok