Last Updated on 11 June 2020 by Herman Tan

Dinasti Han (206 SM – 220 M) atau Han Chao 漢朝 adalah dinasti kekaisaran kedua di Tiongkok setelah Qin (yang menyatukan seluruh daratan), didahului oleh Dinasti Qin yang intens dan digantikan oleh Periode Tiga Kerajaan yang retak. Dinasi Han merupakan dinasti kekaisaran terpanjang/terlama di Tiongkok.

Dinasti Han didirikan oleh pemimpin pemberontak yang bernama Liu Bang, yang dikenal dengan nama Kaisar Gaozu. Selama kurun waktu ±400 tahun (4 abad), Dinasti Han berhasil memperluas wilayah dan perdagangannya. Di era ini aliran kepercayaan Konfusianisme, Taoisme, dan Budha berkembang pesat.

Hingga kini, kelompok etnis mayoritas di Tiongkok menyebut diri mereka sebagai “suku Han“, sementara aksara Tionghoa mereka disebut “aksara Han“(hanzi).

A. Fakta Singkat Tentang Dinasti Han

Hanfu, pakaian tradisional yang bersejarah dari Dinasti Han

♦ Kerajaan Han didirikan oleh Liu Bang, seorang yang berasal dari keluarga petani.
♦ Jaman Dinasti Han dibagi menjadi 3 periode : Han Barat (206 SM-9 M), Dinasti Xin (9-23 M), dan Han Timur (25-220 M).
♦ Dinasti Han Tiongkok dikenal karena perdagangan Jalur Sutranya.

♦ Kekaisaran Han sangat mirip dengan Kekaisaran Romawi , dari segi ukuran dan populasi.
♦ Aliran Buddhisme Mahayana pertama kali diperkenalkan ke Tiongkok pada masa ini.

Baca juga : Hanfu, Busana Tradisional Suku Han Tiongkok

B. Gaya Hidup Masyarakat Selama Masa Pemerintahan Han Barat

Gaya hidup masyarakat selama masa pemerintahan Han Barat meningkat secara signifikan, berkat stabilitas ekonomi dan sosial.

Bagi tuan tanah dan bangsawan kaya yang tinggal di kota, mereka memiliki kekuasaan, mendapat prioritas untuk mengenakan kain/pakaian sutra, serta berpendidikan tinggi.

Pada masa itu, para sarjana Konfusianisme sangat dihormati di masyarakat, dan mereka diprioritaskan untuk menjadi staf di pemerintahan Han.

Sutra China

Para pedagang di masa Dinasti Han banyak yang kaya, karena perdagangan di masa itu sangat makmur. Tetapi mereka umumnya tidak dihormati di masyarakat. Menurut hukum, para pedagang tidak bisa memakai pakaian sutra dan bepergian dengan kereta. Baik mereka maupun anak-anaknya, tidak dapat mengikuti ujian kekaisaran untuk menjadi pejabat Negara.

Mereka (pedagang) juga harus membayar pajak tinggi pada pemerintah.

Tetapi para petani kelas bawah, meskipun pajak mereka dikurangi selama masa pemerintahan Dinasti Han, masih hidup dalam kondisi yang serba sulit. Mereka harus menghadapi banyak masalah, seperti ancaman aneksasi*dan bencana alam.

*Aneksasi (kbbi) : pengambilan dengan paksa tanah atau wilayah orang atau negara lain, untuk disatukan dengan tanah negara sendiri.

C. Budaya Pada Masa Dinasti Han

1. Agama

Catatan Sejarah Agung yang ditulis oleh Sima Qian (109–91 SM)

Perdagangan lewat jalur sutra menyebabkan perubahan budaya. Rute Jalur Sutra melewati wilayah-wilayah, di mana agama Buddha adalah agama utama pada waktu itu. Suatu jenis aliran Buddhisme telah dipercayai oleh sebagian populasi berabad-abad sebelumnya, pada akhir Periode Negara-Negara Berperang di jaman Dinasti Zhou.

Tetapi orang2 Yuezhi (penggembala nomaden yang tinggal di daerah padang rumput kering, di bagian barat provinsi Gansu saat ini) memperkenalkan aliran baru (yang disebut Buddha Mahayana) ke wilayah utara kekaisaran, ketika mereka pergi ke kota Chang’an dan menyebarkan ajaran Buddha sekitar tahun 1 SM.

Baca juga : 10 Fakta Dibalik Jalur Sutra Tiongkok

2. Filsafat

Warisan agama selama 400 tahun kepemimpinan Dinasti Han adalah pengembangan agama Konfusianisme dan Taoisme, serta masuknya agama luar, yakni Buddha Mahayana.

Selama era Han Barat, Zhang Daoling 張道陵 (34-156 M) menjadikan agama Taoisme berkembang dan menjadi agama asli Tiongkok. Konfusianisme juga dihidupkan kembali dan dicampur dengan paham2 Legalis, untuk membentuk filsafat dan agama politik yang bertahan lama.

Baca juga : Inilah 10 Perbedaan Agama Buddha dan TAO

3. Pencapaian Literatur – Catatan Sejarawan Agung : Kitab Shiji

Halaman pertama Shiji dalam bentuk naskah

Pencapaian sastra yang paling terkenal pada jaman Dinasti Han adalah Catatan Sejarah Agung ditulis oleh Sima Qian 司馬遷 selama 18 tahun, antara sekitar tahun 109 hingga 91 SM.

Ini adalah buku biografi pertama dalam sejarah Tiongkok , yang mencatat sejarah dari jaman Kaisar Kuning yang legendaris, hingga masa pemerintahan Kaisar Wu dari Han. Catatan ini diukir diatas potongan2 bambu, karena ketika itu kertas belum ditemukan. Catatan ini terbagi dalam 130 bab dan 5 intisari, dengan jumlah 526.500 karakter (aksara).

Intisari dari catatan Sima Qian ini memuat tentang :

Bagian Pertama: Riwayat Kaisar-kaisar, Bagian Kedua : Tabel kronologi, Bagian Ketiga : Delapan bab yang terdiri dari Tata Upacara, Musik, Pipa titinada, Kalender, Astrologi, Upacara Kurban, Saluran Air, dan Politik Ekonomi. Bagian Keempat : Riwayat Bangsawan2, serta Bagian Kelima : Biografi tokoh2 penting.

Setelah Catatan Sejarawan Agung dibuat, sejarawan dari dinasti2 berikutnya menulis sejarah sesuai dengan pola yang dibuat oleh Sima Qian.

D. Dinasti Han Barat (206 SM – 9 M)

Dinasti Han Barat adalah kekaisaran terbesar dan yang bertahan paling lama di wilayah tersebut. Kekaisaran ini berlangsung dari tahun 206 SM hingga 9 Masehi. Kerajaan Han berhasil secara politik dan ekonomi.

Dinasti Han Barat berhasil menstabilkan kekaisaran, dengan memperluas wilayahnya, meningkatkan perdagangan, dan memulai tradisi pemerintahan dinasti yang dikelola oleh para sarjana Konfusianisme.

E. Kaisar Gaozu dari Han (202 – 195 SM)

Kaisar Gaozu, pendiri Dinasti Han, terlahir dari keluarga petani dengan nama Liu Bang 劉邦. Pada awalnya Dia adalah prajurit tingkat rendah di pasukan kekaisaran Qin, tapi kemudian Dia bergabung dengan pasukan pemberontak. Bersama rakyat, dan sebagai pemimpin pasukan, Dia mengalahkan saingan utamanya dalam perang untuk menjadi Kaisar.

Pada awalnya, Liu Bang meniru aturan pemerintahan Qin, tetapi Dia memberikan lebih banyak kebebasan dan menggunakan lebih sedikit petani untuk kerja wajib militer. Dia menurunkan pajak, dan mencoba untuk memenangkan dukungan rakyat dengan memperlakukan mereka lebih baik daripada penguasa Qin sebelumnya.

Dia juga mengizinkan para pemimpin lain untuk memiliki kerajaan di bagian timur kekaisaran. Pemerintahan kekaisaran juga memiliki kekuasaan/kontrol langsung atas sepertiga wilayah barat kekaisaran. Namun lambat laun, Dia mulai bertindak lebih tirani di kemudian hari.

1. Dasar Kekaisaran Dinasti Han

Kaligrafi China (Shufa)

Liu Bang mewarisi sebuah kekaisaran yang besar, dan fondasi pemerintahan yang sebelumnya telah diletakkan oleh Dinasti Qin. Dia menggunakan bahasa tertulis yang standar untuk seluruh wilayah kekaisaran, yang sebelumnya telah diumumkan secara resmi oleh Li Si.

Liu Bang diketahui juga memiliki seorang guru Konfusianisme, yang meyakinkannya tentang perlunya filosofi dalam mengelola perpolitikan Negara. Seiring dengan kerangka kerja kekaisarannya, Liu Bang mewarisi teknologi dan taktik militer yang juga dipakai oleh Dinasti Qin untuk membentuk kerajaan mereka.

Baca juga : Dinasti Qin, Dinasti Kekaisaran Pertama di Tiongkok

2. Konflik dengan Suku Xiongnu

Suku Xiongnu adalah sekelompok penggembala nomaden yang berhasil mengalahkan  Yuezhi (penggembala nomaden yang tinggal di daerah padang rumput kering, di bagian barat provinsi Gansu saat ini) dan kelompok lainnya di utara dan barat kekaisaran Han.

Mereka mengalahkan pasukan Han pada 200 SM. Liu Bang lalu membuat perjanjian dengan mereka, dan setuju untuk mengirim gulungan kain sutra dan barang-barang berharga lainnya sebagai upeti.

Meskipun Liu Bang mengizinkan kepemimpinan Raja-Raja kecil di bagian timur kekaisarannya, namun beberapa saat sebelum kematiannya (karena sakit yang sudah lama dideritanya), Ia mulai bersikap curiga dan paranoid terhadap beberapa Raja/Penguasa disana. Dia menganggap mereka sebagai saingan, lalu membunuh mereka, atau diturunkan pangkatnya.

F. Kaisar Wu dari Han (141 – 87)

Kaisar Wu dari Han (Liu Che) atau Han Wudi 汉武帝 adalah kaisar ke-7 sekaligus kaisar Han yang paling terkenal. Dia berkuasa pada usia 16 tahun, dan memerintah selama 54 tahun. Periode pemerintahannya adalah masa kemakmuran bagi Dinasti Han, tetapi sama seperti Liubang, Dia berubah menjadi lalim pada akhir hidupnya.

Masa pemerintahannya yang panjang, dianggap sebagai puncak dari kejayaan Dinasti Han Barat.

Dia dianggap sebagai Kaisar yang efektif. Semasa pemerintahannya, Dia berkonsentrasi pada penaklukan (perluasan wilayah), menjalin perdagangan dengan wilayah lain, melembagakan kebijakan administratif, dan memusatkan kekuasaan untuk dirinya sendiri.

1. Kebijakan Politik

Dia melembagakan kebijakan yang dipertahankan oleh kekaisaran2 setelahnya. Ketika mulai memerintah pada tahun 141 SM, Dia menempatkan para sarjana Konfusianisme yang berhasil dalam ujian di posisi resmi.

Kemudian pemerintahan yang berkuasa memulai akademi (pendidikan berbasis) Konfusianisme. Dengan cara ini, ia mencetuskan Ujian Kenegaraan Konfusianisme sebagai cara untuk memilih pejabat untuk menempati posisi pemerintahan. Mereka yang lulus ujian dijamin akan melek dan berpengetahuan tentang filsafat politik Konfusianisme.

Ini adalah cara yang utama mengenai bagaimana para pejabat dipilih untuk pemerintahan, di sebagian besar dinasti2 setelahnya, selama lebih dari 2.000 tahun ke depan.

2. Perang Berkelanjutan

Peta Kekaisaran Dinasti Han Barat (206 SM-9 M)

Baca juga : Dinasti Qin, Dinasti Kekaisaran Pertama di Tiongkok

Selama masa kepemimpinannya, Han Wudi memprakarsai banyak perang. Banyak dari kampanyenya (penyerangan) yang berhasil. Dia memperluas kekaisarannya sehingga membentang ke wilayah Asia Tengah, Korea, dan Vietnam.

3. Melawan Suku Xiongnu

Pada tahun 119 M, Dia mendirikan perbatasan di wilayah utara yang berbatasan langsung dengan suku Xiongnu. Dia juga mengirim beberapa kelompok pasukan untuk melawan klan-klan terkemuka di Xiongnu.

Dua jenderalnya yang bernama Jendral Wei dan Jendral Huo melakukan serangan ke pasukan Yizhixie Chanyu, menghancurkan pasukan Xiongnu, dan hampir menangkap pemimpinnya. Kemudian, suku Xiongnu menginginkan perdamaian selama beberapa tahun. Dengan cara ini, dia bisa mengontol Xiongnu.

4. Invasi ke Selatan

Pada saat yang sama, pasukan Han juga mengalahkan tentara dan angkatan laut di wilayah selatan, dan kekaisaran Han meluas ke daerah-daerah yang sekarang disebut Vietnam utara, Yunnan, Guangxi, dan Guangdong. Pada tahun 100 SM, ukuran kekaisaran Han sudah mencapai lebih dari 2x lipat dari pada awalnya.

5. Perdagangan Luar Negeri – Jalur Sutra

Jalur Sutra

Selang antara 130 SM  hingga 100 SM, perdagangan dengan negara2 di wilayah Barat (Asia Tengah) membawa kekayaan bagi para penguasa dan pedagang. Sebagai sebagai cara untuk menghadapi ancaman Xiongnu, pemerintahan Kaisar Han Wudi mengirim utusan ke Yuezhi di barat, dan perdagangan skala besar dikembangkan lewat rute Jalur Sutra.

Perdagangan biasanya melibatkan kelompok kereta karavan besar yang bepergian antara Chang’an (sekarang Xi’an ), yang merupakan ibu kota kerajaan, dan negara-negara Barat.

Ketika karavan dari orang asing (Persia, Arab) datang, itu membawa kekayaan, teknologi dan gagasan2 baru. Dengan cara ini, pengetahuan orang Han terhadap dunia luar, filsafat dan agama, serta ilmu & teknologi meningkat.

Teknisi membuat kemajuan dalam pemurnian besi dan membuat senjata baja dan peralatan selama dan setelah masa pemerintahannya. Jadi dengan terciptanya kekayaan, ekspansi wilayah, dan kekuatan, kekaisaran Han pada awalnya banyak makmur.

Baca juga : 10 Fakta Dibalik Jalur Sutra Tiongkok

G. Akhir dari Dinasti Han Barat (86 SM – 9 M)

Xi’an, ibukota Han Barat

Pemerintahan dinasti Han Barat berakhir di bawah pemerintahan seorang permaisuri bernama Wang Zhengjun, dan beberapa Kaisar yang kekuasaannya berumur pendek, berturut-turut bernama Kaisar Zhao, Xuan, Yuan, Cheng, Ai, dan Ping.

Kaisar Ping adalah kaisar terakhir Dinasti Han Barat, yang hanya berkuasa selama beberapa tahun (1 SM – 6 M). Selama ini, kerabat/orang2 terdekatnya adalah bupati. Bupati terakhir adalah Wang Mang. Dia mengklaim bahwa dia memiliki Mandat Surga untuk memerintah, yang berarti bahwa Langit telah memilihnya untuk menjadi kaisar berikutnya.

H. Dinasti Xin (9 – 23 M)

Wang Mang (45 SM – 23 M), seorang pejabat yang mengaku memiliki Mandat Surga, memerintah Dinasti Xin (yang secara harfiah berarti ‘dinasti yang baru’).

Dia mencoba menerapkan kebijakan yang bisa menjangkau rakyatnya secara luas. Wang Mang mencoba mengubah masyarakat dengan menghapus perbudakan, mendistribusikan kembali tanah-tanah kepada petani, dan mengeluarkan mata uang baru.

Reformasi yang dilakukannya tampak sangat modern. Tetapi dengan datangnya bencana alam, dan munculnya pemberontakan para petani yang melawannya, semakin melemahkan kerajaannya. Dia terbunuh pada tahun 23 M, dan kota Luoyang di timur menjadi ibu kota yang baru bagi Dinasti Han Timur.

I. Dinasti Han Timur (25 – 220 M)

Luoyang, ibukota Han Timur

Setelah anggota klan kekaisaran lama menjadi kaisar lagi, pemerintahan Dinasti Han berlanjut di ibukota baru di Luoyang. Kaisar pertama Dinasti Han Timur, Guangwu, juga menghadapi banyak musuh; dan sama seperti Dinasti Han Barat, selama 195 tahun kekaisaran Han Timur berjalan stabil, tapi kemudian berakhir dengan korupsi, bencana alam, dan pemberontakan internal.

1. Kaisar Guangwu (Memerintah 25 – 57 M)

Dinasti Han Timur dimulai ketika seorang anggota klan Dinasti Han, Liuxiu berkuasa. Dia bergelar Kaisar Guangwu selama masa pemerintahannya. Ketika mencapai usia dewasa, Liuxiu berkeliling ke berbagai daerah untuk memadamkan berbagai pemberontakan.

Selama masa pemerintahannya yang panjang, Dia berhasil mengalahkan si Alis Merah* pada tahun 27 M, dan segera mengkonsolidasikan kekuasaannya di kekaisaran. Dia mengalahkan serangan pasukan Goguryeo* pada tahun 30 M di perbatasan timur laut China, dan memadamkan pemberontakan di Vietnam utara pada tahun 43 M.

Dia juga mengalahkan suku Xiongnu pada tahun 50 M. Dia dikenal sebagai jenderal yang pandai dan tidak memerintah dengan gaya tangan besi. Kaisar Guangwu memerintah selama 32 tahun (25–57 M), sebelum digantikan oleh putranya, Liu Zhuang (Kaisar Ming).

*Goguryeo : kerajaan Korea yang terletak di bagian utara dan tengah Semenanjung Korea, dan dibagian selatan dan tengah Manchuria.

*Alis Merah (Hanzi : 赤眉; Pinyin : Chìméi) adalah satu dari dua gerakan pemberontakan petani besar melawan pemerintahan dinasti Xin, dibawah pimpinan Wang Mang, yang lainnya adalah Lulin. Gerakan tersebut dinamai demikian, karena para pemberontaknya mewarnai alis-alis mereka dengan cat warna merah.

2. Kaisar Xian (memerintah 190 – 220) – Kaisar Terakhir Han

Peta 3 kerajaan (Sam Kok), Cao-cao (merah), Sunjian (biru), dan Liubei (hijau).

Selama dua dekade terakhir, ada banyak pertumpahan darah di istana kekaisaran. Pada tahun 194, terjadi kelaparan hebat karena wabah belalang. Pada tahun 195, Kaisar Xian (Liu Xie) mencari perlindungan pada seorang penguasa kerajaan Wei, yang bernama Cao Cao.

Kaisar tinggal di Xuchang, yang merupakan salah satu kota yang berada di wilayah Wei. Cao Cao memerintah atas nama kaisar, dan memiliki jabatan sebagai Panglima Tertinggi. Cao Cao mengumpulkan puluhan ribu pasukan, termasuk pasukan pemberontak Sorban Kuning (Yellow Turban).

Pada tahun 200, seorang penguasa wilayah utara bernama Yuan Shao memimpin pasukan untuk menyerang Xuchang. Namun pasukan Cao Cao berhasil mengalahkannya, ketika mereka menyerang pasokan (ransum) Yuan Shao.

Menjelang tahun 207, Cao Cao menguasai wilayah utara Sungai Yangtze. Liu Bei adalah pemimpin di wilayah Shu Han di barat daya, di sekitar propinsi Sichuan, sementara Sun Jian adalah pemimpin di wilayah Dong Wu di tenggara. Kelak, ini 3 wilayah kekaisaran yang berubah menjadi kerajaan.

Baca juga : Kisah 3 Negara (Sam Kok)

Pada 208, Pertempuran Tebing Merah (Red Cliff) terjadi. Pertempuran antara Cao Cao, Dong Wu, dan Shu Han ini terkenal untuk menentukan pembagian kekaisaran.

Cao Cao telah berhasil memperluas wilayahnya dan mengalahkan saingannya hingga pertempuran ini. Dia dikalahkan karena saingannya membuat aliansi (Liubei dan Sunjian), dan membakar armada2 kapalnya.

Setelah Cao Cao meninggal pada tahun 220, putranya Cao Pi memaksa Kaisar Xian, yang tinggal di wilayah mereka, untuk turun tahta. Dia menyebut dirinya sendiri kaisar baru Kerajaan Wei.

Tembok kota Xi’an

Kekaisaran Han Timur berakhir ketika kekaisaran itu terbagi menjadi 3 wilayah, yang diperintah oleh Cao Cao yang menguasai wilayah utara Sungai Yangtze; Liu Shan (putra Liu Bei) yang menguasai daerah pedalaman, disekitar Sichuan di barat daya, dan Sun Quan (putra Sunjian) yang menguasai wilayah tenggara.

Wilayah Utara disebut Cao Wei (曹魏), barat daya disebut Shu Han (蜀汉), dan tenggara disebut Dong Wu (东吴), yang berarti Wu Timur.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?