Membagikan Angpau (红包; Hongbao) kepada anak2, atau dikenal dengan uang keberuntungan Tahun Baru Imlek, Ya Sui Qian (压岁钱) adalah salah satu tradisi dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Kertas Angpau berwarna merah, sebagai lambang kebahagiaan dan keberuntungan di tahun baru.

Orang dewasa atau mereka2 yang sudah menikah biasanya membagikan Angpau kepada anak2 atau saudara/i mereka yang belum menikah, sebagai doa harapan kebahagian dan keberuntungan bagi mereka.

Selama perayaan Tahun Baru Imlek, orang2 yang dituakan harus membagikan Angpau atau uang keberuntungan yang telah disiapkan sebelumnya kepada generasi yang lebih muda (anak/cucunya).

Uang dalam kertas Angpau hanya untuk membahagiakan anak2. Oleh karena itu, tidak sopan untuk segera membukanya di depan para tetua yang membagikan, apalagi sampai diteriaki “kok isinya sedikit? dasar botu!” …

Menurut legenda, dikatakan bahwa uang keberuntungan dapat menekan kejahatan, dan generasi yang lebih muda dapat menghabiskan tahun pertama dengan damai dengan uang keberuntungan.

Baca juga : 5 Hal Tentang Angpau : Nominal, Simbol dan Bagaimana Cara Memberi

A. Dua Jenis Uang Keberuntungan di Tahun Baru Imlek

Uang yang pertama terbuat dari tali berwarna merah, yang di simpul menjadi bentuk naga, dan diletakkan di kaki tempat tidur. Kebiasaan ini dapat ditemukan di kitab Yanjing Sui Shi Ji (燕京随史记).

Momen orang tua membagikan angpau kepada anak-cucunya pada saat Imlek.

Uang yang lainnya adalah cara umum, yang dibagikan oleh orang tua dalam amplop merah.

Uang keberuntungan ini dapat diberikan orang tua langsung, setelah anak2 mengucapkan salam selamat tahun baru. Bisa juga dengan ditempatkan di bawah bantal anak2, ketika mereka tertidur di malam pergantian tahun baru.

Masyarakat Tiongkok kuno percaya, bahwa uang itu dibagi untuk melindungi anak2. Disaat roh2 jahat akan menyakiti anak2, mereka dapat menggunakan uang itu untuk menyuap roh2 jahat, dan mengubah kejahatan menjadi keberuntungan.

Dalam puisi yang berjudul “Uang Keberuntungan” oleh Wu Manyun dari Dinasti Qing (1644-1911), diceritakan mengenai uang keberuntungan terkait dengan kepolosan; dimana uang keberuntungan anak2 umumnya digunakan untuk membeli petasan, mainan, permen, serta hal2 lain yang diperlukan untuk perayaan tahun baru.

Saat ini, kebiasaan memberikan uang keberuntungan kepada anak2 masih berlaku. Jumlah uang keberuntungan bervariasi, dari ribuan hingga jutaan.

Baca juga : Tradisi Memberikan Angpao di Kalangan Masyarakat Tionghoa

B. Asal-Usul Uang Keberuntungan Ya Sui Qian

Menurut legenda, di jaman dahulu ada monster kecil yang jahat bernama “Sui” (岁). Monster kecil ini selalu keluar di malam pergantian tahun baru setiap tahun, untuk melukai anak2 di suatu desa.

Legenda makhluk Nian pada saat Imlek.

Baca juga : Asal Usul Legenda Raksasa Nian Pada Hari Imlek

Monster Sui selalu menunggui agar semua orang tertidur dahulu sebelum menyelinap masuk. Setiap kali mereka melihat anak itu tertidur, dia menyentuh kepala anak itu 3 kali dengan tangannya.

Anak2 yang disentuhnya akan takut dan menangis pada saat itu, dan menjadi gila setelah beberapa hari.

Diceritakan pula, ada satu pasang suami istri yang akhirnya mendapatkan seorang anak laki-laki ketika mereka berusia 50 tahun. Karena usianya yang sudah tua, pasangan tua itu merawat anak itu dengan baik.

Pasangan tua itu sangat kuatir, takut kalau2 monster Sui akan membahayakan anak mereka. Mereka tidak punya pilihan, selain bersembahyang pada Dewa-Dewi untuk memohon perlindungan. Mereka juga tidak berani tertidur, dan terus menjaga anak mereka.

Untuk mengisi waktu, anak pasangan tua itu lalu bermain2 dengan kertas merah dan 8 koin tembaga. Si anak kemudian membungkus 8 koin tembaga dengan kertas merah.

Hal ini dilakukannya berulang kali, hingga dia tertidur karena kelelahan. Pasangan tua itu tidak berani gegabah. Mereka berusaha tetap terjaga di malam itu.

Tiba2 monster Sui muncul. Pasangan tua pun ketakutan, sehingga membuat mereka mati langkah dan tidak bisa bergerak.

Ketika monster Sui baru saja akan menjulurkan tangannya ke anak itu, dia menemukan kertas merah dan koin tembaga. Mendadak semburan cahaya terang terbang ke arahnya.

Monster ini kemudian berteriak dan lari. Anak itu pun aman dan sehat hingga keesokan harinya.

Pasangan tua itu menemukan bahwa adalah kertas merah dan 8 koin tembagalah yang menakuti Sui. Pasangan tua itu akhirnya memberi tahu semua warga desa tentang apa yang terjadi kemarin, dan semua orang pun mengikutinya.

Baca juga : Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao

C. Sejarah Perkembangan Pemberian Uang Angpau Saat Imlek

• Dinasti Han (202 SM – 220 M)

Uang keberuntungan yang tercatat dalam literatur pertama kali muncul pada masa Dinasti Han. Uang keberuntungan yang paling awal juga disebut “uang yang luar biasa”, atau “uang yang sangat kuat”.

Uang jenis ini bukan mata uang yang beredar di pasar, melainkan berupa barang penangkal berbentuk koin, yang dibuat khusus untuk dipakai sebagai hadiah.

Nominal angpau mengikuti (1) status dan (2) umur penerima.

Baca juga : Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao

Koin ini pertama kali muncul di masa Dinasti Han, dan beberapa koin memiliki ukiran kata2 di bagian depan dengan berbagai kata keberuntungan, seperti “Hidup selama seribu tahun”, “Kedamaian di dunia”, atau “Hapus kejahatan dan hilangkan kejahatan”.

Ada berbagai pola, seperti pola naga dan burung phoenix, kura-kura dan ular, ikan, pedang, bintang, dan lain sebagainya.

• Dinasti Tang (608 – 907 M)

Ada kebiasaan “menghabiskan uang” selama tahun baru di masa Dinasti Tang. Tetapi dikatakan bahwa kebiasaan untuk bersembahyang di malam tahun baru hanya berlaku di lingkungan kekaisaran, dan belum populer di kalangan masyarakat.

• Dinasti Ming (1368 – 1644) dan Qing (1644 – 1911)

Sebagian besar uang keberuntungan diberikan kepada anak2 yang diikat dengan benang merah.

• Republik Tiongkok (1912 – 1949)

Para tetua membungkus 100 koin tembaga Wen (satuan mata uang kala itu) dengan kertas merah, sebagai uang keberuntungan untuk diberikan kepada anak2, dengan arti “umur panjang dan umur seratus tahun”.

Setelah mata uang diubah menjadi uang kertas, para tetua suka menggunakan uang baru dengan angka yang berurutan (seperti 555, 888, 999, atau 789), sebagai uang keberuntungan.

1950-an

Sistem mata uang diubah, dan uang keberuntungan mulai diberikan dalam jumlah 5 sen atau 1 sen. Di masa ini, perlu untuk mengucapkan salam tahun baru untuk mendapatkannya.

1960-an

Pada saat itu, sebagian besar rumah tangga berada dalam kondisi keuangan yang buruk pasca perang saudara dengan Taiwan. Permen merupakan barang langka. Para orang tua menggunakan beberapa bungkus permen, alih2 menggunakan uang asli sebagai uang keberuntungan untuk anak2 nya.

1970-an

Situasi ekonomi pada tahap awal masih tidak terlalu baik, tetapi uang keberuntungan yang berikan mulai benar2 berbentuk uang. Kebanyakan anak2 yang memberikan ucapan selamat tahun baru bisa mendapatkan 5 hingga 10 yuan.

1980-an

Perbaikan situasi ekonomi negara sebanding dengan jumlah uang keberuntungan. Uang keberuntungan sudah tidak jarang lagi. Orang2 di kota sering memberi anak2 lebih banyak uang, berkisar puluhan hingga ratusan yuan. Mereka mulai mengemasnya dalam amplop2 yang berwarna merah sebagai hadiah.

Angpau digital di jaman modern.

1990- an

Ekonomi Tiongkok meroket! Uang keberuntungan sudah menjadi barang umum. Anak2 bisa dengan mudah mendapatkan banyak uang, mencapai ratusan hingga ribuan yuan. Ada yang disimpan oleh orang tua, disimpan di bank, atau untuk dibelanjakan sendiri.

2000-an

Dengan membaiknya kondisi ekonomi, makna tradisional uang keberuntungan secara bertahap menjadi tidak berbentuk. Orang dewasa berjuang untuk memberikan uang keberuntungan dalam nominal besar, dan anak2 juga mulai mendapatkan lebih banyak, bahkan bisa mencapai ratusan ribu yuan.

2020-an

Kini, uang keberuntungan juga sudah diberikan dalam versi uang digital (non fisik).

Baca juga : 5 Hal Tentang Angpau : Nominal, Simbol dan Bagaimana Cara Memberi

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?