Last Updated on 28 July 2025 by Herman Tan Manado
Karakter 奠 (diàn), secara harafiah berarti ‘berbaring, terbaring’ atau ‘memorial‘. Ini merupakan karakter yang umum dipakai dalam acara duka, perkabungan, atau pemakaman suku Tionghoa.
Karaker 奠 (diàn) ini pertama kali muncul dalam prasasti tulang orakel pada masa Dinasti Shang (1600-1046 SM). Bentuk aksara kunonya menyerupai guci anggur¹ yang diletakkan di atas meja altar, menunjukkan penggunaan anggur sebagai persembahan di jaman dulu.
Di pinggir atas kiri dan kanan pintu masuk ke rumah duka, biasanya dipasang lampion Ten Lung berwarna putih yang bertuliskan marga mendiang (dalam hanzi), atau karakter 奠 (diàn).
Sementara di dinding ruang utama (menghadap ke arah pintu utama), juga diletakkan sebuah karangan bunga besar, berwarna hitam-putih yang bertuliskan karakter 奠 (diàn) ini.
Catatan¹ : Karakter 酒 (Jiu), tapi tanpa awalan, shg menjadi 酉.

Artikel terkait :
1. Pemakaman Berat (Heavy Mourning); Cara Berkabung di Tengah Pandemi
2. Kompleksnya Upacara Pemakaman Tionghoa di Indonesia (Bagian I)
Beberapa kata yang sering dipakai bersama karakter 奠 ini adalah :
• 奠礼; Dian Li : Upacara berkabung yang dilakukan sebelum peti jenazah dipindahkan.
• 奠仪; Dian Yi : Emas sutra yang diberikan kepada anggota keluarga.
• 奠酒; Dian Jiu : Bersulang untuk mendiang dengan menumpahkan arak (ciu; 酒) ke tanah.
• 奠文; Dian Wen : Syair duka cita selama masa berkabung.
♦ Lantas Apa Arti 甸 (Diàn) Dalam Pemakaman? Kenapa Bukan 祭 (Jì)?
Ketika menghadiri pemakaman, biasanya kita akan melihat kata “奠” di depan aula duka. Tahukah pembaca apa artinya dalam pemakaman? Mengapa karakter ini digunakan sebagai pengganti “祭“?
Karakter 祭奠 (Jì diàn) dan 奠祭 (Diàn jì) tampaknya tidak memiliki perbedaan, meskipun hanya posisi hurufnya yang berbeda. Namun, arti kedua kata ini umumnya untuk berkabung atas kematian, tetapi dalam acara2 resmi, cakupan dan tujuan penerapannya berbeda!
Orang sering mengatakan bahwa orang yang meninggal adalah yang paling agung. Terlepas dari bagaimana mereka semasa hidup, mereka harus menunjukkan ketulusan yang besar kepada mendiang di pemakaman. Jadi jika ada masalah dalam pemilihan kata, tak terelakkan untuk dijadikan bahan candaan.

Artikel terkait :
1. Pemakaman Berat (Heavy Mourning); Cara Berkabung di Tengah Pandemi
2. Inilah 3 Syarat Bongkar atau Pindah Kuburan/Makam
Kata “祭” adalah aksara piktografik. Dilihat dari bentuknya, bagian kiri atas aksara tersebut melambangkan ‘sepotong daging’, bagian kanan atas melambangkan ‘tangan’, sementara bagian bawah melambangkan ‘meja’. Jadi, ketika orang pertama kali menciptakan karakter ini, sebenarnya mereka ingin mengungkapkan makna “persembahan”.
Dengan kata lain, makna kata “祭” lebih cenderung mengungkapkan rasa belasungkawa kepada arwah mendiang.
Mari kita lihat kata “奠“, yang juga merupakan karakter piktofonetik. Bagian atas berarti ‘anggur’, sementara bagian bawah melambangkan ‘altar persembahan’. Makna keseluruhannya adalah mempersembahkan anggur dan makanan kepada mendiang.
Umumnya, upacara ini diadakan sebelum mendiang dimakamkan. Orang2 di masa lalu membayangkan bahwa arwah mendiang tidak pernah pergi, sehingga mereka tetap perlu makan seperti biasa.
Lambat laun, orang2 mulai terbiasa menggunakan kata “奠” alih-alih “祭” dalam pemakaman. Sederhananya, perbedaan antara kata “Dian” dan “Ji” terletak pada apakah jenazah tersebut telah dikuburkan?
Pemakaman adalah batasnya. Rangkaian upacara yang dimulai dari kematian hingga penguburan dapat disebut 奠 (dian), sehingga kita dapat melihat penggunaan kata ini menjadi baku dalam acara2 pemakaman.
Acara berkabung setelah pemakaman, umumnya tidak menggunakan kata “奠” lagi. Sebagai gantinya, kata “祭” harus digunakan untuk mengungkapkan rasa penghormatan bagi arwah mendiang. Dari segi emosional, karakter “奠” lebih bernuansa sedih dan muram, sementara “祭” lebih menekankan pada kenangan dan membawa keberuntungan.
Oleh karena itu, setiap orang harus memahami dengan jelas perbedaan dan hubungan antar keduanya. Hanya dengan cara ini kita dapat menghindari kebingungan.
Baca juga :
1. Misteri Perjalanan Arwah; Bagaimana “Kehidupan” Mereka Disana? Arwah Gentayangan (Bagian II)
2. Makna Tradisi Pernikahan Hantu di Jaman Tiongkok Kuno