Last Updated on 14 May 2022 by Herman Tan

Di bulan Mei ini adalah hari-hari bersejarah yang kelam bagi etnis TIONGHOA di Indonesia akibat kasus KERUSUHAN 13-15 Mei 1998 di Jakarta.

Namun generasi muda kelahiran 2000 keatas mungkin hanya tahu, bahwa Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta hanyalah soal penumbangan Orde Barunya Presiden Soeharto yang berkuasa selaam 32 tahun, dan peralihan ke Orde Reformasi.

Paling banter, soal penembakan 4 mahasiswa di kampusnya dengan peluru tajam. Namun sebenarnya, etnis Tionghoa-lah yang paling dikorbankan dalam peristiwa ini.

Seperti yang kita ketahui bersama, etnis Tionghoa menjadi korban utama kekerasan yang terjadi pada peristiwa itu, dimana ketika rumah, toko, perusahaan dan aset milik kaum Tionghoa dibakar dan isinya dijarah; termasuk  pemerkosaan, penganiayaan dan pelecehan terhadap ratusan wanita etnis Tionghoa di kala hari-hari yang mencekam itu.

Seperti dikutip dari situs Wikipedia dan berbagai media blog/website referensi lain, disimpulkan bahwa Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 terjadi awalnya karena :

1. Penembakan terhadap para aktivis mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998 yang mengakibatkan 4 mahasiswa tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat melakukan aksi demo Krisis Moneter di Indonesia.

2. Krisis Finansial Asia sehingga menimbulkan kritik kepada pemerintahan waktu itu (Orde Baru).

Kerusuhan 13-15 Mei 1998 di daerah Glodok, Jakarta (Tempo/Rully Kesuma)

Baca juga : Peristiwa Mei 1998 di Jakarta : Titik Terendah Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia

Namun ternyata yang paling dirugikan dari rentetan peristiwa ini sebenarnya adalah etnis Tionghoa yang sejatinya tidak tahu menahu, bahkan tidak mau ambil pusing soal aksi demo para mahasiswa ini (yang bermaksud untuk menggoyang pemerintahan pada waktu itu).

Etnis Tionghoa juga sebenarnya tidak mau pusing siapa yang mengkudeta siapa, atau siapa yang mengerahkan pasukan, dsb. Yang kita tahu, kita hanya ingin hidup aman dan tentram di Negeri ini; namun faktanya justru kita yang “dikorbankan” sebagai tumbal reformasi.

Ibarat pribahasa “Gajah sama gajah berjuang, pelanduk mati di tengah-tengah”. Ya, etnis Tionghoa pada waktu itu benar-benar menjadi korban kerusuhan; dimana yang seharusnya “berperang” adalah rakyat sipil (diwakili mahasiswa, juga sebagian provokator*) dan Negara (diwakili aparat keamanan), tapi akhirnya menjadi bias.

Jika ditarik lebih jauh lagi maka sedikit banyak akan menyinggung 2 tokoh elite politik yang saat ini masih aktif dalam dunia perpolitikan; dimana pada waktu itu masing-masing memegang posisi tertinggi dalam jajaran militer (memegang tongkat komando tentara).

Anehnya sebagai aparat keamanan (apalagi tentara yang harusnya lebih keras), mereka seperti terlihat melongo dan pasrah saja melihat rakyatnya di zolimi seperti itu, serta hanya sibuk mengawal gedung DPR/MPR. Sampai saat ini, beberapa pertanyaan seputar tragedi kerusuhan Mei 1998 masih menjadi misteri, diantaranya adalah :

1. Kemana aparat keamanan militer pada waktu kerusuhan itu (menurut sumber, kerusuhan yang terjadi pada 30 jam pertama, aparat kepolisian dan tentara sempat menghilang di sejumlah daerah) ?

2. Mengapa sampai terjadi pembiaran penjarahan dan pembakaran rumah, toko dan perusahaan milik etnis Tionghoa?

Serta yang paling parah adalah terjadinya kasus pemerkosaan, penganiayaan dan pelecehan terhadap wanita etnis Tionghoa (disertai pengrusakan alat kelamin dan bagian tubuh lainnya, dimutilasi, bahkan dibakar hidup-hidup), yang mengakibatkan gangguan psikis / kejiwaan yang sangat luar biasa bagi para korban hingga hari ini.

Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk mengakhiri hidupnya, karena rasa keputusasaan dan rasa malu akibat menangung aib.

3. Siapa yang menggerakkan massa (melakukan provokasi) yang menyebabkan kerusuhan SERENTAK di beberapa kota besar Indonesia (diantaranya Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dsb)?

Sesuai laporan TGPF, ada saksi yang melihat sekelompok orang yang berambut cepak, yang turun untuk meng-kondisikan massa di jalanan, untuk menyerang bangunan2 milik etnis Tionghoa di Jakarta.

Menurut mereka, para pelaku provokator ini terdiri dari sekelompok pemuda yang berpenampilan macam2; ada kelompok pemuda berpakaian pelajar SMA atau pakaian mahasiswa, ada kelompok remaja yang berpakaian lusuh dan berwajah sangar, ada yang berbadan kekar, berambut cepak/pendek ala militer, dan memakai sepatu lars tentara, dan bertato.

Baca juga : Mengapa Pemukiman Mereka Dijarah? Kajian Historis Pemukiman Etnis Tionghoa di Indonesia (Bagian I)

perkosaan mei 98
Tampak seorang pendemo kerusuhan pasca kerusuhan Mei 1998

Akibat kasus ini, banyak Negara yang pada waktu itu ikut mengecam keras Pemerintahan Indonesia yang dianggap gagal dalam melindungi warga negaranya, diantaranya negara Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia dan Thailand. Berikut beberapa aksi simpatik Negara-Negara tersebut :

1. Pemerintah Singapura : Menyatakan Bandara Internasional Changi terbuka 1×24 jam dan sewaktu-waktu siap menerima kedatangan korban kerusuhan.

2. Pemerintah Taiwan : Menyampaikan protes keras kepada pemerintah Indonesia, bersamaan dengan itu mengirim pesawat penumpang untuk mengangkut para korban kerusuhan.

3. Pemerintah Amerika : Mengizinkan “permohonan perlindungan” para korban keturunan Tionghoa, bersamaan itu mengirim kapal perangnya ke Indonesia untuk mengangkut sejumlah besar korban kerusuhan.

4. Pemerintah Malaysia : Meminta Komite HAM PBB menyelidiki peristiwa pembunuhan dan pemerkosaan bergilir ditengah kerusuhan yang dialami oleh kaum perempuan keturunan Tionghoa di Indonesia, serta menyerahkan hasil penyelidikan kepada Pengadilan Kejahatan Internasional untuk diadili.

Baca juga : Korban Mei 1998 : Mengapa Harus Perempuan Tionghoa?

Tetapi sungguh ironis, Pemerintah komunis Republik Rakyat Tiongkok (China) malah mengambil sikap tidak melaporkan, tidak mengecam dan tidak mencampuri segala urusan dalam negeri Indonesia.

Menurut pemerintah China pada saat itu mengatakan, orang Tionghoa di Indonesia telah menjadi Warga Negara Indonesia, maka apa yang terjadi di Indonesia segalanya adalah urusan dalam negeri Indonesia.

Padahal jika dilihat dari sisi keterikatan emosional dan kedekatan suku bangsa, Negara China lah yang seharusnya menjadi pembela nomor satu.

Sejumlah masyarakat etnis Tionghoa pada waktu itu berada dalam situasi keadaan yang genting dan mencekam dikabarkan pernah mencoba mengadu ke Kedubes China, yang atas dasar perikemanusiaan memohon bantuan.

Namun hal ini ditolak mentah-mentah oleh kedubes China kala itu, dengan alasan yang melapor bukan Warga Negaranya.

Sudah tentu kabar ini membuat Pemerintahan Orde Baru yang kala itu sangat ketakutan, merasa telah memperoleh angin dukungan semangat yang kuat, termasuk para pelaku kerusuhan yang menganggap aksi mereka sebagai suatu pembenaran.

Baca juga : Korban dan Pengorbanan Perempuan Etnis Tionghoa di Indonesia (Bagian I)

Tampak sebuah toko yang habis dijarah oleh massa pada kerusuhan Mei 1998

Atas terjadinya peristiwa tersebut, pemerintah Indonesia yang hanya atas desakan Negara-Negara sahabat akhirnya membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk sebagai tim penyelidik untuk mengusut kasus Kerusuhan Mei 1998.

Meski begitu, mengenai kelanjutan dari kasus ini, seperti siapa oknum-oknum yang harus bertanggung jawab atas kerusuhan Mei 1998 ini masih belum diungkap.

Pemerintah selama belasan tahun ini tampaknya tidak pernah serius dalam menindaklanjuti dengan proses hukum soal laporan investigasi dari TPGF (menurut informasi kasus ini sudah sampai tingkat Kejaksaan Agung, tapi seperti dipeti es kan), dimana dalam laporannya, ternyata terdapat lebih dari 1800 orang tewas selama kekacauan selang tanggal 13-15 Mei 1998!

Hal ini jelas bisa memunculkan spekulasi publik bahwa ini adalah bentuk Operasi Militer terselubung pemerintah kala itu*. Maka itu pemerintah enggan untuk memperpanjang masalah ini.

Sebagai catatan, penulis tidak mencantumkan sumber-sumber informasi yang berasal dari blog/web pribadi karena isinya merupakan pandangan subjektif (masih menjadi asumsi) dengan berbagai latar kepentingan.

Tetapi pembaca dapat melakukan riset sendiri lewat Google dan berbagai mesin pencarian lain sebagai referensi/masukan tambahan, terutama dalam arsip foto-foto kekerasan pada etnis Tionghoa pada Mei 1998; dimana terdapat foto dan kesaksian mengenai bagaimana para pelaku kerusuhan menganiaya para korban wanita etnis Tionghoa dengan kejam.

Baca jugaSiapakah Provokator dan Rekayasa Peristiwa Mei 1998?

Jangan kau penjarakan ucapanmu jika kau menghamba pada Ketakutan, Karena kita hanya akan memperpanjang barisan perbudakan

Setelah 16 tahun berlalu, akhirnya Jakarta dipimpin oleh perwakilan etnis minoritas yang pada waktu itu “dizolimi” oleh etnis mayoritas pribumi, dijadikan tumbal politik demi reformasi, etnis Tionghoa! Mungkin ini adalah takdir?

Tidak ada yang tahu. Semoga dengan ini bisa membuka langkah kedepannya bagi pihak pengusut (korban) untuk mencari keadilan di negeri ini.

Berikut lampiran Laporan RESMI Pemerintah Indonesia Lewat Pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TPGF) Mengenai Peristiwa 13-15 Mei 1998 : Link hasil TEMUAN Tim Gabungan Pencari Fakta.

Baca juga : Kapan ‘Kecinaan’ Akan Berhenti?

Catatan : * adalah pandangan/asumsi penulis
Sumber foto : sesawi.net, sadarsejarah.wordpress.com, indocropcircles.wordpress.com

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

155 thoughts on “Kerusuhan Mei 1998, Harga Yang Harus Dibayar Oleh Etnis Tionghoa”
  1. kalo pengadilan di negeri ini gk bisa mengadili org2 laknat yg sudah berbuat laknat, semoga pengadilan akhirat yg mengadili kalian disana, kalian sudah menabur kejahatan suatu saat nanti kalian tuai dosa dan tanggung jawab di akhirat, dasar manusia laknat rendahan, harga diri kalian lebih rendah dari binatang

  2. saya waktu itu masih remaja dan tinggal di palembang pada waktu itu entah bagaimana saya juga membenci etnis china (itu dulu ) walaupun didaerah saya tidak ada orang ktrunan cina, kenapa?
    karena pada waktu itu pemberitaan baik dimajalah, koran dan orasi2 entah siapa yang melakukannya menyatakan bahwa etnis china lah yang menyebabkan krisis ekonomi 98 , dan mereka yang melakukan korupsi gila2 an dan melarikan aset negara dan melakukan kejahatan pencucian uang menguras keuangan nasional sehingga krisis trjadi, para etnis cina ini melarikan aset keluar negeri khususnya kecina. ada juga isu yang menyebutkan bahwa comunis cina akan mengambil alih dan membangkrutkan nkri.mereka bahkan merinci nama dan jumlah uang yang dilarikan keluar negri bahkan pada waktu itu saya aja merinding dan berpikir betapa jahatnya orang2 ini
    didalah berita2 atau propaganda yang saya cerna jaman itu . kawan2 pastilah tau jaman itu belum ada internet dan klarifikasi dan kebenaran berita/opini tidak bisa di lakukan dengan mudah.
    akhirnya mungkin itulah yang menyebabkan kemarahan menjadi jadi dari rakyat. orang indonesia itu nasionalisme ny tinggi dan mudah percaya ditambah waktu itu krisisnya tinggi banget bisa dibayangkan pada waktu dulu eluarga kami termasuk kelas menengah tetapi bahkan kami pun tak lagi mampu buat membencukupi kebutuhan ,apalagi kalangan menengah kebawah dan miskin harga2 naiknya gila2an, ahirnya amarah tertuju ke penyebab krisis yaitu suharto dan kroninya (well suharto dilindungi dengan baik, juga mau mengundurkan diri kalau tidak udah dimasa juga bahkan skrang kbencian trhdp suharto masih cukup besar), ke dua yaitu etnis cina well seperti yang diuraikan diatas dan ditambah2 isu pki jadi etnis cina yg ga melarikan uang ke luar negeri inilah yang menjadi target y namanya orang lagi ngamuk penjelasan apapun ga berguna, dan yang ketiga IMF (nah lagi2 ini orang ga ada di indo, orang indo ga tau mereka dimana dan kalaupun ada tentara asing pastilah melindungi mereka)
    saya dulu berdiri didepan rumah bersama bapak saya kami tidak ikut hanya penasaran saja,
    ada tiga kata yg sangat saya ingat jadi kebencian rakyat wktu itu ,suharto,cina,imf.
    sekarang saya tinggal dibangka dan pandangan saya tentang cina telah benar2 berbeda saat saya remaja dulu, etnis cina melayu jawa dll indonesia punya 1242 grup etnis menurut sensus 2010 moga ita tetap rukun dan saling bahu membahu memajukan negeri well semoga dijaman majunya informasi sperti ini kita tidak mudah terpancing, terhasut apalagi hoak. bhenika tunggal ika

  3. Pada kerusuhan mei 98 bukan hanya etnis tionghoa yang menderita kerugian. Tetangga2 org pribumi jawa, sulawesi, padang dll yang punya kios dipasar atau ruko. Hancur semua. brg dijarah semua. Bahkan bnyk yg g bisa buka usaha lagi krn kejadian itu. Tp yg saya salut mereka tdk bnyk mengeluh. Jadi tlg melihatlah dengan adil. Jgn bilang hny etnis tionghoa yang menderita

    1. Semuanya kena imbasnya, namun topik disini sudah dikatakan jelas di judul, anda harus rasakan sendiri jadi orang tionghua saat kerusuhan, siapa yg paling dirugikan.. tolong buka pikirannya, liat dari perspektif kenyataan, dimana etnis yang paling dirugikan, BANYAK (bukan cuman satu, dua, seratus, tapi lebih dari itu) yang jatuh miskin, kena pelecehan, dirugikan..

  4. Etnis Tionghoa adalah korban kerusuhan Mei 1998, yang lebih banyak dibahas harusnya pelaku atau pihak yang bertanggung jawab bukan lebih banyak membahas korban dan menyalahkannya sebagai penyebab kejadian ini.

    1. Sudah jelas bahwa pihak yang bertanggung jawab atas kejadian ini adalah PEMERINTAH INDONESIA.

      Meskipun terdapat sekelompok orang yang diduga menjadi provokator, namun kenyataan dilapangan (berdasarkan saksi2) bahwa pada saat kejadian hari pertama, sama sekali tidak terdapat perlindungan dari Negara lewat kepolisian ataupun ABRI yang berjaga/menekan massa.

      Apalagi yang anda mau? Ikut demo setiap kamis di depan istana negara?

      1. Yang bertanggung jawab adalah penguasa/pemerintah saat itu yang menggunakan atau minimal membiarkan etnis Tionghoa sebagai kambing hitam krisis yang timbul.
        Tetapi mengusut pelaku untuk kondisi saat ini sepetinya tidak penting lagi karena tidak mudah dan untuk apa juga.
        Yang terpenting adalah kejadian kerusuhan, penjarahan, perkosaan semena-mena terhadap etnis Tionghoa tidak terjadi lagi.
        Jadi yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan bargaining position menjadi lebih kuat dan tidak mudah dijadikan kambing hitam lagi, untuk itu etnis Tionghoa jangan hanya menggeluti sektor ekonomi melainkan juga sektor lain di pemerintahan jadi Menteri, Gubernur, Bupati atau menjadi anggota DPR, Militer seperti saat ini sehingga kejadian kerusuhan seperti Mei 1998 tidak terulang.

      2. anda tau darimana pihak RRC waktu dimintai tolong oleh warga keturunan saat terjadi kerusuhan mei 98, tidak mau tau dan tidak peduli?? ada sumbernya??

        1. Pada waktu itu pemerintah Tiongkok sendiri mengumumkan hal itu, beberapa hari pasca kejadian lewat juru bicara/kementerian luar negerinya, dan disebarkan lewat tv lokal (CCTV) dan media koran disana. Kebetulan pas disiarkan saya ada menontonnya.

          Kenapa sampai mengeluarkan statement seperti itu? Karena mereka KEWALAHAN dalam menerima ribuan permintaan kedatangan warga yang ingin mengungsi/mencari perlindungan pasca kejadian. Jangan dikira rujukan pertama langsung ke negara tetangga, seperti ke Singapore/Malaysia. Keturunan Tionghoa di Indonesia justru tidak ada ikatan keluarga dengan warga Tionghoa disana, karena sama-sama perantauan. Jadi, yang pertama terpikir tentu adalah sanak family yang berada di Tiongkok daratan.

          Pertanyaannya, kenapa ada juga masyarakat kita yang berhasil melarikan diri hingga masuk Tiongkok? Jawabannya mudah saja. 1) Lewat jalur ilegal, atau 2) lewat visa turis. Setelah melewati batas waktu tinggal, bisa terus berpindah2 tempat disana, sambil mengusahakan/mengurus surat2 yang dibutuhkan untuk tinggal.

        2. Saya ada dokumen yang Anda butuhkan. Saya kliping koran berbahasa mandarin edisi 19-28 Mei 1998. Hanya saja, apa keuntungan saya untuk berbagi informasi ini kepada Anda? Jangan2 Anda hanya mahasiswa yg ingin cari jalan pintas saja, hehehe. Sana masuk perpustakaan , atau ke perwakilan kedutaan besar Tiongkok. Tidal ada kerja yang instan nak!! Ehehe

  5. dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung.
    kalau berada di indonesia, maka janganlah cuma menjadi warga negara semata, tapi berjiwalah indonesia, cintailah indonesia dan berbudayalah secara indonesia.

    tak bisa dipungkiri, masih banyak saudara-saudara keturunan tionghoa yang cuma menjadi wni di KTP saja, tapi segala apa yang dikerjakan dan sikap sering sekali membuat jarak antara warga keturunan dan pribumi.
    Sering juga memposisikan diri seolah sebagai tamu terhormat dihadapan warga pribumi, padahal lahir dan besar di negeeri ini…. yah tentu saja sikap itu akan dibayar mahal sekali ketika ada sedikit saja gejolak di masyarakat.

    Saya sendiri tinggal di Pulau lombok.
    dulu waktu terjadi kerusuhan 171,, hanya beberapa kelompok etnis cina saja yang jadi sasaran, yaitu kelompok yang tidak bisa menjunjung lagit dimana bumi dipijak.
    Sementara sebaian keturunan cina yang sudah membudaya dengan warga pribumi ( bali dan sasak ), mereka aman-aman saja tak ada yang mengusik..
    Saya punya kakak ipar yang waktu itu masih tinggal sendiri di tengah sawah di antara warga pribumi,, dia aman-aman saja..

    Mengigat dan menjunjung leluhur adalah suatu yang mulia.
    menjunjung tinggi bangsa dimana kita dilahirkan dan dibesarkan itu jauh lebih mulia, sebab bangsa indonesia inilah yang paling nyata telah memberi hidup dan kehidupan kepada kita.
    andaikata kita berada di RRT barangkali kita disana hanhya akan jadi gembel sampah…
    Maka sukurilah dan jangan pernah menjadi musuh dalam selimut terhadap bangsa dan negara yang telah memberi tempat lahir dan hidup kita.
    Jika itu dilanggar, maka bayarannya sangat mahal.
    Dan ada yang harus diakui,, bahwa banyak sekali warga keturunan cina yang sudah menjadi orang pribumi karena sudah berbudaya pribumi, tapi mereka tetap memuja leluhur dan tidak melupakan asal usul mereka.

    Jadi maaf,, kalau pada kerusuhan 98 dan kerusuhan lainnya banyak warga keturunan cina yang menjadi korban, jawabannya mereka itu mungkin hanya baru menjadi WNI di atas kertas saja.

    Melalui kolom komentar ini,, saya ingin mengajak segenap warga negara keturunan apa saja. Marilah kita bisa benar-benar menjadi anak bangsa yang baik dan tulus, tanpa membedakan apalagi dengan sengaja menonjolkan perbedaan secara etnis dihadapan warga lain.
    Tidak merasa menjadi warga nomor satu atau nomor dua… semua kita sama. Yang bisa menghargai dan menjunjung tinggi bangsa ini pastilah akan dilindungi oleh ruh bangsa ini, tapi jika tidak pastilah akan dimintai bayaran mahal.. cepat atau lambat itu pasti..

    terimakasi

  6. Bersabarlah saudaraku kaum minoritas di bangsa ini… setiap kekejaman mereka akan dibayar mereka di dalam api yg menyala selamanya

  7. Menarik baca artikel dan komen komen yg ad disini,banyak tau sejarah dlu…Saya tionghua dan teman saya jg beraneka ragam suku dan agama,saya tak pernah berteman hanya kepada yg sesuku dgn saya,bagi saya smua sama,mau islam,buddha,katolik,kristen,hindu,konghu cu dll…jika saya tak menyukai seseoranh karna kelakuan nya atau salah nya saya tak pernah menyalahkan suku atau agama nya tp slahkan orang nya,,saya kadang sedih bercampur geram kenapa ad yg selalu membedakan kami suku tionghua,kan gk smua orang tionghua itu jahat atau apapun bgt jg mreka yg berbeda dr kami apkah kalian smua baik,,silahkan benci orang nya salahkan orang nya tp tolong jgn bawa” suku nya atau agama nya

    1. mungkin anda harus belajar 20 thn lagi…sehingga anda baru tahu komentar anda salah…mudah2an anda bisa cepat sadar secepatnya,,jadi anda gak perlu hidup terhina

  8. makannya kurangin sifat arogansi kalian, gimana warga pribumi mau respect terhadap kalian kalau kalian selalu bertindak arogansi terhadap warga pribumi.

    1. Saran saya bagi yg masi waras, CARILAH PASANGAN YG SEBUDAYA, baik itu cew pa cow, penyesalan selalu dtg terlambat, kl ada komentar mengatakan kurang berbaur krn gk ada pernikahan campuran ITU PENIPUAN KARENA NAFSU, jgn tertipu, apa alasannya mst kawin campuran br gk ada kerusuhan?, Jd kl gk brt kerusuhan itu pantas terjadi?, itu namanya bajingan, knp urs gt?, Emg kawin sesama ras gk bisa rukun bertoleransi?, Itu nmnya munafik, kl bertmn saya gk milih2 ras, utk mslh jodoh hidup saya ttp memilih yg sebudaya, ini saran saya, hrs jauh melihat kedpn konsekuensi resiko yg hrs dihadapi, bkn krn cinta semata, semoga bermanfaat.

      1. Setuju sekali…mereka itu kaum Hewan/Binatang campuran dari arab dan tidak cocok dgn kaum kita yg berkelas tinggi

        1. tidak cina yg datang keindonesia itu kebanyakan pengungsi dan perantau, baca sejarah.
          menikah dll hak pribadi lo, berbaur it artinya bersosialisasi jangan katrok dan mengucilkan diri sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?