Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan

Mei Lan, atau lebih dikenal dengan nama panggung 梅兰芳, Mei Lanfang (22 Oktober 1894 – 8 Agustus 1961) adalah seorang maestro opera Peking yang memiliki jiwa patriotik luar biasa. Dalam dunia opera Tiongkok, walaupun ia adalah seorang pria, ia dikenal selalu memainkan peran utama wanita (dan) dalam pentasnya.

Karakter lain yang sering dimainkannya adalah qingyi (gadis berbusana panjang) dan wanita muda serta tua terhormat. Di Tiongkok sendiri, ia dikenal sebagai salah satu dari “Empat Pemain Dan Terkenalbersama Xun Huisheng, Cheng Yanqiu, dan Shang Xiaoyun.

Mei Lanfang

Karena perannya yang sangat baik sebagai wanita lemah lembut dan hampir tidak bisa dikenali lagi di panggung, di masanya hingga muncul perkataan seperti “carilah istri seperti Mei Lanfang dan lahirkanlah anak seperti Zhou Xinfang”.

Dalam opera Peking sendiri, kebanyakan karakter wanita diperankan oleh aktor pria, sementara karakter pria diperankan oleh wanita.

Mei Lanfang sendiri lahir dari sebuah keluarga pemain opera Peking. Kakek buyutnya adalah Mei Qiaoling, seorang pemain karakter dan terkenal di opera Peking semasa akhir dinasti Qing. Ayahnya Mei Zhufen juga pemain dan, ibunya putri pemain sheng (karakter pria) pesilat, Yang Longshou. Pamannya, Mei Yutian adalah pemusik dari opera Beijing.

Di masa kecilnya, ia justru tidak menampakkan bakat apapun terkait akting ataupun pertunjukan. Namun saat ia berusia sembilan tahun, ia berguru pada pemain dan terkenal saat itu, Wu Lingxian. Di bawah didikan Wu, ia mulai belajar dasar-dasar pertunjukan opera, sehingga ia mulai tampil di panggung saat usianya 11 tahun di Teater Guanghe pada 1905.

Karena semakin tekun berlatih dan belajar seni pertunjukan, Mei perlahan menjadi pemain pemain dan yang hebat. Pada tahun 1913, penampilannya di Shanghai sangat sukses.

Ia sangat mahir memainkan banyak karakter wanita yang membuatnya terkenal sehingga saat itu ada perkataan “carilah istri seperti Mei Lanfang dan lahirkanlah anak seperti Zhou Xinfang“.

Sepanjang karirnya, ia terus mengembangkan teknik baru dan bermain dalam pertunjukan modern, salah satunya adalah “Gelombang Dosa” pada tahun 1914. Ia menggali dan menciptakan inovasi penting dalam nyanyian, syair, akting, tarian, tata rias, kostum, naskah, karya musik, dana teknik pencahayaan dalam opera.

Mei Lanfang sangat terkenal karena kehebatannya dalam memerankan banyak karakter wanita, sehingga ia sulit dikenali sebagai pria di panggung

Setelah insiden Mukden pada 18 September 1931, Mei bermain dalam pertunjukan “Perlawanan Terhadap Tentara Jin” dan “Kebencian dalam Hidup dan Kematian” sebagai bentuk patriotisme.

Tidak hanya sikap patriotismenya, ia juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Pada tahun 1924, Mei mendengar kabar tentang gempa bumi yang melanda Jepang dan mengakibatkan banyak kerusakan dan korban. Ia berangkat ke sana,  ia tidak hanya tampil tapi juga berdonasi untuk para korban gempa di sana.

Penampilannya sebagai wanita mendapatkan perhatian internasional, dan gayanya yang lembut dan teratur dengan sempurna dikenal di kalangan pemain opera sebagai “Sekolah Mei”.

Dia juga memainkan peran penting dalam melanjutkan tradisi panggung opera Kunqu, khususnya perannya sebagai Du Liniang (karakter dari cerita Paviliun Peony (杜丽娘; The Peony Pavilion) dan Bai Suzhen (白素贞; Legenda Ular Putih).

Ia juga pernah memerankan kekasih Xiang Yu, selir Yu dengan sangat menyentuh sehingga dihormati sebagai seniman vokal terbaik di Tiongkok. Pada 1935, ia berkeliling Eropa dan tampil di Berlin dan Moskow.

Ketika perang Sino-Jepang meletus pada 1937, tentara Jepang mencoba menggunakan popularitas Mei untuk memenangkan hati rakyat Tiongkok, tapi ditolak oleh Mei. Mereka menawarinya posisi tinggi dalam kekuasaan imperialis mereka agar ia mau tampil untuk mereka, tapi ia menolaknya.

Pada tahun 1938, ia pergi ke Hong Kong dan bermain dalam pertunjukan seperti “Giok Merah Jenderal Wanita”. Namun pada 1941, Jepang menjajah Hong Kong dan ia memelihara kumis sebagai bentuk perlawanan. Akhirnya saat ia kembali ke Shanghai, ia harus menjual koleksi lukisan dan harta bendanya agar bisa bertahan hidup.

Banyak yang menawarinya untuk tampil di panggung lagi, tapi ia menolaknya hingga tahun 1945, Jepang menyerah dan ia pun baru mencukur kumisnya untuk kembali tampil. Tahun 1948, ia bermain dalam film opera pertama yang berwarna, berjudul “Kebencian dalam Hidup dan Mati”.

Patung dada Mei Lanfang di Mei Lanfang Memorial Museum Beijing

Mei Lanfang adalah seniman pertama yang memperkenalkan Opera Peking ke dunia internasional, bertukar budaya dengan Jepang, Amerika Serikat dan negara lainnya.

Ia berkeliling dunia dan bersahabat dengan banyak seniman panggung, salah satunya Charlie Chaplin. Ia menjadi mentor aktris opera Li Yuru di awal karir sang aktris.

Setelah tahun 1949, ia menjabat sebagai direktur China Beijing Opera Theater, Chinese Opera Research Institute dan wakil ketua China Federation of Literary and Art Circles. Selain autobiografinya berjudul “40 Tahun Kehidupan di Atas Panggung”, beberapa artikel dan esainya diterbitkan dalam The Collected Works of Mei Lanfang.

Rekaman dari penampilannya dipublikasikan dalam A Selection of Beijing Operas Performed by Mei Lanfang.

Pada tahun 2000, kisah hidupnya dibuat dalam sebuah film dokumenter berjudul The Worlds of Mei Lanfang. Lalu film biografinya dibuat secara khusus pada tahun 2008 oleh sutradara ternama Tiongkok Chen Kaige dengan judul Forever Enthralled, dengan tokoh Mei Lanfang sendiri diperankan oleh aktor Hongkong Leon Lai, dan Yu Shaoqun sebagai Mei Lanfang di usia mudanya.

Mei Lanfang diperankan aktor Hongkong Leon Lai dalam film biografinya Forever Enthralled di tahun 2008

Mei Lanfang menikah dua kali. Pada tahun 1910 ia menikah dengan istri pertamanya, Wang Minghua dan memiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Pada tahun 1921, ia menikah lagi dengan aktris sesama pemain opera bernama Fu Zhifang, dan memiliki sembilan anak.

Putra bungsunya bersama Fu Zhifang, Mei Baojiu (Hanzi : 梅葆玖; pinyin : Méi Bǎojiǔ, 29 Maret 1934 – 25 April 2016) juga menyusul ayahnya menjadi pemain opera terkenal dan sering kali pentas bersama salah satu kakak perempuannya, Mei Baoyue.

Mei Baojiu juga menjadi pemain karakter dan berbakat seperti ayahnya di usia dewasa, dan menjadi satu-satunya anak Mei Lanfang yang mengikuti jejak ayahnya menjadi artis opera Peking.

Mei Lanfang sendiri beberapa kali berkolaborasi dalam satu panggung bersama putranya Mei Baojiu, salah satunya dalam cerita Legenda Ular Putih dimana Mei Lanfang memerankan lagi karakter Bai Suzhen dan putranya memerankan siluman ular hijau Xiao Qing.

Mei Lanfang wafat pada 8 Agustus 1961 di usianya yang ke-66.

Referensi :

Origins of Chinese Opera. Asal Mula Opera China. Fu Chunjiang. Elex Media Komputindo, 2011.
Mei Lanfang
Mei Baojiu

By Amimah Halawati

Seorang mahasiswa pasca perguruan tinggi teknik Negeri di kota Bandung. Mojang Priangan berdarah Sunda namun memiliki minat besar dengan bahasa dan budaya Tionghoa. Pecinta buku dan senang menulis, khususnya fiksi fantasi yang bertema mitologi dan kebudayaan Tionghoa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?