Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan Manado
Ada banyak kisah mengenai asal usul Festival Musim Gugur di Tiongkok. Demikian pula halnya dengan sejarah di bawah ini. Beberapa legenda dikisahkan dengan lebih berimajinasi.
Sejarah dan Perkembangan Festival Musim Gugur
Istilah “Pertengahan Musim Gugur” pertama kali muncul dalam buku Ritus Zhou (周礼), yang ditulis pada masa Perang Antar Negara / Warring States Period (475–221 Sebelum Masehi). Tetapi istilah tersebut hanya berkaitan dengan waktu dan musim; belum ada perayaan festival pada saat itu.
Pada masa Dinasti Tang (618–907 Sesudah Masehi) pemujaan kepada bulan sangat populer. Banyak pujangga senang merangkai bait puisi yang berkaitan dengan bulan sebagai kekaguman.
Ada legenda yang menceritakan tentang Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang yang dalam mimpinya mengunjungi Istana Bulan dan mendengar lantunan lagu yang merdu.
Pada masa Dinasti Song Utara (960–1127 Sesudah Masehi), tanggal ke-15 bulan ke-8 penanggalan lunar ditetapkan sebagai “Festival Musim Gugur”. Sejak saat itulah, memberikan persembahan kepada bulan merupakan hal yang sangat lazim, dan menjadi sebuah tradisi.
Selama masa Dinasti Ming (1368–1644 Sesudah Masehi) dan Dinasti Qing (1644–1912 Sesudah Masehi), Festival Musim Gugur menjadi sama populernya seperti Tahun Baru Imlek. Rakyat mengembangkan berbagai macam kegiatan lain untuk merayakannya, seperti menyalakan api pagoda dan mengadakan pertunjukan tari barong naga api.
Pemujaan terhadap bulan mensyaratkan penempatan sebuah meja besar di tengah halaman di bawah cahaya rembulan, kemudian mempersembahkan berupa buah-buahan dan makanan ringan di atas meja tersebut.
Kini, banyak kegiatan tradisi yang sudah punah, berganti dengan tren modern yang serba baru. Sebagian besar pekerja dan pelajar lebih melihatnya sebagai hari libur nasional, pelarian dari beban pekerjaan dan pelajaran.
Masyarakat melakukan perjalanan wisata bersama dengan keluarga dan sahabat, atau menonton acara malam perayaan Festival Musim Gugur di televisi.
3 Kisah Asal Usul – Persembahan kepada Bulan, Pesta Malam Hari, dan Makan Kue Bulan
Orang zaman dulu membagi Hari Zhong Qiu menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Tanggal 14 bulan 8 : disebut Ying Yue Hui (迎月會) maknanya Pesta menyambut kedatangan bulan purnama.
2. Tanggal 15 bulan 8 : disebut Shang Yue Hui (賞月會) maknanya Pesta menikmati pemandangan bulan purnama.
3. Tanggal 16 bulan 8 : disebut Zui Yue Hui (追月會) maknanya Pesta mengejar bulan purnama.
1. Persembahan kepada Bulan – Asal Usul Penyembahan Kuno Pertama
Para kaisar Tiongkok kuno memuja bulan purnama pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan lunar, karena mereka menyakini ritual ini akan mendatangkan hasil panen yang berlimpah ruah di tahun-tahun mendatang.
Tradisi memberikan persembahan kepada bulan bermula dari pemujaan kepada dewi bulan. Tercatat bahwa para kaisar mulai memberikan persembahan kepada bulan pada musim gugur selama Dinasti Zhou Barat (1045–770 Sebelum Masehi).
Persembahan dapat berupa buah apel, plum, anggur sambil membakar dupa, tetapi yang terutama adalah kue bulan dan semangka (jeruk Bali di wilayah selatan). Kulit buah semangka atau jeruk Bali kadang diiris dan dikupas sedemikian rupa hingga menyerupai bentuk bunga teratai pada saat dipersembahkan.
2. Apresiasi terhadap Bulan – Pesta Bulan Purnama Diadakan di Malam Hari
Penghormatan terhadap bulan telah menjadi tradisi turun menurun sejak Dinasti Tang. Tidak hanya oleh saudagar, pedagang dan pejabat pemerintah yang kaya raya, tetapi juga oleh rakyat jelata biasa, bersama-sama mengapresiasi bulan selama periode itu.
Para saudagar, pedagang dan pejabat kaya mengadakan pesta besar dalam istana. Mereka minum-minum sambil mengagumi cahaya bulan yang terang. Musik dan tarian juga harus ada. Sementara rakyat jelata memanjatkan doa akan hasil panen yang baik.
3. Makan Kue Bulan di Pertengahan Musim Gugur – Telah Dimulai Sejak 650 Tahun yang Lalu
Tradisi makan kue bulan selama perayaan ini sudah dimulai sejak Dinasti Yuan (1271–1368), sebuah dinasti yang berada di bawah pemerintahan Raja Mongolia.
Di akhir masa Dinasti Yuan, bangsa Han ingin mengadakan perlawanan menggulingkan pemerintahan bangsa Mongolia, sehingga disusunlah rencana untuk mengadakan pemberontakan.
Tetapi mereka tidak memiliki cara untuk menyebarkan rencana ini kepada bangsa Han lainnya yang ingin bergabung dengan aksi pemberontakan, tanpa diketahui oleh bangsa Mongolia.
Penasehat militer dari tentara perlawanan bangsa Han, Liu Bowen, mendapatkan siasat jitu, yaitu dengan menggunakan kue bulan.
Liu Bowen memerintahkan para prajuritnya untuk menulis pesan “pemberontakan di malam Festival Pertengahan Musim Gugur” pada secarik kertas kecil, dan menyisipkannya ke dalam kue bulan, kemudian menjualnya kepada bangsa Han yang lain.
Ketika malam Festival Musim Gugur tiba, pecahlah pemberontakan besar-besaran dan bangsa Han berhasil memenangkan aksi pemberontakan tersebut. Sejak saat itulah, pada setiap Festival Musim Gugur orang makan kue bulan untuk memperingati aksi pemberontakan tersebut (walaupun kini sudah sedikit dikenang).