Last Updated on 24 August 2020 by Herman Tan

Perusahaan Bio Farma sudah dipastikan akan menerima bulk atau konsentrat (bahan) vaksin Covid-19 ready to fill (RTF) sebanyak 50 juta dosis, mulai November 2020 sampai dengan Maret 2021 dari perusahaan farmasi Tiongkok, Sinovac.

Adapun pengiriman bulk dari perusahaan farmasi asal Tiongkok tersebut akan dibagi dalam skema pengiriman 10 juta dosis setiap bulannya.

Pada November 2020 nanti, Bio Farma akan mendapatkan 10 juta dosis pertamanya, dilanjutkan pada Desember 2020 dengan jumlah yang sama, lalu seterusnya hingga Maret 2021 nanti, dengan total mencapai 50 juta dosis.

Jumlah 50 juta dosis bulk vaksin tersebut sesuai dengan kesepakatan Prelimenary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Production of Covid-19 Vaccine, yang ditandatangani oleh perusahaan Bio Farma dengan Sinovac pada Kamis, 20 Agustus kemarin di pulau Hainan, Tiongkok.

Dalam pertemuan itu, selain kesepakatan soal 50 juta dosis bulk vaksin hingga Maret 2021, pihak Bio Farma dan Indonesia yang diwakili oleh Menlu Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir juga akan mendapatkan jaminan prioritas dalam suplai pasokan bulk vaksin hingga akhir 2021.

“Ini adalah kerja sama yang cukup panjang antara Bio Farma dan Sinovac,” kata Retno.

Menlu Retno Marsudi, Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Bio Farma Honesti Basyir, dan R&D Director Sinovac Gao Qiang, dalam penandatanganan nota kesepahaman terkait kerja sama vaksin Covid-19 di Sanya, Hainan, Tiongkok, Kamis, 20 Agustus 2020 (foto: tempo.co)

Baca juga : Harga CoronaVac, Vaksin Covid-19 Buatan Tiongkok yang Diuji Indonesia

Sementara itu, Dirut Bio Farma Honesti Basyir menyebut bulk vaksin ready to fill yang akan diterima dari Sinovac pada November 2020 mendatang tidak akan langsung diproduksi.

Sebanyak 10 juta dosis bulk vaksin Corona yang akan tiba pada November 2020 nantinya akan dilakukan serangkaian pengujian terlebih dahulu di laboratorium Bio Farma, serta proses registrasi di Badan BPOM, sampai pada akhirnya vaksin siap untuk diproduksi.

Ketika semua proses sudah dilewati, barulah Bio Farma akan melanjutkan ke tahap produksi, berupa proses pengisian dan pengemasan (filling and packaging) untuk menjadi produk akhir (finished product).

Sehingga di dalamnya terdapat komponen Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), dan transfer teknologi dalam bidang fill/finish bulk“.

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa dalam perjanjian bersama Sinovac, Bio Farma tidak hanya sekedar mengolah dan mendistribusikan saja, tetapi juga ada unsur transfer teknologi.

“Dalam kunjungan ini kita ingin memastikan transformasi dari industri kesehatan kita, di mana kerjasama antara pihak Bio Farma dengan Sinovac adalah sebuah kerja sama yang win-win (sama2 untung). Bahwa Bio Farma bukan tukang jahit, dan bahwa Sinovac telah menyepakati dalam hal transfer knowledge dan transfer teknologi, ini yang perlu digaris bawahi,” ujar Erick.

Erick juga menambahkan, bahwa prinsip ini juga dipegang saat menjajaki kerjasama dengan perusahaan farmasi Tiongkok yang lain, seperti dari Sinopharm dan CanSino. Menurutnya, Indonesia tidak hanya sekadar jadi pembeli.

Apalagi vaksin yang 100% made in Indonesia, Merah Putih, masih akan terus dikembangkan hingga diluncurkan pada pertengahan tahun 2021 atau 2022 nanti, dengan tujuan kemandirian vaksin nasional.

Bio Farma sendiri sebelumnya diketahui telah mempersiapkan fasilitas produksi vaksin Covid-19, dengan kapasitas produksi hingga 100 juta dosis pada Agustus 2020. Lalu pada akhir Desember 2020 nanti, direncanakan akan ada penambahan kapasitas produksi hingga 150 juta dosis.

Sumber berita : CNNIndonesia.com, Tempo.co

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?