Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan Manado
Robert Budi Hartono (黄惠忠; Huáng Huizhong) atau Oei Hwie Tjhong (Hokkian), adalah seorang triliuner terkaya Indonesia keturunan Tionghoa, dengan total kekayaan bersih pada tahun 2018 sekitar US $ 12,6 miliar (sekitar 176 triliun rupiah dengan kurs 14 ribu).
Apabila digabungkan dengan kakaknya, maka total aset kekayaan mereka mencapai US $ 32,3 miliar (per 2017, sekitar 450 triliun)! Beliau memiliki bisnis utama pabrik rokok/tembakau bermerek DJARUM yang dipegang secara pribadi, sehingga menjadikannya sebagai pembuat rokok kretek terbesar ke-3 di dunia!
Biografi Budi Hartono
Nama Lengkap : Robert Budi Hartono (Oei Hwie Tjhong; ejaan Hokkian)
Nama Mandarin : 黃惠忠 (Huang Huizhong)
Nama Lain : Oei Hwie Tjhong
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 28 April 1940
Pasangan : Widowati Hartono
Anak : Victor Hartono, Martin Hartono, Armand Hartono
Saudara kandung : Michael Bambang Hartono (kakak)
DJARUM kabarnya baru-baru ini mengambil saham dari perusahaan rokok nomor 2 dunia, Sampoerna. Budi Hartono juga memiliki saham bersama dengan kakaknya, Michael Bambang Hartono (黄惠祥; Pinyin : Huang Huixiang; Hokkian : Oei Hwie Siang) di salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank Central Asia (BCA).
Sebelumnya BCA dikendalikan oleh miliarder Liem Sioe Liong (Sudono Salim dari Salim Group). Melalui Farindo Holding Ltd, kakak beradik ini menguasai 51% saham mayoritas di bank swasta terbesar di Indonesia tersebut.
Selain itu, mereka juga memiliki aset perkebunan sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti lainnya, seperti pemilik mall Grand Indonesia pada tahun 2007.
A. Latar Belakang Perusahaan Keluarga Budi Hartono, DJARUM
Robert Budi Hartono merupakan anak ke-2 dari pendiri perusahaan DJARUM, Oei Wie Guan (黄维源; Huang Weiyuan). Ia merupakan Tionghoa yang berasal dari Fujian, Tiongkok. Memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, beliau lahir di kota Semarang, 28 April 1940.
Robert Budi Hartono dikenal sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia. Ayah Robert adalah pendiri usaha DJARUM, yang dulunya bernama Djarum Gramophon. Perusahaan rokok ini berdiri pada 21 April 1951 di Jalan Bitingan, Kudus, dan awalnya beroperasi hanya dengan 10 karyawan (saat ini jumlah karyawan Djarum lebih dari 75 ribu orang).
Di bawah merek PT Djarum, bahan-bahan tembakau & cengkeh pilihan dicampur dan di linting dalam bentuk batangan rokok. Perusahaan ini kemudian berkembang menjadi perusahaan Djarum kretek terbesar di dunia, dan memiliki anak perusahaan rokok lain, Gudang Garam.
B. Kehidupan Awal dan Perjalanan karir Budi Hartono
Pada tahun 1951, Ayah Robert Budi Hartono, Oei Wie Guan (黄维源; Huang Weiyuan) membeli perusahaan rokok kretek peninggalan Belanda, NV Murup, yang berlokasi di Kudus, Jawa Tengah, dimana saat itu hampir bangkrut.
Perusahaan rokok tersebut awalnya bernama Djarum Gramofon, yang kemudian diubah/disingkat namanya menjadi Djarum.
Beliau membeli perusahaan rokok, karena usaha pabrik pembuatan kembang apinya (merek Leo) di Rembang, Jateng, dilarang oleh pemerintah karena dianggap berbahaya (mengandung bahan2 peledak yang bisa digunakan sebagai senjata) dan ditutup.
Padahal, pabrik tersebut telah beroperasi cukup lama, bahkan sejak sebelum Perang Dunia 2.
Awalnya, produk dari perusahaan Djarum adalah rokok kretek yang di linting dengan tangan, dan rokok kretek yang di linting dengan mesin. Kala itu, ke 2 jenis rokok itu mulai populer di masyarakat, sehingga diproduksi dalam skala besar.
Rokok kretek lintingan tangan terus dilakukan oleh Djarum dengan menggunakan metode kuno yang dikerjakan secara manual oleh buruh terampil, sementara rokok kretek lintingan mesin baru diperkenalkan pada awal tahun 1970, dimana rokok diproduksi secara otomatis dengan menggunakan mesin.
Namun ditangan ayahnya, perusahaan rokok Djarum tersebut tidak berkembang baik, dan pabriknya pernah ludes terbakar di tahun 1963, dimana saat itu hampir meruntuhkan perusahaan.
Tak berselang lama usai peristiwa kebakaran hebat di pabriknya, diduga karena stress berat dan penyakit tuanya kambuh, Oei Wie Guan, Ayah Budi Hartono pun meninggal dunia di tahun tersebut.
Sepeninggal ayahnya, Budi Hartono dan kakaknya (Michael Bambang Hartono) pun mewarisi perusahaan Djarum. Perusahaan Djarum kembali bangkit dengan memodernisasikan peralatan2 mesin pabriknya. Bahkan di pertengahan tahun 1970-an, Djarum secara resmi mendirikan Research & Development Center untuk mengembangkan lini produk rokoknya.
Di tengah derasnya laju permintaan pasar domestik untuk rokok kretek, Djarum juga mulai mengekspor produknya ke luar negeri, yakni ke Negara China, Jepang, Korea, Belanda, hingga ke Amerika Serikat.
Kemudian Djarum mulai memasarkan produk barunya yang bernama “Djarum Filter”, dimana kala itu diproduksi dengan menggunakan mesin modern dan diikuti dengan merek “Djarum Super” yang sukses meledak di pasar Internasional, usai di luncurkan pada tahun 1981.
Setelah itu, produk “Djarum Special” mengekor di pasar pada tahun 1983. Atas kegigihan dan kerja keras kakak beradik ini, perusahaan Djarum berkembang menjadi sebuah perusahaan rokok skala besar.
Di Indonesia, produksi tahunan rokok Djarum mencapai 48 miliar batang, atau menyumbang sekitar 20% dari total produksi rokok Nasional.
Awalnya merek2 rokok lokal DJARUM cs begitu populer di Negeri Paman Sam. Namun pada pertengahan tahun 2009 peredarannya mulai dibatasi, dan digantikan merek Dos Hermanos, yaitu sebuah cerutu premium dengan campuran tembakau asal Brazil dan Indonesia.
Saat ini merek tersebut telah menjadi brand premium kelas dunia, jauh melebihi penjualan rokok Gudang Garam & Sampoerna di luar negeri.
Selain rokok, perusahaan ini juga mengembangkan bisnisnya, dengan berinvestasi di dunia perbankan, elektronik, properti, multimedia dan agrobisnis.
C. Menjadi Orang Terkaya Versi Forbes dan Bisnis-Bisnis Lainnya
Pada 23 November 2011, majalah bisnis Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, dimana Robert Budi Hartono dan Michael Hartono menduduki peringkat pertama dengan total kekayaan 14 miliar dollar AS.
1. Dalam bidang agrobisnis, Robert dan kakaknya memiliki bisnis perkebunan dan Hutan Tanaman Industri (HTI), dimana perkebunan sawit mereka terletak di provinsi Kalimantan Barat, yang luasnya mencapai 65.000 hektar, yang menjalankan kegiatan usahanya dibawah naungan Hartono Plantations Indonesia, yaitu juga bagian dari salah satu Group Djarum.
2. Sedangkan di bidang properti, banyak proyek yang dijalankan di bawah kendali bos Group Djarum ini, seperti mega proyek pembangunan Grand Indonesia, yang mulai dibangun pada tahun 2004 hingga 2008.
Proyek tersebut mencangkup hotel, apartement, pusat perbelanjaan/mall, dan gedung perkantoran setinggi tinggi 57 lantai, dengan total nilai investasi sebesar 1,3 triliun rupiah.
Salah satu gedung pencakar langit di kompleks mega proyek Grand Indonesia diberi nama Menara BCA, karena Bank ini menjadi penyewa utama mulai tahun 2007 hingga tahun 2035.
3. Sementara disektor perbankan, pasangan kakak beradik ini menjadi pemegang saham utama di Bank Central Asia (BCA), dimana mereka menguasai 51% saham mayoritas, yang merupakan salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Saat ini, nilai asset Bank Central Asia (BCA) diperkirakan mencapai 380 triliun rupiah.
Sebagai info, bank ini berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV, dimana sebelumnya dikendalikan oleh miliarder Liem Sioe Liong (Salim Group).
Bank ini merupakan salah satu bank swasta yang bertahan dari krisis moneter yang menerjang Indonesia tahun 1997 silam; dimana kala itu puluhan bank swasta terpaksa di merger, sementara bank2 lainnya ditutup permanen.
Krismon tahun 1997 juga secara tidak langsung mengakhiri era booming bisnis perbankan di Indonesia, yang saat itu menjamur karena kemudahan dalam persyaratan dan izin, sehingga memungkinkan pengusaha2 bermodal dengkul pun bisa mendirikan bank abal-abal.
4. Selain itu, beliau juga mendirikan perusahaan elektronik, diantaranya perusahaan Polytron yang sudah beroperasi selama lebih dari 45 tahun.
Sebelumnya, Polytron yang berdiri di tahun 1975 ini hanya memproduksi peralatan2 elektronik umum, laiknya AC, TV, Kulkas, Audio dan dispenser. Namun belakangan Polytron juga mulai merambah ke bisnis yang lagi naik daun, Ponsel.
5. Dan di sektor multimedia, dengan perusahaan yang baru dibuatnya yakni Ventures Global digital Niaga, beliau meluncurkan situs penjualan onlinenya, Blibli.com.
Grup Djarum menganggarkan lebih dari 1 juta dollar AS per tahun untuk mengembangkan situs bisnis e-commerce ini. Beliau bahkan membeli situs Kaskus yang merupakan situs forum komunitas diskusi terbesar di Indonesia, yang didalamnya juga terdapat banyak aktivitas jual beli.
E. Kehidupan Pribadi Budi Hartono, dan Mendirikan PB Djarum
Robert Budi Hartono menikah dengan Widowati Hartono, yang akrab disebut Giok Hartono. Robert dikaruniai tiga orang putra yang bernama Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono. Ketika anaknya saat ini telah menjadi penerus beliau di perusahaan keluarga Djarum.
Robert sangat menyukai olahraga, dimana olahraga yang ia sukai adalah bulutangkis. Mulanya bulutangkis ini hanya sekedar hobi saja. Namun Robert sendiri mendirikan Perkumpulan Bulutangkis PB Djarum di tahun 1969, dan diresmikan tahun 1974.
Lapangan bulutangkis yang ditekuni ini awalnya berasal dari tempat dimana kretek itu di linting, dimana setiap sore hari, barak tempat karyawan melinting rokok disulap menjadi lapangan bulutangkis.
Awalnya perkumpulan klub badminton ini didirikan hanya sebagai kegiatan penyaluran hobi bagi para karyawan pabrik rokok Djarum di Kudus.
Namun di tahun 1970-an, karena kualitas lapangan dan sarana pendukungnya sangat baik, sehingga menarik minat pemain2 profesional di luar pabrik. Ini adalah awal dari pembinaan Djarum dalam menyumbang pemain nasional dimulai.
Kemudian, disana Budi Hartono menemukan seorang anak muda berbakat, yang bernama Liem Swie King (林水鏡; Lin Shuijing). Dalam waktu singkat, anak muda tersebut dapat mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Liem Swie King kemudian dijuluki sebagai Raja Smash atau “King Smash”.
Dimata beliau, anak muda tersebut memiliki semangat juang yang tinggi, kemauan yang kuat, mental yang hebat, serta fisik yang prima. Berawal dari situlah timbul keinginan Budi Hartono untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas bulutangkis Kudus, menjadi sebuah organisasi yang kelak dinamakan PB Djarum.
PB Djarum juga pernah meraih masa-masa gemilangnya, ketika Indonesia merebut Piala Thomas pada tahun 1984 di Kuala Lumpur, Malaysia. Waktu itu, dari 8 anggota tim Thomas, 7 di antaranya berasal dari PB Djarum; yaitu Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo.
Selain itu, banyak juga nama-nama pemain terkenal alumni PB Djarum di era tahun 70 hingga 90-an, seperti Alan Budikusuma.Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, Christian Hadinata, Eddy Hartono, Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi, Ivana Lie, Minarti Timur, dsb, yang sebagian besar merupakan warga keturunan Tionghoa Indonesia.
Sebagai catatan, prestasi etnis Tionghoa di dunia bulutangkis Indonesia juga memang lebih signifikan dibanding atlet2 lokal.
“Atlet harus berusaha keras. Jika tak ada usaha, maka tak ada pula gelar juara yang datang dengan mudah” (CEO PT. Djarum, Budi Hartono).
Selain itu, masih ada juga organisasi Djarum Foundation yang bergerak di bidang sosial, sebagai bentuk bakti pada Negeri.
Meski Robert Budi Hartono memiliki kekayaan dan kesuksesan, namun beliau selalu berusaha untuk menghindari sorotan publik. Dalam kehidupannya sehari-hari, Robert menunjukkan dirinya sebagai orang yang berintegritas, tanpa harus memamerkan kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya.
Orang yang baru mengenal Robert secara pribadi mungkin akan terkejut ketika tahu betapa umum karakternya.
Robert memiliki tutur kata yang baik dan halus, nada bicaranya selalu rendah dan santai, sehingga membuat setiap orang yang baru mengenal sosok Robert akan terkejut dengan pembawaan sikap yang biasa saja dari seorang Robert, yang sebenarnya merupakan orang terkaya di Indonesia ini.
Meuni gabisa di copy paste buat tugas kuliah nih