Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan Manado

Liem Swie King (林水鏡) merupakan legenda bulutangkis Indonesia. Pemain keturunan Tionghoa yang enggan meng-Indonesiakan namanya ini terkenal dengan pukulan jumping smash dalam aksinya ketika bermain bulu tangkis, sehingga beliau sering dijuluki king smash. Liem Swie King lahir di Kudus, Jawa tengah pada tanggal 28 Februari 1956.

Biografi Liem Swie King

Nama Lengkap : Liem Swie King (hanzi: 林水鏡; pinyin: Lin Shuijing)
Tempat, Tanggal, Lahir : Kudus, 28 Februari 1956
Pasangan : Lucia Sumiati Alamsyah (m.1982)

Pekerjaan : Pemain bulutangkis
Tinggi/tangan : 168 cm/kanan
Tahun Aktif : 1972-1988

A. Liem Swie King, Raja Smash Indonesia

Foto Liem Swee King bersama Rudi Hartono

Awalnya Liem Swie King menjadi buah bibir masyarakat ketika dia mampu menang melawan Rudi Hartono (梁海量; Liang Hailiang; Hokkian : Nio Hap Liang) di Final All England pada tahun 1976.

Ketika itu usianya masih 20 tahun. Mulai saat itu, Liem Swie King menjadi pewaris kejayaan sang legendaris Rudi Hartono di ajang All England, yang memenangkan turnamen badminton tertua itu 7x berturut-turut, mulai 1968 s/d 1974, plus 1 lagi di tahun 1976 (peraih gelar terbanyak All England, 8x).

Selama Liem Swie King ikut kejuaraan bergengsi All England, Ia memperoleh 3x gelar juara dan 4x menjadi finalis. Liem Swie King juga pernah menyumbangkan 1 medali emas di Asian Games tahun 1978 di Bangkok, serta 6x ikut memperkuat tim Piala Thomas Indonesia, dimana 3x nya berhasil menjadi juara.

Konon menurut informasi dari family nya, Liem Swie King sebenarnya memiliki garis keturunan marga asli Oei (黃; Huang) dari kakeknya, bukan marga Liem (林; Lin). Pergantian marga seperti ini sudah biasa terjadi ketika jaman pemerintahan kolonial Belanda.

Pada masa tersebut, seorang anak yang berada wilayah Hindia Belanda harus didampingi oleh orang tua. apabila anak tersebut tidak didampingi oleh orang tua aslinya, maka sang anak wajib dititipkan kepada orang tua yang lain yang bisa berbeda marga.

B. Awal Karir dan Perjalanan Hidup Sang Legenda

Momen ketika Liem Swee King bertanding di ajang All England

Liem Swie King bermain bulu tangkis sejak usia 10 tahun. Beliau pernah berkata awalnya bermain bulu tangkis hanya sekedar hobi, karena di keluarganya banyak yang bermain bulu tangkis.

Ia sempat ragu saat usianya telah menginjak 18 tahun. Ketika usia-usia kritis itu, dia menjadi ragu, antara mau meneruskan sekolah ke jenjang perkuliahan, atau banting setir ke dunia bulu tangkis.

Karena di jaman itu, untuk menjadi pemain bulutangkis tidak bisa setengah2. Jika Anda baru mulai berlatih serius usai tamat kuliah (22+), artinya Anda telah melewatkan usia emas. Di usia tersebut, tubuh Anda tidak akan selentur masa remaja, dan mungkin tidak lagi bisa diperbaiki.

Saat ini, hal tersebut tampaknya bisa diantisipasi dengan adanya program sekolah atlet seperti PB Djarum, yang dapat mengatur jadwal atlet, antara belajar, berlatih dan berkompetisi.

Kembali ke topik, seiring waktu berjalan, akhirnya beliau memutuskan untuk menekuni hobinya secara penuh di bidang olahraga tepok bulu ini.

Keputusannya tersebut juga mendapat dukungan dari kedua orang tuanya. Liem Swie King dengan serius menekuni pekerjaannya tersebut, hingga Ia berhasil menembus seleksi masuk klub badminton Djarum, yang kebetulan berada di daerahnya, Kudus, dan ketika itu juga baru terbentuk.

Sejak menekuni bidang bulu tangkis, Liem Swie King berhasil meraih berbagai prestasi bergengsi selama 16 tahun berkiprah di dunia olahraga bulu tangkis. Pertama kalinya Liem Swie King mendapat juara ketika ia belum genap berusia 17 tahun, dimana ia meraih juara 1 Junior Se-Jawa Tengah pada tahun 1972.

Setahun setelahnya dia meraih juara 3 di PON Jakarta tahun 1973. Setelahnya, Liem Swie King direkrut dan masuk dalam Pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Di Pelatnas inilah kumpulan pemain badminton terbaik dari seluruh Indonesia dikumpulkan, guna diikutsertakan pada berbagai kejuaraan lokal dan dunia.

Di kejuaraan lokal, dia meraih Juara Kejurnas tahun 1974 dan tahun 1975. Sementara di kejuaraan internasional Liem Swie King meraih runner-up All England di edisi tahun 1976 dan 1977. Ia juga 3x kali menjuarai All England pada tahun 1978, 1979 dan 1981.

Ia juga diikutsertakan pada kejuaraan2 multi event seperti SEAGAMES dan ASIAN GAMES, dimana berhasil menyumbang 1 medali emas di nomor beregu Asian Games di Bangkok tahun 1978. Di nomor beregu Sea Games, dia juga berhasil menyumbang 5 medali emas, masing-masing di tahun 1977, 1979, 1983, 1985 dan 1987.

Selain itu, dia juga pernah 6x ikut memperkuat tim Piala Thomas, dimana dia 3x kali berhasil membantu tim dalam mendapatkan medali emas di tahun 1976, 1979, dan 1984.

Pada Mei 2002, Liem Swie King mendapat sebuah penghargaan Hall Of Fame dari International Badmintoon Federation (IBF) yang sekarang berganti nama menjadi Badminton World Federation (BWF).

Liem Swie King telah puluhan kali mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia, dan merupakan salah satu tokoh badminton tersukses Tionghoa di Indonesia.

C. Masa Pensiun dan Kegiatan Saat Ini

Seperti kebanyakan atlet, usai pensiun Liem Swee King pun menjadi pengusaha

Usai pensiun dari lapangan bulutangkis di tahun 1988, Liem Swie King tidak kunjung mendapatkan pekerjaan atau kegiatan usaha yang bisa menghasilkan untuk menghidupi keluarganya. Satu tahun ia melewatinya sebagai seseorang pengangguran, sebab dia hanya memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang olahraga bulu tangkis saja.

Inilah yang kelak menjadi momok bagi para atlet untuk fokus di bidang olahraga, dimana kurangnya penghargaan dan perhatian dari pemerintah. Kala itu, tidak ada bonus2 besar dari pemerintah dan sponsor, laiknya seperti saat ini.

Bahkan pasangan emas Olimpiade Barcelona 1992 Kwee Ceng dan Huang Rong Alan Budikusuma dan Susi Susanti pun tidak menganjurkan anak-anaknya mengikuti jejak mereka, karena tahu bagaimana sulitnya kehidupan menjadi atlet.

Diketahui bahwa Liem Swie King kemudian ikut mengelola sebuah hotel milik mertuanya yang terletak di jalan Melawai Jakarta Selatan.

Dia juga kemudian membuka usaha Griya Pijat Kesehatan yang terletak di Kompleks Perkantoran Grand Wijaya Centre di Jakarta Selatan, Griya Pijat Kesehatan Sari Mustika di jalan Fatmawati Jakarta Selatan, dan 1 lagi di Kompleks Kelapa Gading Jakarta Utara, dengan jumlah karyawan ±200 orang.

Liem Swie King juga pernah terjun ke dunia perfilman, dengan membintangi sebuah film yang berjudul “Sakura Dalam Pelukan”.

Perjalanan karir Liem Swie king di dunia perfilman berlanjut ketika Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale yang merupakan pemilik rumah produksi Alenia, membuat film bertemakan bulu tangkis dan menjadikan kehebatan Liem Swie King di dunia bulu tangkis sebagai inspirasi dan dorongan kepada generasi muda untuk berprestasi di bidang olahraga.

Film yang dibuat pada tahun 2009 dengan judul “King” ini menceritakan tentang seorang ayah yang kagum pada kesuksesan Liem Swie King, yang kemudian memotivasi puteranya untuk bisa meraih juara seperti Liem Swie King. Film tersebut sangat menginspirasi anak-anak muda agar terus berjuang dan berkarya seperti Liem Swie King.

Liem Swie King kini tinggal bersama istrinya, Lucia Sumiati Alamsyah, yang dinikahinya tahun 1982. Bersamanya dia dikaruniai 3 orang anak yang masing2 bernama Alexander King, Stephanie King dan Michele Karier King.

D. Daftar Prestasi Bergengsi Liem Swee King

1. PIALA THOMAS

♦ Medali Emas 1976 Bangkok (beregu putra)
♦ Medali Emas 1979 Jakarta (beregu putra)
♦ Medali Emas 1984 Kuala Lumpur (beregu putra)

♦ Medali Perak 1982 London (beregu putra)
♦ Medali Perak 1986 Jakarta (beregu putra)

♦ Medali Perunggu 1988 Kuala Lumpur (beregu putra)

2. ASIAN GAMES

♦ Medali Emas 1978 Bangkok (nomor tunggal putra)
♦ Medali Emas 1978 Bangkok (beregu putra)

♦ Medali Perak 1982 New Delhi (nomor tunggal putra)
♦ Medali Perak 1982 New Delhi (beregu putra)
♦ Medali Perak 1974 Tehran (beregu putra)

♦ Medali Perunggu 1974 Tehran (nomor tunggal putra)
♦ Medali Perunggu 1986 Seoul (nomor ganda putra)
♦ Medali Perunggu 1986 Seoul (beregu putra)

3. SEAGAMES

♦ Medali Emas 1977 Kuala Lumpur (nomor tunggal putra)
♦ Medali Emas 1977 Kuala Lumpur (beregu putra)
♦ Medali Emas 1979 Jakarta (beregu putra)

♦ Medali Emas 1981 Manilla (nomor tunggal putra)
♦ Medali Emas 1981 Manilla (beregu putra)
♦ Medali Emas 1983 Singapore (beregu putra)

♦ Medali Emas 1985 Bangkok (beregu putra)
♦ Medali Emas 1987 Jakarta (nomor ganda putra)
♦ Medali Emas 1987 Jakarta (beregu putra)

♦ Medali Perak 1985 Bangkok (nomor ganda putra)

4. Kejuaraan Dunia BWF

♦ Medali Perak 1980 Jakarta (nomor tunggal putra)
♦ Medali Perak1983 Copenhagen (nomor tunggal putra)
♦ Medali Perunggu 1985 Calgary (nomor ganda putra)

5. Piala Dunia Bulutangkis (dihentikan sejak tahun 2006)

♦ Medali Emas 1979 Tokyo (nomor tunggal putra)
♦ Medali Emas 1982 Kuala Lumpur (nomor tunggal putra)
♦ Medali Emas 1984 Jakarta (nomor ganda putra)
♦ Medali Emas 1985 Jakarta (nomor ganda putra)
♦ Medali Emas 1986 Jakarta (nomor ganda putra)

Title Individual

♦ All England 3x : 1978, 1979, 1981, runner-up 3x : 1976, 1977, 1980, 1984
♦ Malaysia Open 1x : 1983
♦ Indonesia Open 1x : 1983
♦ Japan Open 1x (runner-up) : 1984

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?