Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan Manado
Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil “Ahok” merupakan Gubernur ibukota Jakarta pada 2014-2017. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, mendampingi Gubernur Joko Widodo di tahun 2012.
Bersama Pak Jokowi, beliau mengumpulkan suara 53,82% suara pada pemilu Jakarta 2012. Beliau adalah Gubernur Tionghoa pertama di ibukota Jakarta, dan merupakan simbol bangkitnya etnis Tionghoa di Indonesia¹, 16 tahun pasca kerusuhan Mei 1998.
Biografi Basuki Tjahaja Purnama
Nama Lengkap : Basuki Tjahaja Purnama
Nama Mandarin : 锺万学 (Zhong Wanxue)
Nama Panggilan : 阿學 (Ahok; ejaan Hakka/Khek)
Tempat, Tanggal Lahir : Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966
Pasangan : Veronica Tan 林雪莉 (Lin Xueli; 1997 – 2018)
Anak : Nicholas Sean (1998), Nathania Berniece (2001), Daud Albeener (2006)
Saudara kandung (adik) : Basuri Tjahaja Purnama (dokter PNS, ex bupati Belitung Timur 2010-2015) Fifi Lety (pengacara & konsultan hukum), Harry Basuki (konsultan bid.wisata & hotel)
Almamater : Universitas Trisakti, STIE Prasetiya Mulya
Profesi : Insinyur, Politikus
Jabatan : Gubernur DKI Jakarta (2014-2017), Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012-2014), Bupati Belitung Timur (2005-2006)
Situs resmi : ahok.org
Sayangnya, beliau gagal terpilih kembali pada pemilu Jakarta 2017, dimana hanya meraih 42,04%.
Setelah itu, 6 bulan menjelang berakhirnya masa jabatannya sebagai Gubernur, tepatnya pada 9 Mei 2017, beliau divonis bersalah oleh hakim dan dihukum pidana penjara 2 tahun, karena terbukti bersalah dalam kasus penodaan agama Islam (kasus surat Al-Maidah 51).
Diduga, sentimen anti cina turut berperan dalam kedua hal diatas.
A. Masa Kecil Ahok Hingga Merantau ke Jakarta
Ahok lahir di Manggar, Belitung Timur pada tanggal 29 Juni 1966. Ahok lahir dari pasangan Alm. Indra Tjahaja Purnama (鍾劍南; Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (潘蓮秀; Bun Nen Caw). Ahok merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Ia memiliki 3 orang adik bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, dan Harry Basuki.
Keluarga Ahok merupakan keturunan generasi ke 2 Tionghoa dari suku “Hakka/Kejia”, yang telah tinggal lama di Bangka Belitung.
Nama panggilan “Ahok” berasal dari ayahnya. Mendiang Indra Tjahja Purnama ingin Basuki menjadi seseorang yang sukses dan memberikan panggilan khusus baginya, yakni ‘Banhok‘ (萬万) Kata ‘Ban’ (萬) sendiri berarti puluhan ribu, sementara ‘Hok’ (万) memiliki arti belajar.
Apabila digabungkan, keduanya bermakna “belajar di segala bidang.” Lama kelamaan, panggilan Banhok berubah menjadi Ahok.
Desa Gantung, Belitung Timur merupakan tempat tinggal Ahok semasa kecil sampai selesai menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian beliau melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tingginya di Jakarta.
Setelah menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMA), Ahok melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Universitas Trisakti, dengan program jurusan Teknik Geologi. Ahok mendapat gelar Insinyur Geologi pada tahun 1989.
Selesai pendidikan di Jakarta, Ahok kembali ke kampung halamannya dan menetap disana dengan mendirikan perusahaan “CV Panda” , yaitu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan dibawah bendera PT. Timah.
Setelah 2 tahun berlalu, Ahok memutuskan untuk ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan S-2. Beliau mengambil bidang Manajemen Keuangan di Sekolah Tinggi Manjemen Prasetya Mulya Jakarta. Seusai mendapatkan gelar Magister Manajemen (MM) pada tahun 1994, beliau kemudian bekerja di PT. Simaxindo Primadaya di Jakarta.
Setahun kemudian Ia berhenti dan memutuskan untuk mendirikan pabrik di kampung halamannya sendiri, tepatnya di desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Pabrik pengolahan pasir kuarsa tersebut merupakan pabrik pertama yang dibangun di Pulau Belitung, dengan memanfaatkan teknologi asing.
Lokasi pembangunan pabrik ini kelak menjadi cikal bakal tumbuhnya kawasan industri dan pelabuhan samudra bertaraf internasional, dengan nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK); dimana saat ini telah berdiri fasilitas tin smelter untuk pengolahan dan pemurnian biji timah, lengkap dengan kompleks pabrik dan gudang yang luas.
B. Awal Kehidupan dan Perjalanan Karir Ahok
Ahok menikahi seorang wanita yang bernama Veronica Tan (林雪莉²) di Jakarta pada tahun 1997. Istrinya juga seorang Tionghoa perantauan asal Medan, Sumatera Utara, yang diketahui lahir pada tahun 1975 (Ahok pernah berkata bahwa dirinya lebih tua 9 tahun, kelahiran 1966).
Bersamanya, Ahok dikaruniai 3 anak, yang masing2 bernama Nicholas, Nathania, dan Daud albeenner. Pada 4 April 2018, Ahok resmi bercerai dengan istrinya karena alasan kehadiran orang ke 3 dalam rumah tangga. Beliau mendapatkan hak asuh atas ke 3 anaknya.
Selama hidupnya, Ahok dikenal sebagai sosok yang tegas kepada anak buahnya dan blak-blakan tanpa kompromi. Beliau telah mengantongi banyak penghargaan dari berbagai pihak.
Ahok dinilai berhasil dalam menekan praktik-praktik korupsi pejabat pemerintah daerah dengan menjalankan program Good Governance; yakni mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyatnya, seperti menjalankan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur.
Ahok juga disebut sebagai “Tokoh Antikorupsi” dari unsur penyelenggara Negara dan dari Gerakan Tiga Pilar kemitraan. Ahok juga termasuk ke dalam 10 tokoh yang berhasil mengubah wajah Indonesia versi majalah Tempo. Karena sosoknya yang ‘kontroversial’ inilah yang menarik perhatian pejabat2 kotor untuk memusuhinya.
C. Perjalanan Karir Ahok di Dunia Politik : Menjadi Gubernur Ibukota Jakarta
1. Sebagai Anggota DPRD Belitung Timur 2004
Pada tahun 2004, Ahok bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB), yaitu partai politik yang didirikan oleh Alm. Sjahrir.
Di partai tersebut jabatan Ahok adalah sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung. Lewat partai ini, Ahok mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur pada periode 2004-2009.
2. Sebagai Bupati Belitung Timur 2005
Pada tahun 2005, Ahok bersama Khairul Effendi, B.Sc ikut Pilkada Kabupaten Belitung Timur periode 2005-2010, dan terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung timur definitif pertama dengan raihan suara 37,13%.
Namun pada 11 Desember 2006, Ahok mengundurkan diri sebagai Bupati dan maju dalam pemilihan Gubernur Bangka Belitung 2007-2012
3. Sebagai Gubernur Bangka Belitung 2007 (GAGAL)
Pada tahun 2007, Ahok yang mengajukan diri sebagai salah satu kandidat Calon Gubernur Bangka Belitung. Namun di pemilihan tersebut Ahok gagal terpilih. Padahal saat itu Ahok didukung penuh K.H. Abdurrahman Wahid untuk menjadi Gubernur, dimana Gus Dur turut serta dalam kampanye Ahok saat itu.
Menurut pendapat Gus Dur, Ahok telah menjalankan program2 kerjanya dengan sangat baik semasa memimpin Belitung Timur, salah satunya dengan memberi kebebasan biaya kesehatan bagi seluruh warga. Jadi Ahok layak untuk diusung ditingkat yang lebih tinggi, yakni sebagai Gubernur Bangka Belitung.
Pada 2008, Ahok sempat menulis buku yang berjudul “Mengubah Indonesia“.
4. Sebagai Anggota DPR RI 2009
Pada tahun 2009, Ahok mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI di daerah Bangka Belitung mewakili Partai Golongan Karya. Ahok sukses dengan meraih 119.232 suara, yang menjadikannya sebagai peraih suara terbanyak di daerah pemilihannya, dan menempatkannya di Komisi II DPR RI (membidangi pemilu dalam negeri dan sekretariat negara).
5. Sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012
Pada ahun 2011 Ahok mencoba peruntungannya dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta lewat jalur Independen. Ia sempat mengumpulkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) masyarakat Jakarta guna memenuhi persyaratan untuk maju.
Namun ketika awal tahun 2012, Ahok merasa pesimis dapat memenuhi persyaratan dukungan, sehingga Ia memilih untuk menggunakan jalur partai politik, dimana partai Gerindra menjadi pilihan kendaraan politiknya waktu itu.
Akhirnya, Ahok mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, berpasangan dengan Joko Widodo pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012. Akhirnya pasangan Jokowi – Ahok keluar sebagai pemenang setelah meraih 53,82% suara pada putaran ke-2, mengalahkan pasangan petahana Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
6. Sebagai Gubernur DKI Jakarta 2014
Pada 14 November 2014, lewat rapat paripurna anggota DPRD DKI Jakarta mengumumkan bahwa Ahok terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo yang saat ini telah menjadi Presiden Republik Indonesia.
Setelah pengumuman ini, DPRD DKI Jakarta mengirimkan surat ke Kementerian Dalam Negeri agar Ahok segera dilantik menjadi Gubernur definitif.
Meski begitu, sejak awal 2014, sejatinya Ahok telah menjabat sebagai Pelaksana Tugas( Plt) Gubernur, karena Gubernur Jakarta saat itu tengah mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia. Uniknya,Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh pasangannya sendiri yang sebelumnya telah terpilih sebagai Presiden, Joko Widodo pada 19 November 2014.
Selama menjabat sebagai Gubernur, Ahok mendapat banyak tentangan dari ormas garis keras Islam, yakni FPI yang kala itu dipimpin Rizieq Shihab.
Bersama sebagian anggota DPRD Jakarta (dengan Abraham Lunggana/Haji Lulung sebagai pentolan mereka) yang sejak awal telah memusuhinya, mereka mencoba untuk memboikot setiap kebijakan Ahok kala itu. Beberapa aksi bahkan sampai berujung anarkis di lapangan.
“Sebelum bunyi 4 paku di peti mati kamu, kamu tidak bisa nilai orang lain itu baik atau buruk” – Ahok
Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok sudah membangun berbagai fasilitas publik, seperti :
1. Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA),
2. Meningkatkan puskesmas sebagai Rumah Sakit Umum tipe D,
3. Penerapan e-budgeting & e-katalog untuk transparansi pemenang tender proyek-proyek pemerintah,
4. Pengadaan bus bertingkat dan bus Transjakarta untuk fasilitas warga dan menunjang pariwisata,
5. Peningkatan layanan kesehatan, seperti pengadaan alat2 kesehatan, mengefektifkan layanan BPJS, dsb.
6. Pembenahan penanggulangan banjir, seperti normalisasi kali sunter, normalisasi waduk rawa badung, dsb.
7. Pembangunan jalan layang, seperti jalan layang kuningan, jalan layang permata hijau, dsb.
8. Penertiban di berbagai lokasi rawan banjir dan kawasan kumuh, seperti relokasi Kalijodo, relokasi kampung pulo, relokasi pasar ikan, relokasi bukit duri, dsb.
9. Pembangunan masjid Fatahilah, masjid rusun Marundah, renovasi makam Mbah Priok.
10. hingga pembangunan sarana dan prasarana penunjang ajang ASIAN GAMES 2018, dimana Jakarta telah ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara.
Selengkapnya : apa saja yang telah dikerjakan Ahok selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta
7. Sebagai Gubernur DKI Jakarta 2017 (GAGAL)
Pada tahun 2017, Ahok kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Awalnya beliau ingin maju lewat jalur independen, yakni dengan mengumpulkan KTP warga Jakarta; karena beliau beranggapan bahwa jika maju lewat partai politik maka dirinya akan banyak tersandera dengan berbagai kepentingan partai.
Namun setelahnya beliau berubah pikiran, dan memilih maju lewat partai PDI Perjuangan bersama wakilnya Djarot Saiful Hidayat (telah menjabat sebagai wakil DKI Jakarta 2014-2017). Meski demikian, Ahok tidak benar-benar menggunakan jaket berlambang banteng itu sewaktu pencalonan, dan hanya mengenakan jaket polos berwarna merah.
Artinya, Ahok tidak tergabung ke dalam partai, dan masih dianggap sebagai seorang independen. Mantan presiden Megawati Soekarnoputri, yang sekaligus bertindak sebagai ketua umum partai pun tak memaksa, karena tahu sifat Ahok.
Pada pemilu DKI Jakarta 2017, Ahok hanya meraih 42,04% suara pada putaran ke 2. Diduga isu SARA telah menjadi biang kerok kekalahannya; Dimana Ahok merupakan simbol pemimpin minoritas (Tionghoa dan Kristen) yang saat ini masih belum bisa diterima oleh banyak kalangan.
6 bulan menjelang berakhirnya masa jabatan beliau sebagai Gubernur, tepatnya pada 9 Mei 2017, beliau divonis bersalah oleh hakim dan dihukum pidana penjara 2 tahun, karena terbukti bersalah dalam kasus penodaan agama Islam (kasus surat Al-Maidah 51).
Catatan :
1. Stigma yang melekat pada orang2 Tionghoa di Indonesia adalah menjadi pedagang atau pengusaha. Paling banter menjadi olahragawan di beberapa cabang. Selama Orde Baru (1966-1998) hingga awal Orde Reformasi (1999-2004), sangat jarang terdengar kiprah orang Tionghoa di bidang militer (TNI), polisi (POLRI), pegawai negeri sipil (PNS), atau di kancah perpolitikan tanah air.
2. Tidak ada yang tahu pasti kenapa (mantan) istri Ahok ini memiliki 2 marga, yakni Tan dan Lin. Diduga, ke 2 marga ini merupakan marga ayah dan ibunya sendiri.