Last Updated on 28 April 2022 by Herman Tan

Feng Shen Bang (封神榜) atau Fengshen Yanyi (封神 演義), atau Hong Sin (dialek Hokkian), adalah novel Tiongkok yang ditulis pada abad ke-16 (jaman Dinasti Ming; 1368-1644). Ini adalah satu karya sastra utama dalam bahasa Mandarin yang bergenre cerita2 fiksi antara Dewa dan setan (神魔; Shen Mo).

Novel ini terdiri dari 100 bab, yang menurut catatan sejarah, diterbitkan pertama kali dalam bentuk buku antara tahun 1567-1619. Karya sastra ini menggabungkan antara unsur2 sejarah, cerita rakyat, mitologi, legenda, dan fantasi.

Dalam ceritanya, novel Feng Shen menjalin banyak elemen mitologi Tiongkok, termasuk (perang) Dewa-Dewi, makhluk2 abadi (immortal), dan roh jahat (spirit), seperti kisah Nuwa, Daji, Ne Zha, Ji Chang, Jiang Ziya, dan Bi Gan.

Ceritanya berlatarkan era runtuhnya Dinasti Shang (1600-1046 SM) dan kebangkitan Dinasti Zhou (1046-256 SM).

Dalam novel tersebut terdapat banyak cerita, dimana banyak Dewa-Dewi yang berinteraksi dengan alam manusia, dan merubah segala sesuatu dengan kekuatan magisnya. Berikut ini adalah beberapa anekdot terkenal dari novel.

A. Kisah Ne Zha (哪吒; Hokkian : Lo Tjia)

Tampak Na Zha yang divisualisasikan dalam pakaian perang dan senjata yang lengkap.

Diceritakan bahwa Ne Zha adalah seorang anak sakti yang bersenjatakan gelang besi. Pada suatu hari, Ne Zha tanpa sengaja mengusik istana Raja Naga di laut timur, ketika ia sedang mandi di sungai. Akibatnya, terjadi pertarungan antara dirinya dengan putra Raja Naga. Dalam pertarungan itu, putra Raja Naga terbunuh.

Karena sadar akan kesaktian Ne Zha, Raja Naga tidak sanggup melawannya sendiri, sehingga perbuatannya diadukan kepada Kaisar Langit. Laporan Raja Naga pun akhirnya sampai ke telinga ayah Ne Zha, Li Jing (李靖). Akibatnya, Ne Zha bermusuhan dengan ayahnya sendiri.

Ne Zha yang merasa kesal dan terpojok akhirnya mengembalikan tubuhnya kepada Ayahnya, lalu dihidupkan kembali oleh Taiyi Zhenren (太乙真人) dengan daun teratai. Ne Zha kemudian dihadiahkan senjata tombak dan roda angin api, dan naik menjadi seorang Dewa.

Baca cerita lengkapnya : Legenda Dewa Ne Zha (Lo Tjia)

B. Kekejaman Selir Da Ji dan Raja Zhou Dari Dinasti Shang

Latar belakang cerita adalah kekejaman dari Raja Dinasti Shang ke-18 yang bernama Shang Zhou Wang (商紂王), alias Zhou Xin (紂王). Kekejamannya dilakukan atas anjuran selir favoritnya, Da Ji (妲己), adalah seorang wanita cantik yang kelak menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Shang.

Dalam cerita fiksi Fengshen Yanyi, Da Ji digambarkan sebagai siluman rubah, dengan paras wanita cantik dan kejam.

Tampak sosok Daji, seperti yang tergambar pada relief di Kuil Ping Sien Si, di Perak, Malaysia.

Menurut cerita legenda, Da Ji dibawa oleh ayahnya (berasal dari keluarga bangsawan) ke istana untuk diserahkan kepada sang Raja. Di tengah perjalanan, Da Ji dirasuki oleh siluman rubah (狐狸精; Huli jing), yang diperintahkan oleh Dewi Nuwa (女娲) untuk membalas penodaan yang dilakukan Raja Zhou di Kuil-Nya.

Dengan menggunakan tubuh Da Ji, Nuwa menginginkan agar siluman rubah itu mengacaukan Dinasti Shang. Pengaruh Daji terhadap Raja Zhou terlihat dari pesta pora yang sering diadakan di istana untuknya.

Da Ji kemudian membisikkan agar Raja harus lebih keras terhadap rakyat. Kekejaman2 yang dilakukan oleh Da Ji, antara lain dengan mengeksekusi terhadap orang2 yang tidak disukainya. Raja Zhou pun meningkatkan penggunaan hukuman penyiksaan kepada para tahanan, karena Daji ternyata menyukai jeritan orang2 yang kesakitan akibat siksaan fisik.

Atas usulan Da Ji, dibuatkan praktek2 penyiksaan yang hebat, seperti yang disebutkan pada Bab 17 dalam novel Feng Shen Bang (封神榜), yang dikenal sebagai Da Ji Creation, atau Paolao (炮烙), seperti :

1. Tonggak tembaga yang di dalamnya diisi api, dimana orang2 yang berani mengkritik sang Raja dihukum memeluk tonggak besi yang panas sampai mati.

2. Selain itu, dibuat juga sebuah lubang yang berisi banyak ular berbisa, dimana para dayang istana yang tidak disukai Da Ji akan dilemparkan ke dalamnya.

3. Da Ji juga melakukan kekejaman lain, seperti membelah perut wanita hamil, yang memuaskan rasa penasarannya untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalamnya.

4. Pernah suatu kali, dia melihat seorang petani berjalan tanpa alas kaki di atas lapisan es. Ia kemudian memerintahkan petani itu ditangkap dan kakinya dipotong, sehingga dia dapat mencari tahu mengapa mereka begitu tahan terhadap suhu rendah.

5. Untuk memverifikasi pepatah kuno bahwa “hati orang baik memiliki 7 celah” (七巧玲瓏心; Qi qiao linglong xin), dia bahkan meminta hati Menteri Bi Gan (比干; paman dari Raja Zhou Wu Wang) dicungkil.

Hal ini kemudian membuat rakyat marah dan berusaha menggulingkan pemerintahan tirani sang Raja. Akhirnya, Zhou Wu Wang (周武王) dari Dinasti Zhou berhasil menggulingkan Dinasti Shang. Raja Zhou kemudian membakar dirinya sampai mati.

Sementara selirnya, Da Ji, dieksekusi (versi lain diusir dari istana, atau disebutkan gantung diri) atas saran dari Jiang Ziya (姜子牙).

Da Ji disalahkan atas jatuhnya Dinasti Shang dengan merusak Raja Zhou, yang menyebabkan dia mengabaikan urusan Negara dan memerintah dengan tirani. Karena itu, dia dianggap sebagai contoh klasik, tentang bagaimana seorang wanita cantik dapat menyebabkan jatuhnya sebuah dinasti dalam sejarah perdinastian Tiongkok.

C. Kisah Bi Gan, Menteri yang Jantungnya Dicungkil oleh Daji, Selir Kaisar Zhou yang Kejam

Bi Gan (比干) adalah seorang Menteri yang hidup diakhir masa Dinasti Shang (商朝; 1600 – 1046 SM). Beliau merupakan anggota keluarga kerajaan. Ia adalah putra Wen Ding (文丁), keturunan Zi (子), dan merupakan keluarga kerajaan, yaitu paman dari Kaisar terakhir Dinasti Shang yang bernama Shang Zhou Wang; 商紂王 alias Zhou Xin (紂王).

Bi Gan yang dicungkil hatinya oleh Raja, atas hasutan Daji.

Bi Gan yang setia menasehati Kaisar Zhou dari Shang (Shang Zhou Wang; 商紂王) yang berkuasa pada 1154 – 1122 SM, untuk tidak bertindak kejam terhadap rakyatnya dan berharap agar Sang Kaisar Zhou dapat rajin mengurusi urusan kerajaan. Namun nasehatnya itu tidak kunjung di dengar, dan malah dibenci oleh sang Kaisar.

Hingga akhirnya Daji (妲己), selir kesayangan Kaisar Zhou, berkata bahwa dirinya ingin membuktikan kebenaran pepatah kuno Tiongkok yang berbunyi bahwa ‘jantung seorang pria yang baik memiliki 7 lubang’ (七巧玲瓏心; Qi qiao linglong xin).

Bigan kemudian dieksekusi dengan cara jantungnya dikeluarkan (比干剖心; bi gan pou xin). Beruntung nyawa Bi Gan dapat diselamatkan oleh Jiang Zi Ya (姜子牙).

Baca cerita lengkapnya : Kisah Bi Gan, Menteri yang dicungkil jantungnya dan Daji, Selir Kaisar Zhou yang kejam

D. Kisah Ji Chang (姬昌)

Raja Zhou menempatkan Ji Chang (姬昌), Adipati yang berkuasa di Barat, dalam tahanan rumah di Youli (羑里) selama 7 tahun. Karena hasutan selir Daji, ia akan segera dieksekusi. Putra tertua Ji Chang, Bo Yikao, datang ke Zhaoge (sekarang termasuk propinsi Henan) untuk memohon kepada Raja Zhou agar membebaskan ayahnya.

Namun karena ketampanannya, dia menarik perhatian Daji. Daji pun meminta Raja untuk mengizinkan Bo Yikao mengajari dia cara bermain guqin (sejenis kecapi). Daji kemudian mencoba merayu Bo Yikao, tapi dia tidak menghiraukannya.

Daji yang marah akhirnya mengeluh kepada Raja Zhou, dan mengatakan kesaksian palsu bahwa Bo Yikao telah melecehkannya, serta telah menghina Raja. Versi lain menceritakan, seekor kera yang dibawa Bo Yikao dapat mencium bau siluman rubah pada diri Daji, kemudian menyerang dan melukainya. Karena tindakan tersebut, Bo Yikao dijatuhi hukuman mati.

Raja yang marah kemudian memerintahkan agar Bo Yikao dieksekusi, dengan cara dipotong2 dan dibuat menjadi bakso daging, dan disajikan kepada ayahnya. Kalau benar Ji Chang pandai meramal, ia pasti mengetahui bahwa masakan yang dikirimkan itu adalah daging anaknya sendiri.

Ji Chang yang mengerti akan ramalan sudah meramalkan nasib putranya. Dia pun menekan kesedihannya, dan kemudian memakan bola2 daging tersebut.

Setelah kejadian itu, Raja Zhou pun membatalkan eksekusi, dan kemudian melepaskannya. Sang Raja merasa bahwa Ji Chang hanyalah orang biasa, dan tidak memiliki kemampuan sakti yang akan membahayakan kerajaan Zhou, seperti yang dituduhkan Daji.

Dalam perjalanan pulang, Ji Chang yang bersedih kemudian memuntahkan bulatan2 bakso yang telah ditelannya. Konon, bakso tersebut berubah menjadi 3 ekor kelinci. Sejak saat itu, Ji Chang bersumpah akan menuntut balas akan kematian putranya, dan mulai membangun kekuatannya.

E. Kisah Jiang Ziya (姜子牙), a.k.a Jiang Taigong dan Ji Chang

Diceritakan bahwa Jiang Ziya adalah orang tua yang turun gunung setelah lama bertapa. Ketika sedang berjalan2 menyusuri kota, pada suatu hari Jiang mencium adanya siluman yang sedang melakukan penyamaran. Dia pun segera mencarinya, kemudian membunuhnya karena takut akan mencelakai manusia.

Cerita tentang Jiang Jiya yang memancing tanpa kail dan umpan, dengan sebatang ranting kayu yang lurus.

Daji sangat marah, karena ternyata siluman yang terbunuh itu adalah temannya.

Dalam perjalanan selanjutnya, Jiang Ziya kemudian pergi ke suatu wilayah, dimana Ji Chang (姬昌) yang bergelar (anumerta) Zhou Wen Wang (周文王), yang saat itu sudah menjadi pemimpin suatu wilayah (Adipati) yang kelak akan menjadi Dinasti Zhou (saat itu sudah akhir kejatuhan Dinasti Shang).

Raja Zhou dari Shang merupakan seorang tirani yang tak kenal ampun, dan Raja Wen dari Zhou ingin menggulingkannya. Konon, guru dari Jiang Ziya (Maha Dewa YuanShi Tianzun; 元始天尊) mengirimkannya ke dunia untuk membantu Raja Wen.

Di suatu tempat di Negara tersebut, Ia diketahui pernah pergi memancing tanpa kail.

Jiang Ziya merasa bahwa karena ia sudah berusia lebih dari 50 tahun, dan ia tidak mengenal Raja Wen, tidak mungkin baginya untuk memperoleh kepercayaan dari Raja Wen. Karenanya, ia pergi memancing di rute yang diambil Raja Wen untuk kembali ke Ibukota.

Kail ikan biasanya melengkung di salah satu ujungnya. Namun, Jiang Ziya berhasil menangkap banyak ikan tanpa kail dan umpan. Saat Raja Wen melihat ini, ia tahu bahwa Jiang Ziya memiliki kemampuan khusus.

Jiang berkata, “bahwa yang hendak di dipancingnya bukan ikan, tetapi Raja-Raja dengan banyak pengikut. Hanya mereka yang benar2 ingin pergi ke kail yang akan saya pancing.” Maksud Jiang Ziya adalah bahwa dia sedang menunggu seorang penguasa bijak yang menyadari bakatnya dan membutuhkannya.

Setelah berbicara dengannya, Raja Wen kemudian mengundang Jiang Ziya untuk membantunya dalam memerintah Negara kelak. Raja Wen yakin, bahwa Jiang Ziya memang orang yang berbakat, dan memutuskan untuk memberinya tugas2 penting.

Jiang Ziya kemudian membantu Raja Wen dan putranya untuk menaklukan Dinasti Shang, dan mendirikan Dinasti Zhou.

Baca cerita lengkapnya : Kisah Jiang Ziya; Penasehat Tiongkok Kuno Termasyur

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?