Last Updated on 14 May 2022 by Herman Tan

Di bulan Mei ini adalah hari-hari bersejarah yang kelam bagi etnis TIONGHOA di Indonesia akibat kasus KERUSUHAN 13-15 Mei 1998 di Jakarta.

Namun generasi muda kelahiran 2000 keatas mungkin hanya tahu, bahwa Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta hanyalah soal penumbangan Orde Barunya Presiden Soeharto yang berkuasa selaam 32 tahun, dan peralihan ke Orde Reformasi.

Paling banter, soal penembakan 4 mahasiswa di kampusnya dengan peluru tajam. Namun sebenarnya, etnis Tionghoa-lah yang paling dikorbankan dalam peristiwa ini.

Seperti yang kita ketahui bersama, etnis Tionghoa menjadi korban utama kekerasan yang terjadi pada peristiwa itu, dimana ketika rumah, toko, perusahaan dan aset milik kaum Tionghoa dibakar dan isinya dijarah; termasuk  pemerkosaan, penganiayaan dan pelecehan terhadap ratusan wanita etnis Tionghoa di kala hari-hari yang mencekam itu.

Seperti dikutip dari situs Wikipedia dan berbagai media blog/website referensi lain, disimpulkan bahwa Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 terjadi awalnya karena :

1. Penembakan terhadap para aktivis mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998 yang mengakibatkan 4 mahasiswa tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat melakukan aksi demo Krisis Moneter di Indonesia.

2. Krisis Finansial Asia sehingga menimbulkan kritik kepada pemerintahan waktu itu (Orde Baru).

Kerusuhan 13-15 Mei 1998 di daerah Glodok, Jakarta (Tempo/Rully Kesuma)

Baca juga : Peristiwa Mei 1998 di Jakarta : Titik Terendah Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia

Namun ternyata yang paling dirugikan dari rentetan peristiwa ini sebenarnya adalah etnis Tionghoa yang sejatinya tidak tahu menahu, bahkan tidak mau ambil pusing soal aksi demo para mahasiswa ini (yang bermaksud untuk menggoyang pemerintahan pada waktu itu).

Etnis Tionghoa juga sebenarnya tidak mau pusing siapa yang mengkudeta siapa, atau siapa yang mengerahkan pasukan, dsb. Yang kita tahu, kita hanya ingin hidup aman dan tentram di Negeri ini; namun faktanya justru kita yang “dikorbankan” sebagai tumbal reformasi.

Ibarat pribahasa “Gajah sama gajah berjuang, pelanduk mati di tengah-tengah”. Ya, etnis Tionghoa pada waktu itu benar-benar menjadi korban kerusuhan; dimana yang seharusnya “berperang” adalah rakyat sipil (diwakili mahasiswa, juga sebagian provokator*) dan Negara (diwakili aparat keamanan), tapi akhirnya menjadi bias.

Jika ditarik lebih jauh lagi maka sedikit banyak akan menyinggung 2 tokoh elite politik yang saat ini masih aktif dalam dunia perpolitikan; dimana pada waktu itu masing-masing memegang posisi tertinggi dalam jajaran militer (memegang tongkat komando tentara).

Anehnya sebagai aparat keamanan (apalagi tentara yang harusnya lebih keras), mereka seperti terlihat melongo dan pasrah saja melihat rakyatnya di zolimi seperti itu, serta hanya sibuk mengawal gedung DPR/MPR. Sampai saat ini, beberapa pertanyaan seputar tragedi kerusuhan Mei 1998 masih menjadi misteri, diantaranya adalah :

1. Kemana aparat keamanan militer pada waktu kerusuhan itu (menurut sumber, kerusuhan yang terjadi pada 30 jam pertama, aparat kepolisian dan tentara sempat menghilang di sejumlah daerah) ?

2. Mengapa sampai terjadi pembiaran penjarahan dan pembakaran rumah, toko dan perusahaan milik etnis Tionghoa?

Serta yang paling parah adalah terjadinya kasus pemerkosaan, penganiayaan dan pelecehan terhadap wanita etnis Tionghoa (disertai pengrusakan alat kelamin dan bagian tubuh lainnya, dimutilasi, bahkan dibakar hidup-hidup), yang mengakibatkan gangguan psikis / kejiwaan yang sangat luar biasa bagi para korban hingga hari ini.

Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk mengakhiri hidupnya, karena rasa keputusasaan dan rasa malu akibat menangung aib.

3. Siapa yang menggerakkan massa (melakukan provokasi) yang menyebabkan kerusuhan SERENTAK di beberapa kota besar Indonesia (diantaranya Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dsb)?

Sesuai laporan TGPF, ada saksi yang melihat sekelompok orang yang berambut cepak, yang turun untuk meng-kondisikan massa di jalanan, untuk menyerang bangunan2 milik etnis Tionghoa di Jakarta.

Menurut mereka, para pelaku provokator ini terdiri dari sekelompok pemuda yang berpenampilan macam2; ada kelompok pemuda berpakaian pelajar SMA atau pakaian mahasiswa, ada kelompok remaja yang berpakaian lusuh dan berwajah sangar, ada yang berbadan kekar, berambut cepak/pendek ala militer, dan memakai sepatu lars tentara, dan bertato.

Baca juga : Mengapa Pemukiman Mereka Dijarah? Kajian Historis Pemukiman Etnis Tionghoa di Indonesia (Bagian I)

perkosaan mei 98
Tampak seorang pendemo kerusuhan pasca kerusuhan Mei 1998

Akibat kasus ini, banyak Negara yang pada waktu itu ikut mengecam keras Pemerintahan Indonesia yang dianggap gagal dalam melindungi warga negaranya, diantaranya negara Singapura, Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia dan Thailand. Berikut beberapa aksi simpatik Negara-Negara tersebut :

1. Pemerintah Singapura : Menyatakan Bandara Internasional Changi terbuka 1×24 jam dan sewaktu-waktu siap menerima kedatangan korban kerusuhan.

2. Pemerintah Taiwan : Menyampaikan protes keras kepada pemerintah Indonesia, bersamaan dengan itu mengirim pesawat penumpang untuk mengangkut para korban kerusuhan.

3. Pemerintah Amerika : Mengizinkan “permohonan perlindungan” para korban keturunan Tionghoa, bersamaan itu mengirim kapal perangnya ke Indonesia untuk mengangkut sejumlah besar korban kerusuhan.

4. Pemerintah Malaysia : Meminta Komite HAM PBB menyelidiki peristiwa pembunuhan dan pemerkosaan bergilir ditengah kerusuhan yang dialami oleh kaum perempuan keturunan Tionghoa di Indonesia, serta menyerahkan hasil penyelidikan kepada Pengadilan Kejahatan Internasional untuk diadili.

Baca juga : Korban Mei 1998 : Mengapa Harus Perempuan Tionghoa?

Tetapi sungguh ironis, Pemerintah komunis Republik Rakyat Tiongkok (China) malah mengambil sikap tidak melaporkan, tidak mengecam dan tidak mencampuri segala urusan dalam negeri Indonesia.

Menurut pemerintah China pada saat itu mengatakan, orang Tionghoa di Indonesia telah menjadi Warga Negara Indonesia, maka apa yang terjadi di Indonesia segalanya adalah urusan dalam negeri Indonesia.

Padahal jika dilihat dari sisi keterikatan emosional dan kedekatan suku bangsa, Negara China lah yang seharusnya menjadi pembela nomor satu.

Sejumlah masyarakat etnis Tionghoa pada waktu itu berada dalam situasi keadaan yang genting dan mencekam dikabarkan pernah mencoba mengadu ke Kedubes China, yang atas dasar perikemanusiaan memohon bantuan.

Namun hal ini ditolak mentah-mentah oleh kedubes China kala itu, dengan alasan yang melapor bukan Warga Negaranya.

Sudah tentu kabar ini membuat Pemerintahan Orde Baru yang kala itu sangat ketakutan, merasa telah memperoleh angin dukungan semangat yang kuat, termasuk para pelaku kerusuhan yang menganggap aksi mereka sebagai suatu pembenaran.

Baca juga : Korban dan Pengorbanan Perempuan Etnis Tionghoa di Indonesia (Bagian I)

Tampak sebuah toko yang habis dijarah oleh massa pada kerusuhan Mei 1998

Atas terjadinya peristiwa tersebut, pemerintah Indonesia yang hanya atas desakan Negara-Negara sahabat akhirnya membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk sebagai tim penyelidik untuk mengusut kasus Kerusuhan Mei 1998.

Meski begitu, mengenai kelanjutan dari kasus ini, seperti siapa oknum-oknum yang harus bertanggung jawab atas kerusuhan Mei 1998 ini masih belum diungkap.

Pemerintah selama belasan tahun ini tampaknya tidak pernah serius dalam menindaklanjuti dengan proses hukum soal laporan investigasi dari TPGF (menurut informasi kasus ini sudah sampai tingkat Kejaksaan Agung, tapi seperti dipeti es kan), dimana dalam laporannya, ternyata terdapat lebih dari 1800 orang tewas selama kekacauan selang tanggal 13-15 Mei 1998!

Hal ini jelas bisa memunculkan spekulasi publik bahwa ini adalah bentuk Operasi Militer terselubung pemerintah kala itu*. Maka itu pemerintah enggan untuk memperpanjang masalah ini.

Sebagai catatan, penulis tidak mencantumkan sumber-sumber informasi yang berasal dari blog/web pribadi karena isinya merupakan pandangan subjektif (masih menjadi asumsi) dengan berbagai latar kepentingan.

Tetapi pembaca dapat melakukan riset sendiri lewat Google dan berbagai mesin pencarian lain sebagai referensi/masukan tambahan, terutama dalam arsip foto-foto kekerasan pada etnis Tionghoa pada Mei 1998; dimana terdapat foto dan kesaksian mengenai bagaimana para pelaku kerusuhan menganiaya para korban wanita etnis Tionghoa dengan kejam.

Baca jugaSiapakah Provokator dan Rekayasa Peristiwa Mei 1998?

Jangan kau penjarakan ucapanmu jika kau menghamba pada Ketakutan, Karena kita hanya akan memperpanjang barisan perbudakan

Setelah 16 tahun berlalu, akhirnya Jakarta dipimpin oleh perwakilan etnis minoritas yang pada waktu itu “dizolimi” oleh etnis mayoritas pribumi, dijadikan tumbal politik demi reformasi, etnis Tionghoa! Mungkin ini adalah takdir?

Tidak ada yang tahu. Semoga dengan ini bisa membuka langkah kedepannya bagi pihak pengusut (korban) untuk mencari keadilan di negeri ini.

Berikut lampiran Laporan RESMI Pemerintah Indonesia Lewat Pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TPGF) Mengenai Peristiwa 13-15 Mei 1998 : Link hasil TEMUAN Tim Gabungan Pencari Fakta.

Baca juga : Kapan ‘Kecinaan’ Akan Berhenti?

Catatan : * adalah pandangan/asumsi penulis
Sumber foto : sesawi.net, sadarsejarah.wordpress.com, indocropcircles.wordpress.com

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

155 thoughts on “Kerusuhan Mei 1998, Harga Yang Harus Dibayar Oleh Etnis Tionghoa”
  1. Tragedi 98, mnrt aq itu tanda tanya besar sampau skrg?? Sapa dalang dibelakang ini? Trs waktu aq lht film dibalik 98 aq pikir bisa liat sapa dalangnya,tp yg aq lht di film tdk ada tuch malah penindasan org cina tdk terlalu di ceritakan jelas why? Waktu kejadiaan aq umr 8thn dan posisi di sby,aq ingat jelas saat aq sekolah tiba2 di suruh plg apalagi yg keturan cina karena akan ada bahaya jadi aq lgsg cpt2 plg naik sepeda sendiri dijln org2 teriak cina mati…cina mati… Sampai di rumah aq nangis dan mama papa ajak aq lht berita tv yg sdg terjadi di jkt..aq cuma berharap tahun ini ahok selaku gubernur jkt bisa menguak tragedi ini

  2. saya menganggap jokowi adalah orang yg tidak sama dengan orang2 orba,jadi semoga janji2nya tidak seperti orang2 orba yg omdo,salah satu janjinya menuntaskan kasus 98 ini,kita ingin mengetahui kebenarannya,jgn lagi ditutup2i

  3. Saya sangat sedih dengan apa yg saya baca diatas ttg negara china yg gak mau bantu kita sama sekali, apakah itu bener pak herman tan?

    1. Ya. Memang itu faktanya. Pada waktu itu tidak ada bantuan dari pemerintah Tiongkok; wujud keprihatinan (ucapan belasungkawa) baru disampaikan kira-kira sebulan setelah peristiwa berlalu.

      1. maaf ijin comment…bukankah pada saat kejadian mei 98 negara cina mau menerima semua korban kerusuhan etnis tionghoa, dan bersedia memberikan tempat khusus untuk korban kerusuhan?itulah yang saya dengar. terima kasih

        1. setau aq wktu kerusuhan ’98 itu negara China ga batu apa-apa, karena saat itu mereka sendiri juga sedang mengalami krisis.

          yang negara China beri bantuan itu zaman kerusuhan sebelum ’98, tahun 60an klo ga salah.

          1. Pada saat setelah kerusuhan tahun 1998 itu, pemerintah China, yakni Jiang Ze Min yang pada saat itu adalah pemimpin China, memang ada mengutuskan 2 kapal pesiar yang besar untuk menjemput kita-kita yang masih selamat untuk kembali pulang ke China karena sudah mulai banyak negara-negara yang memperhatikannya. Namun karena kita sudah merupakan keturunan dan dilahirkan di Indonesia, maka hanya diperbolehkan moyang-moyang kita yang masih memegang surat yang bisa membuktikan identitas sebagai warga dan penduduk China saja yang bisa pulang.

            Coba bayangkan? Waktu perang dunia pertama dan kedua, yang menyelamatkan diri dengan mengungsi diri ke negara-negara Asian, termasuk: Vietnam, Thailand, Malaysia, Philipina, Brunei, Singapura & Indonesia, dengan membawa anggota sanak-saudara, dsb, yang bisa selamat sudah termasuk amat beruntung sekali. Mana mungkin bisa selamatkan dokumen-dokumen tersebut? Mungkin ada, tapi hanya segelintir orang saja yang masih bisa menyelamatkannya barangkali?

            Lantas, orang-orang yang berhasil selamat dari kekejaman peperangan ada berapa orang kah yang masih punya identitas?
            Bukankah mereka ada banyak yang sudah tua, dan sakit-sakitan, mungkinkah mereka pulang?

            Akhirnya memang ada yang pulang. tapi hanya sedikit orang saja.

            Beberapa tahun kemudian, setelah mendapatkan sorotan tajam dari mancanegara lagi, Akhirnya pemerintah China kembali mengutuskan beberapa kapal pesiar jumbo untuk menjemput kita-kita yang berkulit kuning untuk kembali ke China dan disiapkan 1 lokasi yang cukup besar layaknya 1 propinsi untuk kita hidup dan mencari kehidupan disana. Namun pemerintah itu bukan Jiang Ze Min, tapi pemimpin setelah Jiang Ze Min.

  4. Gw waktu kjadian itu masih TK d pontianak,,umur 5th lebih,,kbetulan lg dtg k jkt karna ada sodara yg nikah d jkt,,masih inget bgt,,tiba2 aja subuh2 di mandiin trus d bawa k bandara sama mama n nenek,,bgitu sampai d ponti masih blom ngerti apa2,,pas udh smp baru dnger nenek crita lg trus puterin CD nya,,bner2 shock abis nonton CD nya,,perempuan2 tionghoa di siksa abis smua,,bener2 ga manusiawi waktu itu,,sampai skrg aja klo mandi subuh2,,slalu teringat kjadian mei 98..

    1. halo Widya, Kalau ada rekaman CD nya boleh di share dalam bentuk MP4. Kami siap menampung videonya untuk di upload di server kami untuk kemudian ditayangkan kepada pembaca blog Tionghoa ini.

    2. wah iya betul itu kalo ada bukti2 gambar kayak gitu penting sekali,jangan sampe ilang,perlu disebarluaskan,saya juga pengen liat kejadian aslinya waktu itu

  5. Udh jgn di ingat” lagi.org negara cina mana knl sama kita. kita hanya org buangan dari Tiongkok yg di tampung oleh indonesia…gak mungkin juga kasus ini terungkap siapa dalangnya…kita berdoa saya hidup kita lbh baik lg di tanah air kita ini

    1. Tetap cinta dengan Indonesia, Mari kita bersatu apapun suku kita, salam persaudaraan follow @agus_maulanaID

  6. Sedih rasanya mendengar cerita2 tentang penindasan etnis tionghoa, tapi waktu telah berlalu, biar lah menjadi cerita dan sejarah masa lalu, jangan sampai kita terbawa rasa benci dan dendam. Kita buktikan bahwa etnis tionghoa, bukan makin terpuruk, tapi makin baik kedepannya,,,

  7. Gak etnis tionghoa aja yang jadi korban. Yang pribumi juga banyak menjadi korban.

    Klau masalah 16tahun tapi kasusnya blum terungkap, masih banyak kasus2 yang lain juga belum terungkap. Masalah presiden pindah tangan dari soekarno k soeharto (supersemar) saja tidak dapat dijelaskan sampai sekarang.

    Saya juga chinese dan pada saat itu umur saya 5tahun tapi posisi saya di bandung dan tidak terjadi apa2. Mungkin saat itu ada yang profokasi sehingga chinese jadi korban.

    Jangan sampai yang beginian bikin kita beda2ian orang, anti pribumi lah, anti chinese lah. Saya mata sipit kaya orang tionghoa tapi saya adalah pribumi. Besar dan lahir di tanah indonesia.

    Mau orang cina, padang, medan, batak, dayak, madura, papua, ambon, dll, selama besar di indonesia y tetap harus saling menghargai.

    Biarlah kasus kelam jadi pelajaran bagi kita semua. Jangan sampai mengobar2kan semangat etnis masing2.

    1. memang gak semuanya Chinese yang jadi korban. tapi 98% Chinese dan 2%nya lagi yang dikira Chinese!

      1. Halo yerieze,

        Sebagian penduduk pribumi juga menjadi korban. Tidak semua korban berasal dari etnis tionghoa. Etnis Tionghoa dijadikan “tumbal” penguasa pada saat itu karena dianggap paling rentan dan paling mudah dijadikan sasaran amukan massa. Secara tidak langsung, berdasarkan konstruksi masyarakat Indonesia yang ada perempuan yang berasal dari etnis Tionghoa dapat dikatakan termasuk kedalam golongan yang didefinisikan sebagai double minority (Tionghoa dan Perempuan). Perempuan Tionghoa secara demografis tentu adalah minoritas karena pada waktu itu etnis Tionghoa jumlahnya tidak mencapai 2% dari seluruh penduduk di Indonesia.

  8. Saat kerusuhan 98 seingatku lg ujian. Sekolah kami yg ada di jembatan lima (jakbar) sempat digedor2. Ada ketakutan tapi saat itu tdk terpikir akan ada kerusuhan.kami dipulangkan…..dan saya masih ingat saat itu saya pulang naik bajai bersama temanku cewe. Kulit dan mukanya chiness banget.kami sama2 chinesss seh.tp tmnku cewe dan berperawakan chines banget. Jujur dlm perjalanan pulang jalanan terlihat sepi.ada bbrp tempat lg terbakar. Jika gw renungi kembali…..saat itu mungkin sedang ada nya penjarahan atau tindakan kejahatan yg terjadi.tp puji Tuhan kami tdk mengalami apa2. Walau gw hrs bermalam dirmh teman.
    Bertahun2 kemudian baru menyadari bahwa kerusuhan tersebut banyak menimbulkan kematian atau penderitaan.saat itu gw msh smp,ga bgt peduli ttg keadaan yg ada. Jujur dr dl gw pengen pindah kenegara lain… Krn merasa serba minoritas.baik agama maupun etnis.tp smakin dewasa gw menyadarii bahwa gw ini walau keturunan chines,tp gw besar,tumbuh,bekerja diindonesia.gw ga diterima dinegara lain. Negara gw indonesia….. Ada org pribumi yg ga bener,namun yg etnis tiongha jg byk yg ga bener.jd ga bs menilai org hanya krn bbrp hal.perbedaan itu indah….hdp berdampingan dan saling menghargai…..

    1. Jadikan semua itu, pelajaran bagi kita. Saya warga pribumi suku jawa, saya sangat menghargai etnis tionghoa di Indonesia. Saya salut dengan nilai kerja keras mereka, mereka libih hebat dari pribumi. Saya selalu berfikir kenapa etnis tionghoa begitu maju, banyak jadi pemimpin perusahaan, ber mental pemenang. Jujur saya ingin belajar lebih banyak tentang keturunan tionghoa khusus nya di Jakarta. Semoga kita bisa saling membangun untuk negara tercinta ini. Kita bisa saling kenal sebagai persaudaraan follow @agus_maulanaID Kebersaam akan terasa lebih hangat

  9. itu semua memamng sudah dikondisikan untuk memecah keturunan chinese tidak terlalu sangat monopoli ekonomi di indonesia

    1. Apa salahnya kalau keturunan chinese termasuk dalam ekonomi Indonesia. Kami hanya keturunan, kami tetap warga Indonesia. Penghasilan kami juga tidak ada keuntungannya ke RRC, kami bayar pajak juga hanya ke Indonesia. Kita semua sama2 warga Indonesia, kenapa mesti dibedakan pribumi atau tionghoa.

      Saya pada waktu kerusuhan ini kebetulan ada di Jkt karena sebagian besar keluarga disana, pada waktu itu saya masih umur 3.5 tahun tapi sampai sekarang saya masih ingat bagaimana horrornya saat saya harus dilarikan ke mobil bersama ibu(keturunan tapi tidak terlalu bermuka chinese)dan saya harus sembunyi karena saya bermuka totok chinese saat di stop oleh pendemo dalam perjalanan ke bandara untuk kabur kembali ke Bali. Ayah saya tetap tinggal di Jakarta untuk menjaga kakek dan nenek saya sementara, sukur tidak celaka.

      Sampai sekarang, tidak pernah sekali pun orang tua saya mengajarkan untuk menjauhi pribumi, dan saya pun tidak peduli tionghoa atau pribumi selama berkelakuan baik. Tapi setiap baca berita atau blog tentang kerusuhan ini langsung ingatan saya akan kejadian tsb terulang. After reading an ignorant comment like what you have stated I just can’t keep quiet.

      1. Turut prihatin Pak Louis. Jika Pak Louis tidak keberatan mungkin bisa kembali menceritakan PENGALAMAN PRIBADI bapak untuk kami muat pada bulan Mei mendatang. Sangat jarang orang Tionghoa yang terlibat langsung dengan peristiwa Mei 98 yang mau berbagi kisah nya.

  10. Yah udh lah mau di apain lagi waktu dah berlalu yang dlu dlu sekarang ya sekarang gak ush di perpanjang padahal saya juga keluarga korban yang masih menyimpan dendan tapi mau apalah kita tak tau siapa dan dimana pelakunya

  11. Kalau dinegara maju, setiap kali ada demonstrasi, banyak (polisi) preman yang disusupkan. Begitu mereka bergerak jadi merusak, langsung diketahui dan gembongnya dibekuk. Paling tidak bisa diambil film wajahnya, kemudian diusut siapa dalangnya. Dengan itu suasana dapat dikendalikan lagi.

  12. saya kasihan dgn warga tionghoa termasuk papa saya, apa apaan.nih, jahat banget tindakannya, ga salah ko di salahin, mending yg jarah toko orang tionghoa di hukum mati deh, apa apaan tuh, untung papa saya ga di bunuh

    1. Halo Satria, 16 tahun yang lalu etnis Tionghoa di Jakarta ditindas dalam peristiwa Mei 98. Tapi saat ini yang pimpin Jakarta malah orang Tionghoa (Ahok; Zhong Wan Xie). Ini mungkin takdir.

  13. Saya kira tidak perlu lah mencekoki hal2 beginian ke anak muda tionghua, ga penting banget. Puji Tuhan keluarga saya tidak kenapa2, tetapi pasti sulit dilupakan bagi keluarga korban, saya turut berduka. Jujur saya melihat generasi muda tionghua sekarang berbaur dengan pribumi senang sekali seakan2 mereka masih tulus dan tidak dicemari kebencian masa lalu.
    Jujur sekarang saya masih tidak bisa kurang berbaur dengan pribumi, tapi itu karena beda adat budaya saja bukan karena kejadian mei. Tapi saya tetap terbuka asal orangnya berkarakter (wajar lah meski ke sesama tionghua :D).
    Jujur ya saya pikir saya ngga mau nantinya saat saya punya anak kerukunan antar etnis masih panas spt baru kejadian 12 Mei 1998. Dan lu liat lah Ahok dia padahal keturunan tionghua asli tapi bapak nya mengajarkan untuk selalu akur dan berbuat kasih dengan semua golongan dan jadilah Ahok sekarang yang menjunjung kebajikan.
    Lucu sekali karena fakta sekarang tidak semua Tionghua pun baik orangnya ke sesama tionghua (banyak penipunya) dan tidak semua orang pribumi itu buruk seperti yang diajarkan orang tua saya

    1. Well waktu itu masih jaman Orde Baru yang ingin bertahan, harap sekarang berubah sama sekali. Ahok itu dulu rumahnya juga dijarah, tapi kemudian dia memempin penduduk dengan baik.
      Makanya bantu Ahok supaya mereka lihat bahwa kita bekerja sama membangun. Indonesia itu dari dulu kaya sekali, hanya terlalu banyak korupsi. Sekarang kalau pemimpinnya mulai merubah itu, Indonesia bakal makmur dan harap rakyatnya tidak penasaran lagi. Juga harap tidak ada yang menunggangi lagi. Sebab yang bikin ricuh itu kalau orang lapar dan orang lain ngadu domba.

  14. Saya rasa hampir 100% warga keturunan di Indonesia tidak mengakui RRT adalah negaranya..kami dari dilahirkan tumbuh dewasa minum dan makan dari tanah negara Indonesia..seandainya kulit badan bisa berganti dan profil tengkorak kepala khususnya mata bisa diganti….pasti kami senang…Kami cinta Indonesia..

    1. Disitu problemnya, kalian sudah turun temurun di Indonesia, tapi cara berpikirnya masih Chinese. Banyak orang Indonesia yang mukanya seperti Chinese, tapi mereka tidak didiscriminasi. Warna kulit, jaman sekarang mudah dihitamkan. Waktu di Bali aku pakai Sun lotion dan berjemur setiap hari, jadi hitam ngelebihi orang Jawa. Sampai bapakku sendiri tidak percaya ngelihatnya. Mata bisa dioperasi, tapi otak susah. Kita harus mengambil sikap dan kerjain accordingly. Kalian orang Indonesia, period. Kalau tidak, orang Indonesia juga akan mikir begitu. Bangun negara ini seperti negaramu sendiri, baru mereka akan menerima kamu sebagai saudara. Kalian mesti ngerti bahwa orang Indonesia itu sebenarnya hatinya sabar dan baik. Kalau sudah ngalami hidup dinegara lain2 seperti saya selama lebih dari 40 tahun, baru tau bedanya. Dengerin orang2 asing yang pernah ke Indonesia, mereka bilang apa? Tapi orang baikpun akan marah kalau mereka kekurangan dan disedot terus. Share the wealth, then they will not bother you. Ingat, orang Jahudi sampai jaman Hitler nyedot terus tanpa ngasih.

      1. Tidur dulu baru mimpi! sudah 40 tahun dinegara lain? apa hebatnya? komentar seperti inilah yang disebut jurus “Jilat keatas, injak kebawah”,
        pake istilah asing “Share the wealth, then they will not bother you” itu namanya nyogok!
        Orang sudah jatuh, malah kamu timpa pakai tangga! Usia memang tidak menjamin orang menjadi lebih bijak.

  15. itu memang benar kami kturunan tionghua tidak di akui di RRC, tp kmi jg ga mngakui RRC negara kmi. china negara kejam dr zaman dinasti kmi tahu itu. perlu di ketahui kmi kturunan tionghua byk ragam dan bahasa yg beda2 ,sama sprti suku lain yg jg trbagi beragam bahasa. jgn salah kmi kturuan tionghua ga byk yg bs bhs mandarin bhkan gw sndri enggan utk bljr mndarin.

  16. saya kturunan tionghua , saat kjadian saya di kampung dan baru tahu ada tragedi ini pd thun 2012 pdhl saya msuk jkt dr thun 2006 smpai skrg sy mncapai fakta mncb tny kpd org2 pinggiran di jkt dan memang bner mrk byk gadis tionghua yg mnjd korban pmerkosaan bhkan yg msi brumur 12 th di di perkosa scr gilir. mndengarnya saja saya menangis.. andai itu trjadi pd adik saya mngkin dgn tgn saya sndri yg akn mnghabisi nyawa adik saya di hadapan mrk. tp kmi yakin karma berlaku mslh ini di perbesar jg ga akn dpt keadilan di dunia. kmi umat buddha tdk akn mndendam,mmbalas,kmi hny bs mndoakan agar pelaku2 tsb sadar en mngerti Tuhan itu adil.

  17. Gimana mau di telusuri dgn cepat, kalau kelompok provokator dan pelaku2 nya saja sudah dibakar hidup2 di beberapa pusat perbelanjaan.. Semua sudah dibungkam..

    Mudah mudahan saja semua masyarakat bisa belajar dari kasus itu..

  18. Memang berat tinggal di Indonesia yg penegakan hukumnya mandul, tidak hanya kaum Tionghoa atau minoritas lainnya, siapapun yg berseberangan dengan pemerintah atau aparat keamanan, terancam hidupnya di negeri ini.

    Mudahj-mudahan presiden baru Indonesia bisa menegakkan hukum di Indonesia dan otomatis perlindungan yg lebih baik bagi siapapun warganya.

    1. Memang, kaum minoritas di Indonesia masih mendapat tekanan. Bahkan untuk menjadi seorang pejabat saja, sangat susah untuk kaum minoritas.

      Apalagi untuk penyelesaian kasus Mei 1998 ini, terkesan kita yang ditumbalkan sebagai efek dari reformasi itu sendiri. Penulis tidak berani berharap banyak, apa kasus ini akan diselesaikan atau tidak. Masalahnya sekarang, orang Tionghoa saja (terutama generasi muda) hanya sampai pada SLOGAN “jangan lupakan sejarah”, atau “menolak lupa”; dan hanya itu yang diulang setiap tahun TANPA ADA AKSI NYATA. Apalagi kasus Mei 1998 itu, lebih condong ke PENCULIKAN AKTIVIS, bukan ke AKSI PEMBAKARAN dan PEMERKOSAAN terhadap etnis Tionghoa. Kenapa? karena dari etnis kita sendiri terkesan SUDAH MENGIKHLASKAN peristiwa tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah “bencana”. Mereka enggan untuk menuntut lebih jauh, terutama kasus pemerkosaan sampai mati, yang dianggap AIB KELUARGA; atau takut mendapat tekanan politik atau mungkin, takut mendapat kiriman pembunuh bayaran. Sedangkan dari etnis pribumi, terus menekan kasus ini dengan hilangnya nyawa belasan aktivis yang hingga sekarang masih tanda tanya.

      Jadi, kalau bicara peristiwa Mei 1998, ya penculikan aktivis, bukan KERUSUHAN yang mengakibatkan KEKERASAN PADA ETNIS TIONGHOA.

  19. Dari aroma-aromanya sih pelakunya gak hanya 1 orang bung jerry. Skenario menggerakkan massa terlalu simple jika hanya P saja yang menggerakkannya. Mestinya ada persetujuan atasan atau ada petinggi yang mem-backup nya. Jadi ada beberapa petinggi yang saling terkait, jika satunya sudah terbongkar, bisa terbongkar semuanya. Untuk itu kasus ini “diamankan” karena menyangkut stabilitas negara.

    Maksud kata “diamankan” adalah merahasiakan selama-lamanya, atau sampai semua petinggi yang terkait kasus 98 sudah mati, baru boleh dibuka/diusut; karena menurut info beberapa dari mereka sedang dalam memegang jabatan saat ini di dalam negeri (baik sipil maupun militer).

  20. gak ngerti ampe sekarang kenapa negara ini gak mau tuntaskan dalang kasus ini, jelas berati pelakunya punya power kuat entah kekuasaan entah money power.. kenapa pemerintah takut untuk mengungkap pelakunya? sudah 16 tahun belum terungkap..

    1. jawaban nya sederhana. pemerintah tidak membuka kejadian tersebut karena oknum-oknum yang berkaitan masih ada di “atas” dan menjabat..

  21. Selalu sedih mengingat peristiwa bersejarah ini, semoga dimasa depan bangsa kita bisa belajar untuk menjadi Lebih Baik lagi dalam melindungi warganya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?