Last Updated on 17 April 2021 by Herman Tan

Menurut sejarah, penganan Pempek mulai dikenal sejak abad ke 16 di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Saat itu Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam.

Nama Pempek atau biasa disebut ‘empek-empek‘ diyakini berasal dari sebutan ‘apek‘, yaitu sebutan untuk seorang lelaki tua (Paman) etnis Tionghoa dialek Hokkian.

Sejarah Penganan Pempek

Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang ‘apek’ berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) Melihat hal itu, Apek tersebut merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah (bahkan terkadang diabaikan saja) di Sungai Musi, namun belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, baru sebatas digoreng dan dipindang.

Pada awalnya pempek dibuat dari ikan belida. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru; sebuah penganan yang selain untuk dimakan sendiri juga dijual keliling dengan cara bersepeda.

Dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.

Pada perkembangannya, digunakan juga berbagai jenis ikan lainnya, seperti ikan putak, toman, tenggiri, gabus, kakap merah, tuna putih, dencis dsb. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota.

Awalnya makanan ini belum punya nama. Namun karena penjualnya dipanggil dengan sebutan ‘pek… apek‘, maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut, sebab singkong baru diperkenalkan oleh bangsa Portugis ke Indonesia pada abad ke 16, dan baru di budidayakan secara komersial pada tahun 1810. Pada saat itu, singkong digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan tepung tapioka.

Selain itu, sepeda (velocipede) baru mulai dikenal di Negara Perancis dan Jerman pada abad ke 18 (1700-an), dan Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir  pada tahun 1767.

Walaupun begitu, sangat mungkin pempek merupakan adaptasi langsung dari makanan Tiongkok pada saat itu.

Cara Pembuatan Pempek

Pempek Kapal Selam makanan tionghoa china

Pempek atau empek-empek adalah makanan khas kota Palembang yang terbuat dari ikan yang dihaluskan dan sagu (tepung olahan yang diperoleh dari pemrosesan pohon sagu; tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka), serta beberapa komposisi lain seperti telur, bawang putih halus, penyedap rasa dan garam.

Pempek biasanya disajikan dengan kuah atau sausnya. Kalau di Palembang campuran ini disebut cuko (cuka). Jenis pempek yang terkenal adalah ‘pempek kapal selam‘, yaitu telur ayam yang dibungkus dengan adonan pempek dan digoreng dalam minyak panas.

Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat, pempek kulit ikan, pempek pistel dan pempek keriting.

Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang. Pempek dijual di mana-mana di Palembang, mulai dari yang menjual di restoran, di pinggiran jalan, sampai di kantin sekolah dan tempat kerja.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?