Last Updated on 14 June 2022 by Herman Tan

Kita sudah tidak asing dengan istilah Pagoda (Hanzi : 塔 Pinyin : Tǎ). Bangunan bertingkat tinggi layaknya menara, dengan arsitektur khas Tiongkok.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa Pagoda; seperti pagoda Avalokitesvara di Semarang, yang diberi gelar Pagoda tertinggi di Indonesia oleh MURI. Kita juga pasti sering melihat bangunan ini muncul di film-film dan serial Tiongkok kolosal.

Pagoda tidak hanya ada di Tiongkok, tetapi juga ada di banyak Negara Asia lainnya, seperti Jepang, Korea, Malaysia, Singapore, dan Negara2 lainnya yang memiliki penduduk penganut agama Budha, termasuk Indonesia. Persebaran agama Budha yang meluas juga membawa dampak persebaran arsitektur.

Ternyata selain penampakannya yang cantik dan megah, Pagoda juga memiliki sejarah dan filosofi yang menarik untuk dipelajari. Yuk, simak sejarah dan filosofinya!

1. Sejarah Pagoda : ±2000 Tahun Yang Lalu!

Tampak Pagoda Ekayana, Tomohon, Sulawesi Utara. Pagoda sekaligus Vihara ini terletak di Kelurahan Kakaskasen II, Kecamatan Tomohon Utara. Pagoda ini berhadapan dengan pemandangan Gunung Lokon yang hijau dan asri (Foto ; dokumentasi pribadi, 2010)

Baca juga : Kelenteng : Asal Usul dan Berbagai Jenisnya

Seperti dikisahkan oleh China Through A Lens, Pagoda pada awalnya digunakan untuk menyimpan jasad (relik) Sakyamuni, pendiri ajaran Budha.

Setelah dikremasi, sisa tubuh Sakyamuni mengkristal menjadi bulir-bulir yang tak dapat dipecahkan; yang disebut sarira, atau di Indonesia lebih dikenal dengan RELIK.

Pagoda digunakan untuk menyimpan sisa-sisa jasad tubuh Biksu, para petinggi ajaran Budha, dan berbagai peninggalan Budha lainnya yang disucikan. Dalam bahasa Sansekerta, Pagoda berarti makam.

Namun di Tiongkok modern, seringkali sudah tidak dapat dijumpai peninggalan Budha di dalam pagoda, meskipun disebut pagoda sarira.

Kapan tepatnya istilah pagoda digunakan, masih menjadi misteri. Liang Sicheng, dalam bukunya yang berjudul “Pictorial History of Chinese Architecture”, mengemukakan teori bahwa istilah pagoda sebenarnya adalah kesalahan ucap bangsa Eropa terhadap istilah bahasa Mandarin; yakni 八角搭 (Bājiăo dā) yang dibaca ‘pa ciao ta’ dalam pengucapannya; yang bermakna bangunan persegi delapan, akan terdengar seperti ‘pagoda’ di telinga orang yang asing.

Pagoda menunjukkan hubungan antara arsitektur India dengan Tiongkok. Sebelum dikenal di Tiongkok, pagoda telah terlebih dahulu dikembangkan di India sebagai altar sesaji bagi leluhur. Tidak mengherankan, karena India memang 700 tahun lebih awal mengenal ajaran Budha ketimbang Tiongkok.

Pagoda memiliki karakteristik dan fungsi yang sama seperti stupa dalam ajaran agama Budha di India. Namun, Pagoda di Tiongkok mengalami perubahan struktur yang signifikan jika dibandingkan dengan stupa India.

Awalnya, pagoda di Tiongkok relatif kecil dibandingkan dengan stupa di India. Hal ini membuat Pagoda tidak dapat digunakan untuk upacara keagamaan, dan hanya bersifat simbolis saja.

Pagoda pertama di Tiongkok dibangun oleh Dinasti Han, sekitar tahun 68 Masehi. Pembangunan Pagoda ini dimaksudkan untuk menyebarkan ajaran Budha. Lokasinya terletak diantara Kuil Kuda Putih (白马寺), yang dibangun di dekat Luoyang, Provinsi Henan, pada masa pemerintahan Kaisar Ming (58-75 M) dari Dinasti Han Timur.

Pagoda ini dibangun dari kayu, dan berfungsi sebagai tempat tinggal para Biksu.

2. Struktur Pagoda : Jumlah Tingkatan, Bentuk, dan Bahan Pembuatan

Pagoda umumnya terbuat dari kayu, bata, atau batu. Masing-masing memiliki tingkat (ketinggian) yang berbeda, dan bisa mencapai 15 tingkat! Tingkatan-tingkatan ini biasanya berjumlah ganjil sesuai Fengshui Tiongkok. Bangunan Pagoda memiliki tangga sentral dengan berbagai macam bentuk.

Menurut New World Encyclopedia, pagoda dibagi menjadi 3 bagian utama :

• Pondasi
• Bangunan inti
• Atap khas yang mencuat ke atas, yang menyerupai pagoda mini

Ada pendapat lain, menurut studi.com, ada bagian ke-4, yakni “istana bawah tanah”, terletak di bawah pondasi. Britannica.com melansir bahwa dibagian bawah tanah ini, yang disebut juga Istana Naga’, atau ‘Gua Naga’ adalah tempat meletakkan sisa tubuh jenazah Biksu tertinggi yang sudah dikremasi dan berbagai peninggalan berharga.

Terkadang, bagian bawah tanah ini dihiasi dengan mural, seni melukis diatas dinding.

Struktur Pagoda Tiongkok
Tampak ilustrasi Pagoda beserta bagian-bagiannya (Ilustrasi : quod.lib.umich.edu)

Pagoda lebih berfungsi sebagai monumen. Karena itu, dalam Pagoda sangat minim ruang yang bisa digunakan beraktifitas. Namun, dalam perkembangannya, ruangan Pagoda dibuat semakin luas agar dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan keagamaan.

Pagoda Tiongkok pada awalnya dibuat dari kayu dan berbentuk persegi.

Namun, di awal abad ke-13, pagoda Tiongkok berubah arsitekturnya. Kebanyakan menjadi berbentuk segi-tujuh atau segi-delapan, dan dibuat dari batu bata. Ada juga yang dibuat berbentuk lingkaran, dan terbuat dari batu, keramik, perunggu, maupun besi.

Karena perbedaan bentuk ini, ukuran Pagoda menjadi semakin besar hingga bisa memungkinkan orang untuk beraktivitas di dalamnya. Dengan ukuran yang semakin besar,

Pagoda dapat berfungsi sebagaimana bangunan lainnya, dan tidak memerlukan lagi dukungan bangunan lain di sekelilingnya. Bahkan, 2 Pagoda sudah dapat berfungsi sebagai kuil.

Sebagian besar Pagoda Tiongkok yang terbuat dari kayu telah hancur karena kebakaran. Saat inj, masih ada sekitar 10.000 Pagoda yang tersebar di Tiongkok, yang kebanyakan terbuat dari bata atau batu.

Pagoda-pagoda ini biasanya dibangun di sekitar pegunungan dan jauh dari pemukiman warga.

3. Filosofi Pagoda : Makin Tinggi Tingkatnya, Makin Sulit Dicapai

Dalam sebuah postingan blog Tritunggal, penulis megungkapkan bahwa konsep bentuk Pagoda, yang semakin keatas semakin menyempit, adalah simbol bahwa semakin tinggi tingkat pencerahan seseorang, semakin sedikit keinginan duniawinya.

Hingga akhirnya, keinginan-keinginan tersebut hanya akan tertinggal satu saja (ujung Pagoda), yakni melayani Tuhannya.

Luas lantai pagoda yang semakin keatas semakin kecil juga adalah simbol dari jumlah manusia, yang semakin sedikit mencapai tingkat pencerahan (semakin tinggi), semakin sulit dicapai. Sementara para penjaga yang menjaga disetiap lantai tingkatan Pagoda, adalah simbol dari keinginan utama manusia, sesuai dengan tingkatan pencerahannya masing2.

Hal ini sejalan dengan ajaran agama Budha, dimana diajarkan untuk mengurangi keduniawian, dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dan berbuat baik jepada sesama.

Sementara itu, dalam postingannya, Sinar Dharma menjelaskan bahwa bentuk atap Pagoda yang merupakan setengah stupa, adalah simbolisasi Tiongkok, bahwa langit berbentuk bulat, dan bumi berbentuk persegi.

Ditambahkan pula, sebagai bentuk penghormatan kepada sang Budha, abu Budha yang semula berada di ruang bawah tanah (yang disebut ‘Gua Naga’ tadi, atau istana bawah tanah), dipindahkan ke puncak stupa atau puncak Pagoda (yang disebut Ta Sha), sebagai simbol diangkat dari tanah yang gelap dan dingin ke tempat yang tinggi.

Bangunan Pagoda yang tinggi seringkali mengakibatkan bangunannya terkena sambaran petir. Namun, hal ini justru menjadikan kepercayaan bahwa Pagoda merupakan bangunan suci yang ‘disentuh oleh langit’.

Tampak Pagoda Tian Ti, Jawa Timur dari kamera drone. Dari bentuk bangunannya, berkunjung ke Pagoda ini serasa berwisata ke Temple of Heaven di Beijing (sumber : Youtube @Dinar Ari Avianto)

Baca juga : 7 Instrumen Dalam Kelenteng

Enggrita Rosa Yuniana, dalam penelitiannya mengenai Pagoda Tian Ti di Surabaya, menemukan bahwa ada filosofi di setiap aspek pagoda :

1. Pagoda Tian Ti menghadap ke arah barat. Berdasarkan Fengshui, ini bertujuan untuk memberikan keberuntungan dan kenyamanan bagi orang yang mendatangi Pagoda.

2. Atap yang berbahan logam, mengandung filosofi tentang kepekaan perasaan. Sedangkan pemilihan jumlah atap, yakni 3 atap, berasal dari Fengshui Tiongkok yang mengajarkan bahwa angka ganjil membawa dampak positif bagi manusia, juga memiliki makna spiritual.

3. Pagoda Tian Ti juga memiliki tiang/pilar penopang yang berbentuk bulat, yang sesuai kepercayaan Tionghoa, memiliki tanda baik.

4. Pemilihan warna juga mengandung arti. Warna merah berarti keceriaan. Warna hijau berarti kemakmuran dan kesehatan. Warna emas berarti kebebasan dari kekhawatiran dunia. Warna biru berarti ketenangan, kesejukan, dan kecerdasan. Sedangkan pintu yang berwarna hitam bermakna membawa rejeki bagi pemilik bangunan.

5. Terdapat gambar Naga sebagai simbol keperkasaan, kemuliaan, kebanggaan, kekuatan, dan kesucian.

6. Simbol lain adalah kaktus, sebagai lambang pembawa keceriaan.

7. Pohon di sekitar Pagoda juga dimaksudkan untuk membawa dampak baik bagi manusia, dan juga sebagai sumber energi ‘chi’.

Dalam setiap Pagoda, terdapat ajaran Budha yang disimbolkan dalam ukiran, warna, maupun elemen pendukung lainnya. Sebuah cara menarik untuk memberikan pencerahan!

4. Pagoda Terkenal di Tiongkok

Ingin berkunjung ke Pagoda-Pagoda yang di Tiongkok? Tentu bingung mau memilih mengunjungi yang mana. Dari 10.000 pagoda, berikut ini 10 pagoda yang paling terkenal di Tiongkok menurut China Highlights :

1. Pagoda Kayu di Distrik Ying. Pagoda ini adalah pagoda dari kayu tertinggi di Tiongkok. Pagoda ini terdiri dari 9 tingkat dan tingginya mencapai 67,3 meter, serta memiliki diameter yang sangat besar, yakni 30,3 meter.

2. Pagoda Angsa Raksasa Liar. Pagoda yang terbuat dari batu bata ini terletak di dalam kuil Da Ci’en, di kompleks Xi An. Pagoda ini digunakan untuk menyimpan sutra dan sebagai tempat tinggal para penterjemah ajaran Budha klasik.

3. Pagoda Besi di Kuil Yougou, Kaifeng. Pagoda ini dibangun pada tahun 1049. Uniknya, Pagoda ini disebut sebagai pagoda besi, padahal sebenarnya Pagoda ini terbuat dari kayu. Hal ini karena pagoda ini warnanya mirip dengan besi.

4. 3 pagoda di biara Chongseng. Juga disebut Qianxun Pagoda (千寻塔). Pagoda yang berada di tengah merupakan salah satu Pagoda tertua di Tiongkok, yang berusia ±1.150 tahun. Sedangkan 2 pagoda yang lainnya merupakan tambahan, dan baru berusia ±100 tahun.

Alkisah diceritakan dalam Legenda Pai Suzhen, si ular putih di penjara dalam Pagoda. Pagoda Leifeng inilah pagoda yang dimaksud dalam cerita tersebut (Foto : commons.wikimedia.org)

5. Pagoda Leifeng, Hangzhou. Pagoda ini terkenal karena terkait dengan legenda Tiongkok yang telah akrab kita dengar, Legenda Ular Putih. Pagoda ini aslinya terbuat dari kayu, dan dibangun pada tahun 975. Namun, pada masa Dinasti Ming, Pagoda ini diserang dan dibakar.

Pada tahun 1924, pagoda ini benar-benar ambruk dan tidak terawat. Namun pada tahun 2001, Pagoda ini kembali dibangun ulang menggunakan bata dan tembaga.

Baca juga : Legenda Ular Putih (White Snake Legend)

6. Pagoda 6 Harmoni atau Liuhe. Pagoda yang terletak di dekat sungai Qiantang ini juga berfungsi untuk mengatasi masalah pasang surut di sungai tersebut.

7. Pagoda Bukit Harimau. Pagoda yang menjadi khas Distrik Suzhou ini berdiri setinggi 48 meter. Dibangun pada tahun 601, pagoda ini kembali direstorasi tahun 959 dan selesai pada tahun 961.

8. Pagoda Songyue. Pagoda ini terletak di Provinsi Henan. Keunikannya adalah, pagoda Songyue ini dibangun menggunakan bata yang direkatkan dengan bubur nasi dan lumpur kuning.

9. Pagoda Pelangi Terbang/Feihong. Seperti namanya, Pagoda ini memang berwarna-warni. Pagoda ini terdiri dari 13 tingkat dan memiliki tinggi 47,6 meyer.

10. Pagoda Stupa Putih Kuil Miaoying. Pagoda ini memiliki bentuk yang unik dan bergaya Tibet. Pagoda ini dibangun pada masa pemerintahan Genghis Khan. Saat direstorasi tahun 1978, ditemukan banyak koleksi patung Budha dalam pagoda ini.

5. Pagoda Terkenal di Indonesia

Siapa sangka, Pagoda Taman Alam Lumbini ini terletak di Brastagi, Sumatra Utara (Foto : Travelingyuk.com)

Jika belum bisa mengunjungi Tiongkok, di Indonesia pun juga terdapat pagoda-pagoda yang memiliki arsitektur khas Tiongkok beserta filosofinya.

Contohnya adalah Pagoda Avalokitesvara, yang dikelilingi patung Dewi Kwan Im. Selain itu ada Pagoda Taman Lumbini di Brastagi, Sumatra Utara. Pagoda ini berwarna emas dan memiliki arsitektur yang mirip dengan pagoda Shwedagon di Myanmar.

Baca juga : Ke Medan? Jangan Lupa Mampir ke 8 Objek Wisata Bernuansa Tiongkok Ini!

Salah satu contoh lagi adalah yang diulas filosofinya di atas, yakni pagoda Tian Ti di Surabaya.

Pagoda-pagoda di Indonesia ini merupakan indikasi kerukunan umat beragama di Indonesia, sehingga kita memiliki berbagai macam tempat ibadah.

Pagoda-pagoda ini juga boleh dikunjungi oleh umum, meskipun bukan penganut Budha. Masyarakat lokal juga sering menjadikan Pagoda sebagai tujuan wisata.

Karena arsitekturnya yang unik, Pagoda menjadi tempat favorit untuk mengambil gambar. Selain itu lingkungan pagoda yang asri juga cocok untuk duduk-duduk, sambil menikmati pemandangan dan udara segar.

Penutup

Ajaran Budha dan budaya Tiongkok memang penuh filosofi. Selain indah dipandang, juga menarik untuk dipelajari, bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan sehati-hari.

Filosofi dari setiap Pagoda akan berbeda, tergantung maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh perancangnya. Tiongkok kaya akan filosofi dalam setiap hal, termasuk dalam membuat bangunan.

Dalam filosofi2 ini terkandung maksud baik dan keinginan2 yang positif, agar semua makhluk berbahagia, seperti ajaran Budha.

By Nabilla Khudori

Saya seorang Head of Business Development di sebuah startup. Dengan menulis, saya dapat belajar dan berbagi pengalaman dengan khalayak. Memahami budaya Tionghoa menarik bagi saya yang lahir dan besar di lingkungan yang plural. Hal ini juga menjadikan saya memiliki banyak referensi mengenai budaya dan adat Tionghoa. Meskipun begitu, saya merasa masih harus belajar lebih untuk memahami budaya Tionghoa itu sendiri.

2 thoughts on “4 Hal Yang Harus Kamu Ketahui Pagoda : Sejarah, Arsitektur, dan Filosofinya!”
  1. The Three Pagodas of Chongsheng Temple in Dali, one of the earliest architectures in Yunnan province, enjoys a high reputation all over China. The main pagoda, called Qianxun Pagoda, stands in the center of these three pagodas. It is a 16-storied multieaved brick pagoda of 69.13 meters high, its plane is in the shape of a square with a width of 9.85 meters.

    The base of this pagoda consists two parts: the upper part is a 2.07-meter-high throne of Mount Sumeru and the lower part is 1.2 to 1.5 meters high surrounded by bluestone sideboards and balusters. On the eastern part of the pagoda, four vigorous and bold characters-YongZheng Shan Chuan (means “bless the country safe forever”)-are carved on the marble slab in the center of the wall. The body part is in the style of looping structure with the perpendicular inner walls perforating from top to bottom. The center of this pagoda is hollow and equipped with wooden stairs and floors for climbing up.

    The eaves of the pagoda are hanging-over style. The first story is relatively high, taking up almost one fifth of the total by 13.45 meters.

    The second story is 3 meters high and the height of the other stories above decreases from bottom to top. There is a carved shrine containing a white marble sitting Buddha statue at the center of each fa? ade of every story. Windows are opened at both southern and northern sides, through which sunshine and fresh air are able to come in. Besides, monolayer square pagodas are masoned at both sides on each layer.

    Similar to Lesser Wild Goose Pagoda in Xi’ an, the outline of them is in the shape of a curve, which is a typical feature among the pagodas built in the Tang dynasty. On the top of Qianxun Pagoda, four huge redpolls are located. It is said that dragons used to live in Dali. They always stirred up, bringing strong winds and rains to harm people. The only things that dragons are afraid of are pagodas and redpol1s. Therefore, people set up in Dali a pagoda with redpolls hanging on the top to drive dragons away. Since then, citizens in Dali were finally able to live in peace and contentment without being disturbed by dragons.

    Reference website:https://www.chinatraveltop.com/three-pagodas-in-dali-2/

  2. Pagoda tempat dikurungnya sun go kong, kemudian bertemu harimau yg memberi pertanyaan jika ingin keluar dari pagoda itu. Sun go kong waktu itu ditangkap erlang mata satu dan anjing khayangan dimasukkan ke dalam pagoda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?