Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan

Gelar BAO SHENG DA DI (保生大帝) atau dieja Pau Sen Ta Ti, merupakan singkatan dari “Wan Shou Wu Ji Bao Sheng Da Di” yang dianugerahkan kepada Da Di pada tahun 1425 oleh Ming Renzong (Kaisar Hongxi, 洪熙), Kaisar ke-4 dari Dinasti Ming (1368-1644).

Penjelasan singkat mengenai peristiwa ketika gelar itu diberikan, dapat dilihat dalam artikel berikut.

BAO SHENG DA DI (yang berarti Sang Maha Pelindung Kehidupan) adalah Dewa Penyembuhan atau Dewa Pengobatan yang terkenal di kalangan masyarakat Hokkian, dan lebih sering disebut “DAI TEY YA”.

Beliau biasanya dipuja oleh para tabib dan ahli obat-obatan di China (terutama di Fujian) dan Taiwan.

Hari kebesaran, atau hari ulang tahunnya (Sejid) dirayakan pada tanggal 15 bulan ke-3 kalender Imlek, dan terkadang juga dirayakan pada tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender Imlek.

BAO SHENG DA DI memiliki beberapa gelar kehormatan lainnya, yang diberikan oleh para Kaisar dari sepanjang perdinastian di China selama berabad2. Sebagai bentuk penghargaan atas bantuan dan pelayanannya yang luar biasa kepada keluarga kerajaan dan masyarakat. Gelar2 ini meliputi Wu Zhen Ren, Da Dao Hong, Hua Jiao Gong, dan En Zhu Gong.

A. Riwayat Hidup Da Di : Silsilah Keluarga

Pau Sen Ta Ti

BAO SHENG DA DI lahir di keluarga Wu 吳 dan diberi nama Tao 夲, dengan nama panggilan lain, Wu Ben (吳本), Hua Ji (華基), atau Yun Zhong (雲衷). Ia dilahirkan pada tanggal 15 bulan ke-3 kalender lunar di tahun 979, pada masa Dinasti Song (960-1279) di desa Bai Jiao Xiang, distrik Tong An, prefektur Quan Zhou, propinsi Fujian di China.

Menurut cerita, penduduk desa Bai Jiao Xiang (白礁鄉) merupakan keturunan Kaisar Tai Bo (泰伯) dari dinasti Zhou (1066 SM – 221 SM).

Selama turun temurun, leluhur DA DI sangat menanamkan nilai2 kebajikan dan perbuatan baik. Mereka selalu siap membanutu orang yang tertekan, menolong orang miskin, dan melakukan perbuatan yang berjasa.

Ayah DA DI yang bernama Wu Tong (吳通), dan ibunya nyonya Huang (黄月华; Huang Yuehua), sangat dihormati oleh penduduk desa, karena sifat hemat mereka dalam mengelola rumah tangga dan kemurahan hatinya dalam melakukan “Kungtek/Amal”.

B. Masa Kelahiran

Menurut banyak orang, proses kelahiran Wu Tao (DA DI) tidak seperti proses kelahiran kebanyakan orang.

Dikisahkan bahwa pada saat nyonya Huang melahirkan putranya, beliau mendapatkan penglihatan para utusan langit, seperti TAI BAI JIN SING, NAN LING SHI ZE, dan BEI DOU SING JUN, mengiringi seorang anak suci (yaitu Dewa ZI WEI SING JUN) yang berpindah ke dalam tubuh bayinya.

Tepat pada saat kelahirannya, terjadi beberapa fenomena yang luar biasa. Ruangan tempat beliau dilahirkan, dipenuhi dengan aroma surgawi, dan diterangi oleh sinar beragam warna.

Lapisan awan berwarna menjulang diatas rumah tersebut, dan suasana kebahagiaan melimpahi setiap sudut rumah. Ini merupakan pemandangan yang luar biasa, dan tentu saja merupakan suatu pertanda baik.

C. Masa Kecil : Anak Ajaib

Selama masa kecilnya, Wu Tao sangat pintar dan cerdas, gemar membaca dan belajar. Ia dikenal sebagai anak ajaib. Setelah besar dan memasuki sekolah, Ia membaca banyak sekali buku dari berbagai bidang.

Ia dapat mengingat apapun yang telah dibacanya, dan mempelajari tidak hanya ilmu perbintangan dan geografi, tetapi juga bidang ilmu yang berkaitan dengan tata cara dan upacara, musik, hukum, dan administrasi.

Karena sangat tertarik pada obat2a, Ia mencurahkan seluruh perhatiannya dalam penelitian medis, dan memberikan kontribusi yang sangat besar dan signifikan dalam ilmu pengobatan.

Ketika Wu Tao berusia 13 tahun, ayahnya, Wu Tong, jatuh sakit dan meninggal karena kesehatan yang buruk. Tak lama kemudian, Ibunya Huang kemudian menyusulnya karena kesedihan. Hal ini semakin membuatnya bercita-cita untuk semakin mendalami ilmu pengobatan.

D. Masa Muda : Pejabat Pemerintah

Menurut catatan, pada usia ke-17 Wu Tao secara tidak sengaja berjenalan dengan orang bijak dari Gunung Kun Lun, dan darinya Ia belajar rahasa ilmu Tao dalam pembuatan pil (丹, dān), bubuk obat-obatan, serta ajaran Tao (道) dalam mencapai pencerahan.

Ia telah menjadi pejabat pemerintah ketika berusia 20 tahun. Pada usia yang ke-24, Ia berhasil lulus dalam Ujian Kenegaraan (Imperial examination) tahap dua di tingkat propinsi (舉人, Juren), dan oleh karenanya dipilih oleh istana sebagai pejabat istana.

Ambisi terbesar dalam hidup yang ingin dicapai oleh Wu Tao adalah dapat melayani masyarakat dengan baik, dan menolong orang yang sakit, miskin, serta orang2 yang membutuhkan. Ia sangat baik dan penuh welas asih, tidak mengangap penting ketenaran, kekayaan, kekuasaan, dan jabatan.

Oleh karena itu, selama masa jabatannya sebagai pejabat istana, Ia sangat bersih dan tidak dapat disuap, penuh keadilan, dan jujur.

Catatan : Juren (舉人) adalah sebuah peringkat yang dicapai oleh orang2 yang lulus ujian Xiangshi di tingkat propinsi, dalam ujian kekaisaran China. Ini lebih tinggi dari shengyuan (生員), tetapi lebih rendah dari jinshi (進士) sebagai tingkatan tertinggi.

E. Masa Pensiun, Pertapaan, Pengembangan, dan Pencerahan

Wu Tao hanya menjabat sebagai pejabat pemerintah selama beberapa tahun. Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya, dan kembali ke kampung halamannya untuk menjalani hidup yang terpencil di wilayah timur gunung DA YAN DONG SHAN (大雁東山) di desa Bai Jiao Xiang (白礁鄉). Hal ini menandai titik balik penting dalam hidupnya.

Ia menjadi seorang vegetarian sejati, melakukan penyucian diri, dan berlatih “DAO”, yakni jalan menuju pencerahan. Ia mempelajari rahasia DAO tingkat tertinggi dengan penuh antusiasme. Wu Tao menggali dan mengembangkan kemampuan medisnya.

Pada suatu hari dalam perjalanannya selama berkelana, Wu Tao berpapasan dengan 4 pemanggul peti jenazah yang terbuat dari kayu lapuk, menandakan bahwa keluarga orang yang ada di dalam peti adalah orang miskin. Ia melihat ada darah yang menetes keluar dari peti kayu, dan berkesimpulan bahwa orang di dalam peti masih hidup.

Wu Tao pun menghentikan iring2an tersebut, kemudian memeriksa jasad berjenis kelamin wanita di dalam peti, yang ternyata baru saja melahirkan dan mengalami pendarahan.

Wanita itu dikeluarkan dari dalam peti dan dirawatnya hingga sembuh. Kejadian tersebut dengan cepat tersebar luas di masyarakat, dengan anggapan Wu Tao dapat menghidupkan kembali orang mati.

Kasus lain, saat itu permaisuri Kaisar Song Renzong (宋仁宗) sedang sakit, dan para tabib istana tidak dapat menyembuhkannya. Kaisar memanggil Wu Tao ke istana untuk memeriksa permaisurinya.

Karena ada larangan bagi masyarakat awam untuk menyentuh tubuh anggota keluarga kerajaan, Wu Tao memeriksa permaisuri melalui benang sutra yang diikat di pergelangan tangan.

Ia menulis resep obat untuk diminum, sehingga akhirnya permaisuri kembali sehat.

Saat kaisar bertanya hadiah apa yang diinginkan, Wu Tao menjawab, bahwa Ia ingin mengenakan jubah kebesaran Kaisar terdahulu (Xiandi, 先帝), yaitu Kaisar Song Zhenzong (宋真宗). Setelah memakainya, Kaisar Renzong berlutut, tetapi Wu Tao mencegahnya.

Dengan sepenuh hati, Ia melanjutkan kembali praktek medisnya di kampung halamannya, membuat resep obat yang sesuai dengan penyakit dan kondisi pasien. Pada saat yang sama, Ia juga menyibukkan dirinya sendiri dalam membuat “pil gaib” dalam menyembuhkan orang dari penyakit, serta menyelesaikan masalah dan kesulitan mereka.

Tidak terhitung jumlah pasien yang dirawat, disembuhkan, dan dipulihkan kesehatannya. Dengan demikian, Ia menjadi seorang yang penuh welas asih, dan seorang tabib dengan kemampuan medis yang hebat. Reputasi baiknya mulai tersebar luas di masyarakat.

Pada tanggal 2 bulan 5 tahun 1036 kalender lunar, Wu Tao berhasil mendapatkan DAO (JALAN) penyucian diri, dan mencapai tahap pencerahan. Beliau naik ke langit dengan menunggangi burung bangau putih. Ketika itu, Beliau berusia 58 tahun.

Semenjak saat itu, Wu Tao mulai dikenal sebagai Dewa Bao Sheng Da Di.

F. Penampakan “DA DI” Pasca Pencerahan

Terdapat bebeapa catatan mengenai penampakan DA DI setelah pencerahannya. Berikut beberapa kisahnya yang terkenal :

1. Mengendalikan Banjir di desa Bai Jiao Xiang

Pada suatu kesempatan, desa Bai Jiao Xiang (kampung halamannya) dilanda banjir besar. Arus air sangat kuat dan deras. Rumah2 penduduk hampir dihanyutkan.

Pada saat2 kritis, DA DI terlihat muncul dari langit dengan menunggangi burung bangau putih. Ia kemudian menggunakan kekuatan sucinya untuk mengendalikan banjir tersebut.

Dalam sekejap, air mulai surut. Seluruh isi desa akhirnya terselamatkan, tanpa menderita banyak kerusakan. Para penduduk desa sangat berterima kasih atas bantuan DA DI yang tepat pada waktunya.

Sebagai bentuk penghargaan mereka, maka dibangunlah sebuah kuil untuk menempatkan patung DA DI, dan penduduk desa bersembahyang dengan penuh ketulusan.

2. Membantu Pelarian Kaisar Song Gaozong dari Tahanan

Ketika Kaisar Dinasti Song Selatan (1127-1279) Zhao Gou (赵构) masih menjadi seorang pangeran, bangsa Jin (suku barbar dari wilayah utara China) menyerang China. Para prajurit Song gagal menghentikan serangan musuh. Kekaisaran Song kemudian mundur ke wilayah selatan, dan menyerukan gencatan senjata.

Mereka kemudian menyerahkan sang pangeran kepada bangsa Jin sebagai sandera.

Beberapa tahun kemudian, pada suatu malam, sang pangeran menemukan kesempatan untuk kabur di dalam kegelapan. Ia berlari secepat mungkin hingga tiba di kuil Cuizi.

Namun, Ia masih tidak dapat menemukan kuda untuk ditunggangi. Ditengah2 kecemasan dan ketakutannya, tiba2 terdengar suara ringkikan kuda dari teras kuil.

Sang pangeran pun akhirnya berhasil menemukan kuda tersebut, dan menungganginya secepat mungkin. Saat mencapai tepi sungai, para pengejar dengan cepat menyusulnya. Merasa sangat cemas dan tidak berdaya, Ia bersembahyang dengan sungguh2, memohon bantuan kepada Thian.

Hampir seketika itu pula doanya dikabulkan. Dari langit muncul pasukan prajurit langit yang membawa DA DI. Pasukan suci tersebut dengan cepat datang untuk membantu pangeran, dan menghentikan gerak musuh.

Sang pangeran segera memanfaatkan kesempatan ini, dan bergegas menyebrangi sungai tersebut, dan kembali ke Negaranya dengan selamat.

Beberapa waktu kemudian, sang pangeran naik tahta, dan menjadi Kaisar Song Gaozong (宋高宗), dan Ia akhirnya berhasil mengetahui bahwa DA DI lah yang menolongnya di saat2 kritis.

Untuk menunjukan rasa terima kasihnya, dikeluarkanlah dekrit kerajaan untuk membangun sebuah kuil, yang diberi nama DA DI, di desa Bai Jiao Xiang, serta secara teratur mengadakan ritual persembahyangan setiap tahunnya disana.

Kuil 白礁慈济宫 (Bái jiāo cí jì gōng), terletak di desa Baijiaoxing, distrik Jiaomei, Longhai, kota Zhangzhou, propinsi Fujian. didirikan untuk pemujaan Baosheng. Tempat itu mengalami kerusakan yang parah selama Revolusi Kebudayaan, dan dibangun kembali pada tahun 1991 dengan sumbangan dari orang2 Taiwan.

Kuil yang terletak di desa Bai Jiao Xiang ini menjadi kuil tertua untuk DA DI (tahun 1150).

3. Membantu Pertempuran Kaisar Ming Taizu

Selama periode peralihan akhir dinasti Yuan ke awal dinasti Ming (1368-1644) di China, Zhu Yuanzhang 朱元璋 (yang kemudian menjadi Kaisar dinasti Ming) berada dalam pertempuran melawan seorang Chen Youliang (陈友谅) di danau Payong. Selama pertempuran itu, badai besar meliputi danau tersebut.

Kapal perang Zhu dan pasukannya terluka para dikarenakan badai, dan Zhu dihadapkan kepada kekalahan di depan mata. Pada saat itu, DA DI tiba2 muncul dengan lapisan pelindung yang melambai di langit, mengubah arah badai tersebut, dan hal ini menyelamatkan Zhu dari kekalahan.

Zhu Yuanzhang pun berhasil mengalahkan musuh dan memenangkan pertempuran. Akhirnya, beliau pun berhasil mendirikan dinasti Ming, dan naik tahta sebagai Kaisar Ming Taizu 明太祖 di ibukota kekaisarannya di Nanking (sekarang Nanjing, Jiangsu).

Pada tahun 1371, Kaisar memberikan gelar kehormatan kepada DA DI “HAO TIAN YU SHI YI LING ZHEN JUN”, yang artinya Pejabat Besar Mulia dan Ahli Penyembuhan.

4. Menyembuhkan Penyakit Payudara Ratu Wen dari Ming Cengzu

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle 永樂帝 (bergelar Ming Cengzu) di tahun 1409, istrinya yang bernama Ratu Wen (Ratu Renxiaowen, 仁孝文皇后) menderita penyakit payudara yang serius (sekarang dikenal dengan istilah kanker payudara).

Semua tabib istana yang ada telah berusaha mengobati Ratu, tetapi sia2. Nasib mereka berada di ujung tanduk, apabila gagal mengobati sang Ratu.

Putra sang Ratu pun membuat pengumuman ke masyarakat, meminta agar semua tabib yang ahli di Negara itu untuk datang mengobati Sang Ratu. DA DI muncul dengan perwujudan sebagai seorang pendeta Tao, dan pergi ke istana untuk menawarkan bantuan. Sang Pangeran pun mengantarkan DA DI ke dalam kamar untuk menemui Sang Ratu.

Walaupun dalam hatinya Ratu bersedia menerima pengobatan, namun dia sangat malu dan enggan diobati oleh seorang pendeta, Untuk mengatasi rasa malu ini, DA DI kemudian berkata :

“Jangan khawatir, yang dibutuhkan hanyalah mengikatkan benang sutra di area yang terinfeksi. Saya hanya akan berdiri diluar pembatas, dan pasti bisa mendiagnosa penyakitnya”.

Sang Ratu pun menjadi ragu. Bagimana bisa seseorang bisa mengetahui apa penyakitnya, tanpa melihat dan menyentuh secara langsung? Dia pun ingin mencoba keahlian medis dari orang tersebut.

Jadi secara diam2, diperintahkannya pelayan untuk mengikat benang sutra tersebut pada kaki seekor kucing, dan meminta DA DI untuk melakukan diagnosis.

Setelah mendiagnosis dengan hati2, DA DI berkata, “Denyut nadi ini bukanlah denyut nadi beruang, maupun macan tutul. Ini pastilah denyut nadi kucing!

Masih belum sepenuhnya yakin kemampuan medis DA DI, sang Ratu pun diam2 kembali menyuruh pelayannya, untuk mengikatkan benang sutranya secara ke pegangan pintu, dan meminta DA DI untuk mendiagnosis sekali lagi.

Setelah mendiagnosis dengan hati-hati, DA DI kemudian berkata, “Benda ini karakteristiknya menyerupai kayu atau logam. Tidak mungkin merupakan denyut nadi manusia”.

Setelah kedua tes ini, sang Ratu sangat terkejut dengan ketepatan hasil diagnosis DA DI. Oleh sebab itu, ia akhirnya tidak merasa ragu lagi atas kemampuan medis dan pengobatan DA DI.

Sang Ratu pun kemudian mengikatkan tali sutra tersebut pada area yang terkena penyakit, dan membiarkan DA DI melakukan diagnosis. Dari hasil diagnosis DA DI yang teliti, dipastikan bahwa penyakit yang diderita Ratu adalah penyakit payudara, dan untuk itu diperlukan pengobatan akupuntur.

Namun, sang Ratu kembali bimbang. Ia tidak bersedia memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang terkena penyakit untuk pengobatan. DA DI kemudian berkata, “Tidak apa2. Saya dapat tetap berada di luar pembatas, dan menggunakan benang sutra untuk melakukan pengobatan akupuntur.

Pengobatan ini juga akan efektif. Sang Ratu pun menyetujui usulan tersebut, dan bersedia menerima pengobatan. Dan memang benar, penyakit payudara Ratu berhasil disernbuhkan.  Menyaksikan hal ini, sang Pangeran sangat berterima kasih kepada DA DI, karena telab menvelamatkan nyawa Ratu.

Oleh sebab itu, sebagai bentuk penghargaan, sang Pangeran ingin memberikan emas dan perak kepada DA DI, dan menawarkannya jabatan penting dalam istana.

Namun DA DI dengan sopan menolak hadiah dan tawaran tersebut, kemudian diam2 meninggalkan istana dan menghilang. Beberapa waktu kemudian, sang Pangeran berhasil mengetahui bahwa DA DI lah orang yang berpenampilan sebagai pendeta, dan datang untuk menyelamatkan nyawa sang Ratu.

Beberapa tahun kemudian sang Pangeran pun naik tahta sebagai Kaisar Hongxi 洪熙帝 (bergelar Ming Renzong).

Pada tahun 1425, sebagai Kaisar, beliau memberikan gelar “WAN SHOU WU JI BAO SHENG DA DI” kepada DA DI, yang berarti SANG MAHA PELINDUNG KEHIDUPAN TANPA BATAS USIA DAN TEMPAT.

Rekonstruksi dan perluasan besar2an dilakukan untuk mengubah kuil tua DA DI di distrik Tung An menjadi istana yang megah. Selain itu, jubah bergambar Naga juga diberikan untuk menghormati DA DI.

Demikianlah ceritanya bagaimana DA DI memperoleh gelar kehormatan “BAO SHENG DA DI”, dimana DA DI sendiri adalah gelar tertinggi yang dapat diberikan kepada seorang Dewa.

Sejak mencapai pencerahan, DA DI telah melewati masa berabad-abad, muncul berkali-kali di dunia ini, untuk menolong orang2 yang berada dalam kesulitan, melindungi Negara, dan memberkati orang2. Perbuatan berjasa DA DI akan senantiasa tercatat dalam sejarah, dan namanya akan dikenang selamanya.

Disalin dari buku Cerita Dewa-Dewi Tao BAO SHENG DA DI – PUTI. Dengan penyesuaian diksi dan penambahan informasi seperlunya.

Catatan : 

Artikel ini ditulis pada 12 April 2020, 20 bulan 3 Imlek 2571; Dengan harapan dan doa, agar semoga kita diberikan kesehatan yang baik, serta dijauhkan dari segala penyakit, terlebih khusus Negara Indonesia kita dan Negara2 lainnya di dunia, agar mampu mengatasi pandemi virus Covid-19 yang sedang melanda ini.

Kita tidak bisa marah dengan mereka yang masih keluar rumah, untuk bekerja karena kebutuhan hidup. Kita juga tidak bisa iri dengan mereka yang bisa #stayathome dengan nyamannya, karena perjuangan tiap orang dalam masa Covid-19 ini tidaklah sama.

Ada yang diberi KELEBIHAN MATERI untuk bisa #dirumahsaja. Ada juga yang TERSEOK-SEOK dengan segala kesulitan untuk bertahan hidup hika hanya #dirumahsaja.

Yang bisa kita lakukan adalah MENJAGA DIRI masing2 sebaik mungkin, dan tetap mengikuti anjuran memakai masker, minum vitamin, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain. Bukan MENJADI HAKIM bagi satu sama lain.

Sadarlah, bahwa kita sedang berada di BADAI YANG SAMA, namun TIDAK DIKAPAL YANG SAMA.

Biarlah masing2 kapal mencari jalan keluar dari badai ini. Berdoa dan berharaplah yang terbaik untuk setiap kapal, tanpa saling menghakimi. Tetaplah kuat iman dan imun, semangat menjalani hidup. Badai pasti berlalu. Pastikan THIAN ada dalam kapal Anda, dan memegang kendali atas kapal Anda.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

One thought on “Bao Sheng Da Di (Pau Sen Ta Ti), Sang Dewa Pengobatan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?