Last Updated on 15 August 2020 by Herman Tan

Dinasti Tang (pertama 618 – 600, lalu 705 – 907) atau Tang Chao 唐朝 adalah dinasti Tiongkok kuno yang menggantikan Dinasti sebelumnya, Dinasti Sui (581-618). Dinasti ini didirikan oleh keluarga Li (), yang mengambil alih kekuasaan setelah keruntuhan dinasti Sui. Dinasti Tang tercatat memiliki 21 Kaisar, dan berkuasa selama rentang waktu 289 tahun.

Keberlangsungan dinasti ini sempat terputus beberapa tahun, saat Maharani Wu Zetian 武則天 (yang kala itu berstatus janda permaisuri Li zhi 李治, Kaisar Tang Gaozong 唐高宗) mengambil alih tahta, dan memproklamirkan berdirinya Dinasti Zhou Kedua (690 – 705), dan menjadi satu-satunya Kaisar wanita dalam sejarah Tiongkok.

Dinasti yang ber-ibukota di Chang’an (sekarang Xi’an) didirikan oleh Li Yuan 李渊, yang bergelar Tang Gaozu 唐高祖. Dinasti Tang berkembang dengan budayanya selama lebih dari seabad, sebelum datangnya bencana alam dan terjadinya konflik dalam istana, yang perlahan membawa kemunduran.

Setelah Dinasti Tang runtuh, Tiongkok kembali terpecah-pecah, dan mengalami “periode berdarah” pada jaman Lima Dinasti Sepuluh Negara (907 – 960).

Baca juga : Periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan (907-960)

Dinasti Tang adalah salah satu dinasti yang paling makmur, dan merupakan kota terpadat kala itu (sekitar 50-80 juta penduduk) dalam sejarah Tiongkok. Periode ini merupakan masa keemasan puisi dan lukisan, dan terkenal dengan kerajinan tembikar tiga warnanya dan teknik percetakan balok kayu.

Pada era Tang, berbagai sekte Buddhisme Tiongkok bermunculan. Namun, Agama Buddha pada akhirnya akan ditindas oleh Negara, sehingga pengaruhnya sempat menurun. Meskipun dinasti dan pemerintah pusat mulai mengalami kemunduran pada awal abad ke-9, kesenian dan budaya mampu bertahan dan berkembang.

A. Fakta Tentang Dinasti Tang

Tembikar Warna
Tembikar Warna

• Pendiri Dinasti Tang adalah Li Yuan 李渊, yang bergelar Tang Gaozu 唐高祖, naik tahta dengan menggulingkan kekaisaran Sui.
• Ibukota Dinasti Tang adalah Chang’an (sekarang Xi’an), sementara Luoyang adalah ibukota selama masa pemerintahan Dinasti Zhou Kedua (690 – 705). oleh kaisar Wu Zetian 武則天.

• Dinasti ini memiliki satu-satunya kaisar wanita dalam sejarah Tiongkok, Wu Zetian.
• Dinasti Tang memiliki penyair terbaik.
• Setelah Dinasti Tang, periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan dimulai, akibat peperangan antar wilayah.

Baca juga : Tingkatan Selir Pada Masa Dinasti Tang

B. Era Pra Dinasti Tang (581 – 618)

Klan Dinasti Tang, keluarga Li, memiliki pasukan militer penting selama masa pemerintahan kerajaan Sui. Dalam periode terakhir kekaisaran Sui, rakyat membenci pengenaan pajak yang tinggi, kerja paksa dalam proyek besar, serta peperangan. Dinasti Sui di ujung kehancuran.

Pada Tahun 618, Kaisar terakhir Sui, Gong (Yang Tong) dipaksa melepaskan tahtanya. Li Yuan, yang merupakan gubernur wilayah yang sekarang bernama Shaanxi naik tahta, dan era Dinasti Tang pun dimulai.

C. Kaisar Tang Gaozu (618 – 626)

Kaisar Tang Gaozu, terlahir dengan nama Li Yuan, adalah pendiri Dinasti Tang. Sebelum tahun 618, Li Yuan menjadi gubernur Provinsi Shaanxi. Pada tahun 617, pemerintahan Sui mengalami kekacauan, dan seluruh negara berada dalam keadaan anarki.

Li Yuan pun bangkit dalam pemberontakan. Didukung oleh anaknya, Li Shimin 李世民 di Taiyuan, Shanxi. Pasukan mereka menduduki ibukota Chang’an (sekarang Xi’an). Pada tahun 618, Kaisar Gong dari Sui menyerahkan tahtanya, dan Li Yuan menjadi Kaisar Tang Gaozu 唐高祖.

D. Kaisar Taizong, a.k.a Li Shimin (626 – 649)

Tarian dan musik gaya Tang, pementasan yang menampilkan elemen Dinasti Tang
Tarian dan musik pada era Dinasti Tang juga masih ada hingga sekarang.

Li Shimin 李世民 yang bergelar Kaisar Tang Taizong 唐太宗, adalah anak kedua Kaisar Taizu. Ia membuat kontribusi besar dalam pemberontakan melawan pasukan Sui. Pada tahun 626, Ia membunuh 2 saudara lelakinya, dan kemudian naik tahta ketika Kaisar Taizu pensiun.

1. Peristiwa ini dikenal sebagai “Insiden Gerbang Xuanwu”

Insiden Gerbang Xuanwu (玄武门之变; Xuanwu men zhi bian) yang terjadi pada tahun 626, merupakan sebuah insiden yang merupakan puncak dari intrik klan Li pada pemerintahan Dinasti Tang. Kejadian ini melibatkan putra2 Kaisar Tang Gaozu (Li Yuan), yakni putra mahkota Li Jiancheng dan Li Shimin.

Li Jiancheng yang iri pada Li Shimin bermaksud untuk menghabisinya. Namun Li Shimin yang telah mencium rencana ini mengambil tindakan lebih dulu, dengan menyergap Li Jiancheng di sekitar gerbang kota Xuanwu, gerbang yang menuju ke istana Kaisar Gaozu. Disana, Li Shimin juga ikut membunuh adiknya Li Yuanji, karena mendukung Li Jiancheng.

Setelah itu, Dia mengirim pasukan ke istana untuk menghadap ayahnya. Di bawah intimidasi, Kaisar Gaozu pun menyerahkan status putra mahkota kepada anak lelaki satu2nya yang tersisa, Li Shimin. 2 bulan kemudian, sang Kaisar pun turun tahta, dan menyerahkan tahtanya pada putra keduanya itu.

Ketika Li Shimin menjadi Kaisar, 5 putra Li Jiancheng yang masih kecil2 juga turut dieksekusi, Ada idiom ungkapan Tiongkok kuno yang berbunyi, 斩草除根 (Zhan cao chu gen), yang artinya kira2, cabut rumput hingga ke akarnya (keturunannya), untuk menghindari masalah di kemudian hari.

Manuskrip naskah Dunhuang yang ditemukan di sebuah gua tertutup, oleh biarawan Taois Wang Yuanlu, pada 25 Juni 1900.

2. Legenda Dewa Pintu

Dalam manuskrip Dunhuang (catatan2 sejarah abad ke 5-11), ada salinan yang berjudul “Perjalanan Kaisar Taizong ke Alam Baka“. Diceritakan bahwa, suatu ketika Li Shimin pernah sakit keras, dan jiwanya sempat berkelana ke alam baka, dimana dia berjumpa dengan arwah kedua saudaranya yang ingin menuntut balas.

Mereka menuntut agar Li Shimin diinterogasi oleh Raja Yama (sang penguasa alam baka), dan dijebloskan ke dalam neraka. Namun kisah ini diragukan, dan hanya dianggap hasil rekayasa selama rezim Wu Zetian, untuk mendiskreditkan klan Li (pendiri Dinasti Tang) dan pendukungnya.

Namun legenda berkembang, dan menjadi cerita dari asal mula lukisan Dewa Pintu (门神). Konon untuk menghalangi hantu kedua saudaranya yang setiap malam bergentayangan mengganggunya, Li Shimin memerintahkan 2 jenderal seniornya, Yuchi Jingde dan Qin Qiong untuk berjaga di depan pintu kamarnya sepanjang hari.

Namun karena keterbatasan tenaga, keduanya tidak bisa berjaga tanpa henti sepanjang hari. Sebagai gantinya, dibuatlah lukisan yang menyerupai kedua jenderal itu, dan ditempelkan di sisi kanan dan kiri depan pintu kamar sang Kaisar. Tradisi ini masih dipraktekkan oleh orang2 Tionghoa di seluruh penjuru dunia (kebanyakan tinggal di klenteng2), untuk mencegah hal2 buruk masuk ke rumah.

Baca juga : Dewa Pintu (Men Shen)

3. Pejabat Konfusianisme

Ia memerintahkan agar pemerintah Tang menggunakan ujian negara (ujian kekaisaran) untuk memilih para sarjana Konfusius, yang kelak akan menjadi pejabat birokrasi. Ujian ini menguji kemampuan sastra dan pengetahuan akan kitab2 Konfusius para kandidat.

4. Kebangkitan Budhisme

Ia mendukung Budhisme dalam Dinasti Tang. Ia diketahui juga mendukung kepercayaan Kristen Nestorian (yang telah masuk saat itu oleh pedagang2 dari barat). Selama masa pemerintahannya, kerajaan makmur. Perdagangan Jalur Sutra berkembang, dan Kaisar Taizong menerima utusan2 asing di kota Chang’an.

Pada awal era Tang, penyebaran agama Buddha terbantu, dengan penemuan teknik cetak balok kayu. Berbagai Kitab dan doa2 Budha dicetak dan disebarluaskan kepada masyarakat.

Baca juga : 10 Fakta Dibalik Jalur Sutra Tiongkok

5. Kebijakan Diplomatik

Kaisar Taizong juga membuat aturan hukum, yang kelak akan menjadi contoh bagi era2 dinasti berikutnya, dan bahkan ke pemerintah negara lain seperti Korea dan Jepang.

Pada tahun 635, seorang Kristen Nestorian yang bernama Alopun pergi ke Chang’an. Kaisar Taizong mengijinkan ajaran agama (barat) tersebut di seluruh kerajaan, dan memerintahkan pembangunan sebuah gereja di Chang’an. Banyak orang menjadi pengikut Kristen Nestorian, dan gereja2 pun mulai dibangun di beberapa kota.

E. Pertengahan Era Dinasti Tang : Serangan Luar dan Perang Saudara

Dengan kekaisaran yang makmur dan pemerintahan yang stabil untuk sementara, ada masa2 yang relatif damai setelahnya. Chang’an menjadi salah satu kota terbesar di dunia. Bersamaan dengan kemakmuran dan urbanisasi masyarakat, seni dan sastra juga ikut berkembang.

Pada tahun-tahun ini, Dinasti Tang mencapai puncak kejayaannya, sebelum pemberontakan An Lushan yang meletus di tahun 756.

Peta kekaisaran Dinasti Tang (618-907)

F. Kaisar Tang Gaozong, a.k.a Li Zhi (649 – 683)

Li Zhi 李治 yang bergelar Kaisar Tang Gaozong 唐高宗 merupakan Kaisar ketiga pada garis klan Li, pendiri dinasti Tang, dan Wu Zetian adalah istri keduanya. Sejak tahun 660, Ratu Wu Zetian ikut mengurus kerajaan karena masalah kesehatan yang diderita sang Kaisar.

Pada tahun 683, kedua pangeran, Li Xian dan Li Dan mengambil tahta setelah ayah mereka, Kaisar Gaozong, mangkat. Mereka dikenal sebagai Kaisar Zhongzong (memerintah tahun 684, lalu pada 705-710) dan Kaisar Ruizong (memerintah tahun 684-690, lalu pada 710–712).

G. Lompatan Karir Permaisuri Wu Zetian (Selir > Permaisuri > Janda Permaisuri)

Selama masa pemerintahan Kaisar Tang Taizong, Wu Zetian (Wu Meiniang) hanyalah seorang selir biasa. Tapi kemudian Ia menikah dengan putra mahkota Li Zhi, setelah Taizong wafat.

Di sinilah kontroversinya dimulai. Ketika Kaisar Taizong meninggal karena sakit, putra tertuanya, Li Zhi, menggantikan kedudukannya menjadi kaisar (Kaisar Tang Gaozong). Karena usianya yang hanya 4 tahun lebih muda, kaisar muda Li Zhi ternyata menaruh hati pada Wu Meiniang, dan mengangkatnya menjadi selirnya.

Dalam lingkup istana, hal ini sebenarnya dianggap tabu/tidak pantas (dengan menikahi selir ayah sendiri, sekalipun usianya lebih muda).

Namun ada cerita, bahwa sebenarnya Li Zhi, yang telah mengenal Wu sejak kecil, dengan fakta bahwa Ibunya meninggal muda, dan sering diganggu sejak kecil, membuat beliau memerlukan sandaran dan sosok yang kuat dalam urusan mendampinginya dalam pemerintahan. Cinta dan persahabatan (orang yg dapat dipercayai) ini ada dalam diri Wu Meiniang.

Setelah menyingkirkan permaisuri dan selir Kaisar Gaozong, sesuai dengan tujuannya, Wu Zetian pun akhirnya mendapatkan posisi sebagai permaisuri baru Kaisar Li Zhi, yang bergelar Huanghou 皇后.

Baca juga : Tingkatan Selir Pada Masa Dinasti Tang

Ilustrasi Ratu Wu Zetian dan Kaisar Gaozong (Li Zhi) dalam memimpin rapat menteri bersama di aula istana. Hal ini dianggap tidak lazim pada jaman itu.

Baca juga : Wu Zetian, Kaisar Wanita Satu-satunya Di Masa Perdinastian Tiongkok

Pengaruh Wu Zetian mulai terasa di istana. Setiap kali diadakan pertemuan dewan, Wu Zetian berada di balik tirai di belakang Kaisar, sehingga masyarakat menyebut mereka “Dua orang Suci” (二聖, Er Sheng). Sepanjang sejarah perdinastian, tidak pernah ada cerita permaisuri ikut rapat dengan para Menteri di aula utama istana!

Meski Permaisuri berkuasa penuh atas istana (selain Kaisar), namun kekuasaannya terbatas pada prajurit penjaga istana, kasim, dayang2, dan budak2 di dalamnya. Istilahnya, hanya berkuasa di backyard (halaman belakang) istana. Mereka tidak bisa mencampuri urusan sipil, militer, dan politik (pejabat2 nya).

Pada tahun 656, atas pengaruh Wu Zetian dan abdi setianya, Kaisar Li Zhi memberikan hak pewaris tahta kepada anak pertama Wu Zetian, Li Hong. Namun, Putra Mahkota Li Hong berani menentang ibunya lantaran tindakannya yang kejam dan terlalu mencampuri urusan pemerintahan. Setelah pembangkangan tersebut, Li Hong meninggal mendadak.

Para sejarawan memercayai bahwa Wu meracuni Li Hong. Li Xián, putra kedua Wu Zetian, lantas dinobatkan sebagai pengganti putra mahkota yang baru. Namun karena dianggap tidak sabaran (ingin segera menggantikan sang ibu menjadi kaisar) akhirnya ia juga dicopot dari hak tersebut, dan digantikan adiknya, Li Zhe (kelak menjadi Kaisar Zhongzong).

Sang Kaisar (Li Zhi) pun mulai sakit-sakitan dan tidak kuat untuk melanjutkan memimpin. Banyak yang curiga bahwa penyakit Kaisar Li Zhi akibat diracun. Ia memberi mandat kepada Wu Zetian untuk menggantikannya mengurus kerajaan, dan bertindak sebagai Kaisar.

H. Kaisar Wu Zetian : Dinasti Zhou Kedua (690 – 705)

Pada tahun 683, Kaisar Li Zhi mangkat, dan Li Zhe naik takhta sebagai Kaisar Zhongzong, sesuai dengan hukum istana. Wu Zetian bertindak sebagai wali kekaisaran (bergelar Huang Taihou 皇太后) dan masih turut serta mengatur urusan pemerintahan. Namun karena tak patuh pada sang Ibu, Li Zhe juga digulingkan.

Putra termuda Wu Zetian, Li Dan, kemudian dinaikkan ke takhta sebagai Kaisar Ruizong, yang sebenarnya hanya boneka Wu Zetian, dan sejatinya lebih mirip tahanan istana ketimbang seorang kaisar.

Pada tahun 690, Wu Zetian menurunkan putranya sendiri, dan akhirnya menjadi penguasa penuh atas istana dan seluruh isi kerajaan. Ia mengganti nama dinastinya menjadi “Zhou”, dan dikenal dalam sejarah sebagai Dinasti Wu Zhou (690-705). Ibukotanya dipindah ke Luoyang.

Selama pemerintahan Wu Zetian, Ia membawa banyak reformasi untuk membuat Dinasti Zhou lebih kuat daripada Dinasti Tang. Pejabat-pejabat yang berani menentang Wu Zetian juga disingkirkan. Ada yang dibuang (diasingkan keluar ibukota), dipaksa bunuh diri dengan minum racun, dan dieksekusi gantung / penggal.

Pada tahun 705, karena sudah tua dan sudah sakit-sakitan, Wu Zetian pun dipaksa turun tahtam dan Li Xian, Kaisar Zhongzong (anaknya) menggantikannya, dan mengembalikan nama pemerintahan menjadi Dinasti Tang. Wu Zetian meninggal pada tahun itu juga, pada usia 81 tahun.

Mengenai bagaimana suasana Dinasti Tang (termasuk keadaan dalam istananya) kala itu, dapat pembaca tonton di serial film The Empress of China (2014), yang diperankan artis Fan Bingbing. Meski begitu, film ini terkesan “mengagungkan” Wu Zetian, dengan membelokkan sejarah.

Baca juga : Wu Zetian, Kaisar Wanita Satu-satunya Di Masa Perdinastian Tiongkok

I. Kaisar Xuanzong (712 – 762)

Pemandian air panas Huaqing, pemandian kerajaan yang terkenal pada jaman Dinasti Tang
Pemandian air panas Huaqing, pemandian kerajaan yang terkenal pada jaman Dinasti Tang.

Pada tahun 710, setelah menjabat 5 tahun sebagai kaisar Dinasti Tang yang baru, Li Xian, Kaisar Zhongzong mangkat, dan diduga diracuni oleh Permaisuri Wei, istrinya. Adiknya Li Dan, melakukan kudeta pada putra mahkota Li Chongmao, yang kala itu masih berusia 16 tahun. Li Dan pun resmi menjadi kaisar selanjutnya, yang bergelar Kaisar Ruizong.

Namun Ia memutuskan untuk “pensiun dini”, setelah menjabat selama 2 tahun. Pada tahun 712,  Ia menyerahkan tahtanya kepada sang putra mahkota, Li Longji, yang bergelar Kaisar Xuanzong. Meski begitu, dia masih mempertahankan banyak kendali dalam pemerintahannya, sebagai 太上皇 (Tàishànghuáng), sampai kematiannya pada tahun 716.

Secara resmi, Kaisar Xuanzong adalah kaisar ketujuh Tang. Pada awal pemerintahannya, Ia membawa Dinasti Tang pada masa keemasan. Diperkirakan bahwa kala itu adalah masa2 kejayaan syair Tiongkok. Li Bai dan Du Fu dianggap sebagai 2 penyair terhebat Tiongkok yang hidup pada masa awal dan pertengahan Dinasti Tang.

Namun, pada akhir masa kekuasaan, Kaisar Xuanzong tidak begitu memperhatikan negara, dan terlalu mempercayai pejabat bawahannya. Kemunduran Dinasti Tang dimulai setelah terjadinya Pemberontakan An Lushan.

J. Dekade2 Terakhir Dinasti Tang (Akhir 700 an – 907)

1. Serangan Dari Luar

Pada tahun 751, orang2 Arab mencoba untuk mengekspansi wilayah kerajaannya, dengan datang menyerang dari arah barat. Mereka mengalahkan pasukan Tang pada pertempuran di Talas (perbatasan sebelah barat).

Pada tahun 751 dan 754, kerajaan Nanzhao yang kaya dan kuat, yang berpusat di wilayah selatan, yang sekarang merupakan Provinsi Yunnan, dikalahkan 2 kali oleh pasukan Tang. Namun pada tahun 829, pasukan mereka akhirnya berhasil merebut kota Chengdu di Sichuan.

2. Perang Sipil

Pada tahun 755, Pemberontakan An Lushan muncul. An Lushan adalah jenderal besar pasukan Tang. Ia memiliki ras keturunan Asia Tengah. Ia memberontak pada tahun 755, dan merebut Luoyang, salah satu kota besar wilayah Tang. Tak lama kemudian dia dan pasukannya menduduki ibukota Chang’an. Kaisar Xuanzong kala itu terpaksa melarikan diri keluar kota.

Namun pasukan Tang merebut kembali kota2 tersebut setahun berikutnya. Tak lama setelahnya, An Lushan terbunuh. Meski begitu, pemberontakan internal yang telah berlangsung selama 8 tahun tersebut (berakhir pada tahun 763) telah melemahkan kerajaan.

Setelah perang yang pada pertengahan 700-an diatas, kekuatan Dinasti Tang menurun. Meskipun penguasa dinasti klan Li berhasil mengambil kembali ibukota Chang’an dan mengusir orang2 Tibet, para penguasa2 lokal (gubernur) telah memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menandingi pemerintahan Tang.

Kala itu, banyak wilayah menjadi lebih otonomi (dikuasai oleh gubernur setempat, setingkat adipati). Kekaisaran pun berakhir dalam kondisi bencana alam, kekalahan, dan pemberontakan sipil.

Tembok kota Xi’an

3. Serangan Tibet

Pada tahun 763, memanfaatkan momentum pemberontakan lokal An Lushan, kerajaan Tibet menyerang kerajaan Tang, dan sempat menduduki wilayah yang luas di bagian utara, termasuk ibukota Chang’an.

4. Bencana Alam

Pada tahun 858, Kanal Besar mengalami banjir besar, dan ,menggenangi sebagian besar wilayah di bagian utara Tiongkok.

Tahun 873, kekeringan dan kelaparan yang mengerikan terjadi, dan tak hanya melanda wilayah kekaisaran Tang, namun juga hingga seluruh daratan Eurasia, selama periode iklim dingin dan kering. Era yang singkat ini dianggap mirip dengan Jaman Es Kecil yang terjadi di tahun 1600.

Saat bencana itu, hasil produksi pertanian turun lebih dari setengahnya. Banyak rakyat dan hewan ternak kelaparan karena stok bahan pangan menipis, sementara pemerintah tidak berbuat apa-apa.

5. Pemberontakan Rakyat

Pada tahun 874, pemberontakan petani besar, yang disebut Pemberontakan Huang Chao terjadi. Rakyat yang berhasil bertahan dari bencana banjir dan kelaparan bangkit melawan pemerintah. Dua kota utama, Chang’an dan Luoyang direbut, dan dinasti menjadi lemah.

Pada tajun 904, Kaisar Ai (904-907, kaisar Tang terakhir) dipilih untuk menjadi pemimpin boneka oleh gubernur militer, Zhu Wen. Lalu pada tahun 907, Kaisar Ai dipaksa turun tahta. Zhu Wen pun naik tahta, dan mengganti nama kekaisaran yang tersisa, menjadi Dinasti Liang Akhir (laiknya Negara kecil, berdiri hingga 923).

Dengan runtuhnya Dinasti Tang, Tiongkok kembali terjerumus dalam periode penuh konflik dan perang saudara, yang dikenal dalam sejarah sebagai periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan.

Baca juga : Periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan (907-960)

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?