Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan

Jawa Timur merupakan provinsi di Pulau Jawa yang menyimpan banyak kekayaan alam. Tak heran jika banyak wisata alam menarik di provinsi ini, pasalnya Jawa Timur merupakan provinsi terluas di Pulau Jawa. Ada beberapa kota yang mempunyai banyak tujuan wisata, sebut saja Malang, Surabaya, dan Banyuwangi.

Mungkin Anda sudah sering mendengar tentang objek wisata Gunung Bromo, Pantai Kenjeran, atau Batu Malang. Namun apakah Anda sering mengunjungi tempat wisata bernuansa religi di Jawa Timur?

Padahal sebenarnya ada banyak objek wisata religi, khususnya Tionghoa, yang menarik untuk dikunjungi. Berikut ini merupakan rekomendasi tempat wisata bernuansa Tionghoa di Jawa Timur yang wajib Anda kunjungi.

1. Kya Kya Surabaya

Pernah mendengar pecinan? Banyak kota di Indonesia memiliki kawasan pecinan, salah satunya Kota Surabaya ini. Kya Kya Surabaya merupakan sebuah kawasan pecinan Kota Surabaya yang berada di Jalan Kembang Jepun, Bongkaran, Pabean, Cantikan, Surabaya.

Jika dari Kota Surabaya, Anda bisa melalui Jalan Undaan Kulon, lalu menuju ke Jalan Kembang Jepun. Ada pasar malam di kawasan ini. Sepanjang jalan banyak kios-kios yang menjual berbagai macam makanan, baik makanan khas Surabaya, khas Tionghoa, maupun nusantara.

Tampak gerbang Kya Kya Surabaya (foto : static.panoramio.com)

Menariknya, Anda akan disuguhkan arsitektur khas Tionghoa di sepanjang jalan. Pada hari-hari tertentu, Anda bisa melihat pementasan budaya, seperti musik keroncong, festival ngamen, barongsai, tari ngremo bocah, musik klasik Tionghoa, hingga rangkaian perayaan ulang tahun Kota Surabaya.

Selain itu, terdapat juga beberapa acara tematik yang digelar, seperti Shanghai Night, Dancing on The Street, Agoestoesan Tjap Kya-kya Kembang Djepoenserta Mystical Night, Festival Bulan Purnama, dan masih banyak lainnya.

Dulunya, Kya Kya Surabaya merupakan sebuah pasar malam dan salah satu pusat bisnis di Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya sempat berkeinginan untuk menjadikan Kya Kya atau kawasan Kembang Jepung menjadi seperti Malioboro.

Akhirnya Kya Kya Surabaya secara resmi dibuka pada 31 Mei 2003, bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Surabaya saat itu.

2. Masjid Muhammad Cheng Ho di Kota Surabaya

Apabila dilihat secara sepintas, masjid ini memang menyerupai klenteng. Masjid Muhammad Cheng Ho ini didominasi warna merah darah, hijau, serta akses kuning yang diidentik dengan bangunan klenteng. Anda bisa melihat berbagai ornamen khas umat muslim di dalam bangunan yang menyerupai klenteng tersebut.

Masjid ini dibangun dengan perpaduan nuansa Tiongkok dan Arab. Pintu masjid ini menyerupai bentuk pagoda. Bahkan ada juga relief naga dan patung singa dari lilin serta lafaz Allah di dalam huruf Arab yang berada di puncak pagoda. Kemudian pada sisi kiri bangunan terdapat beduk sebagai pelengkap dari masjid.

Tampak gaya arsitektur Tiongkok pada masjid Cheng Ho Surabaya (foto : ksmtour.com)

Apabila Anda tertarik ingin ke masjid ini, Anda bisa menuju ke Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya. Apabila dari Stasiun Surabaya Gubeng, Anda bisa melewati Jalan Kusuma, lalu ke Jalan Gading. Jaraknya sekitar 1000 meter dari Gedung Balaikota Surabaya.

Masjid ini dibangun atas prakarsa penasehat, para sesepuh, pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur, pengurus PITI, dan tokoh masyarakat Tionghoa di Kota Surabaya. Masjid ini diresmikan pada 13 Oktober 2002, setelah pembangunan berjalan selama satu tahun.

Nama masjid ini sebenarnya merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, seorang Laksamana asal Tiongkok yang beragama Islam. Saat berada di Kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho tidak hanya berdagang dan menjalin persahabatan saja, namun ia juga menyebarkan ajaran agama Islam.

3. Klenteng Sanggar Agung

Klenteng ini juga dikenal dengan nama Klenteng Hong San Tang. Sejak tahun 1999, klenteng ini telah menjadi lokasi ibadah bagi para pemeluk ajaran Tridharma.

Anda bisa menemui Klenteng Sanggar Agung di Jalan Sukolilo nomor 100, Pantai Ria Kenjeran, Surabaya. Dari Kota Surabaya, Anda bisa melalui Jalan Kenjeran, lalu menuju ke Jalan Pantai Ria Kenjeran.

Tampak patung Dewi Kwan Im berdiri setinggi 20 meter (foto : agentwisatabromo.com)

Yang menarik dari tempat ini adalah terdapat Patung Dewi Kwan Im dengan tinggi 20 meter yang tepat berada di tepi dan menghadap laut.

Ciri khas dari klenteng ini adalah sebuah patung Kwan Im setinggi 20 meter yang terletak di tepi laut. Tujuan utama dari dibangunnya Klenteng ini adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa (南海觀世音菩薩).

Patung ini dibangun setelah seorang umat Sanggar Agung melihat sesosok wanita berjubah putih berjalan di atas air pada saat ia sedang menutup klenteng ini di malam hari.

Dipercaya bahwa penampakan yang terjadi tersebut adalah sebagai penampakan dari Kwan Im sendiri, sementara ikon utama dari Klenteng Sanggar Agung adalah patung Phra Phrom (Si Mian Fo; 四面佛) raksasa yang dilapisi emas murni.

4. Patung Kongco Kwan Kong

Patung Dewa Kwan Kong atau Guan Yu (關羽) merupakan patung setinggi 30 meter yang akan mencatatkan rekor sebagai patung tertinggi di lingkungan klenteng se-Asia Tenggara.

Patung ini akan mengalahkan patung Dewi Kwan Im di Pematang Siantar, Sumatera Utara, yang saat ini masih menjadi patung tertinggi di daerah klenteng se-Asia Tenggara.

Tampak proses pembangunan Patung Kwan Kong pada 2016 lalu (foto : jawapos.com)

Pembangunan patung panglima perang ini dimulai pada September 2015 lalu. Pembangunannya memakan waktu setahun dengan dana Rp 2,5 miliar.

Jika dilihat dari tinggi dan bentuknya, patung ini memang tidak hanya menjadi kelengkapan ibadah saja, namun juga menjadi salah satu ikon dari Kota Tuban bersama dengan pagoda.

Tampak 2 perempuan yang berkerudung sedang berselfie di depan patung Kwan Kong (foto : tubankab.go.id)

Menariknya lagi, jika dilihat dari Laut Jawa, maka patung dan pagoda ini akan terlihat seperti mercusuar. Bangunan ini juga akan menjadi penanda bagi para awak kapal bahwa mereka sudah melihat daratan Bumi Wali.

Patung tertinggi se Indonesia (dan Asia Tenggara) ini juga sudah resmi tercatat dalam Museum Rekor Indoensia (MURI).

Baca juga : Inilah Patung Guan Yu Terbaru Yang Dibuat Seberat 1320 Ton!

5. Masjid Muhammad Cheng Ho di Banyuwangi

Tidak hanya Kota Surabaya saja yang memiliki Masjid Muhammad Cheng Ho, namun Kota Banyuwangi juga mempunyai. Masjid ini berada di kawasan Sumberrejo. Bahkan masjid ini juga memiliki pondok pesantren. Sesuai dengan namanya, seluruh bangunan masjid ini bergaya Tionghoa.

Apabila dilihat dari kejauhan, masjid ini memang tampak seperti kelenteng, dengan warna merah dan kuning yang mendominasi. Banyak yang merasa heran mengapa nuansa Islam dan Tionghoa bisa dicampur pada masjid ini.

Belum banyak masyarakat yang tahu bahwa jauh sebelum Kerajaan Hindu Blambangan berdiri, penduduk Banyuwangi memang telah mengenal Islam dari ajaran yang dibawa oleh pedagang asal Timur Tengah dan juga Tiongkok.

Beliau adalah Laksamana Cheng Ho, pelaut Muslim asal Yunan, Tiongkok, yang melakukan penjelajahan pada tahun 1405 sampai 1433.

Tampak gaya arsitektur khas Tiongkok yang terdapat pada Masjid Muhammad Cheng Ho di Banyuwangi

Ia merupakan orang kepercayaan Kaisar Ke 3 Dinasti Ming, Kaisar Yongle, untuk melakukan pelayaran guna memetakan wilayah yang sekiranya bisa dijadikan kekuasaan. Sepanjang hayatnya, Laksamana Cheng Ho memang telah melakukan tujuh kali pelayaran, termasuk di Indonesia.

Saat berada di Indonesia, ia sempat berlabuh di Jawa, Palembang dan Sumatera. Di sela kegiatan berlayarnya, ia aktif menyebarkan ajaran Islam, meski sebagian besar awal kapalnya menganut agama Buddha dan Tao.

Masjid ini baru diresmikan pada tahun 2016, namun Masjid Muhammad Cheng Ho ini merupakan satu dari sepuluh masjid di Indonesia yang dibangun oleh Persatuan lslam Tionghoa lndonesia dengan tujuan sebagai penanda sejarah penyebaran Islam yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho.

6. Klenteng Kwan Sing Bio

Bisa dibilang bahwa klenteng ini merupakan salah satu klenteng yang cukup ramai dikunjungi di wilayah Jawa Timur. Tidak hanya warga lokal saja yang sering berkunjung, namun turis asing pun juga berdatangan ke klenteng ini.

Klenteng ini merupakan salah satu dari dua kelenteng di Indonesia yang menghadap laut bebas (satunya lagi, Hong San Bio yang ada di Gorontalo), artinya bahwa klenteng ini memiliki kekuatan yang cukup tinggi, bahkan keramat. Cerita yang beredar, beberapa orang yang berdoa di sini sering dikabulkan permintaannya.

Tampak depan Klenteng Kwan Sing Bio Tuban pada malam hari (foto : kwansingbiotuban.com)

Cerita ini lah yang membuat banyak orang datang ke Klenteng Kwan Sing Bio. Klenteng yang berada di Tuban ini memiliki sejarah tersendiri saat hendak dibangun. Konon katanya, dahulu kala terdapat kelenteng yang berada di Kecamatan Tambakboyo, sekitar 30 kilometer arah barat Kota Tuban.

Suatu saat para pengurus kelenteng tersebut berencana akan memindahkan arca Kwan Kong menuju daerah Kota Surabaya melalui jalur laut. Namun pada saat berada di perairan Tuban, kapal malah kandas menghantam karang. Akhirnya berbagai upaya dilakukan untuk menarik kapal tersebut.

Namun sayangnya tidak berhasil. Hingga akhirnya muncul petunjuk untuk membangun klenteng darurat di Pantai Tuban tersebut. Biasanya para pengunjung yang mampir ke klenteng ini akan mampir ke laut yang ada di depan klenteng juga.

Asyiknya lagi, para pengunjung bisa bermalam di klenteng karena telah disediakan tempat menginap gratis yang bisa menampung ribuan pengunjung.

7. Vihara Bodhigiri

Vihara Bodhigiri atau Panti Semedi Balerejo yang terletak di Blitar, Jawa Timur ini merupakan salah satu tempat ibadah dan meditasi yang ditujukan bagi umat Buddha. Dengan hawa sejuk dan pemandangan yang sangat indah, Anda bisa menikmati suasana di tempat ini.

Menurut pengurus di vihara ini, sebenarnya umat Buddha tidak terlalu banyak melakukan ritual di tempat ini. Namun Vihara Bodhigiri lebih sering digunakan untuk latihan meditasi, baik mengendalikan pikiran, ucapan, maupun perbuatan.

Meditasi ini merupakan perilaku utama dalam menghayati ajaran Sang Buddha. Banyak umat Buddha mengikuti meditasi ini pada bulan Juli hingga Oktober setiap tahunnya.

Tampak lokasi Vihara Bodhigiri, Blitar dari kejauhan (foto : bodhigiri.com)

Vihara yang berada pada ketinggian 550 meter di atas permukaan laut dengan luas mencapai 60.000 meter persegi ini memang menawarkan sebuah tempat yang sangat nyaman untuk dikunjungi.

Bisa dibilang nyaman karena jauh dari kebisingan perkotaan, berada di lingkungan bersih, dan bangunan arsitektur yang menarik. Ada banyak ruangan kecil yang bisa digunakan untuk bermeditasi.

Setelah Anda melewati pintu masuk gerbang yang disebut dengan nama Gerbang Kebebasan, maka Anda bisa melihat Tugu Asoka, sebuah pilar dengan pucuk berbentuk empat kepala singa yang berdiri membelakangi satu sama lain.

Kemudian melihat stupa, sebuah tempat untuk menyimpan sisa-sisa jasmani para Arrahat (relik) atau para suci Buddha dan orang-orang yang telah berjasa bagi Vihara Bodhigiri/Panti Semedi Balerejo.

Tak hanya itu saja, Anda juga bisa melihat Relief Jaya Manggala Gatha, sebuah relief delapan kemenangan Buddha, atau kemenangan yang tidak akan menimbulkan pengorbanan atau permusuhan.

8. Patung Buddha Tidur di Mojokerto

Pernah melihat patung Buddha Tidur (sleeping Buddha) di Thailand? Anda tidak perlu jauh-jauh ke sana. Di Mojokerto juga ada, tepatnya berada di Maha Vihara Mojopahit, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Sebagai info, patung Buddha tidur ini merupakan patung terbesar ketiga di dunia setelah Thailand dan Nepal!

Tampak patung sleeping Buddha yang ada di Mojokerto. Jauh2 ke Thailand, ternyata di Indonesia juga ada.

Memang jika dilihat dari bentuk, patung dengan panjang 22 meter; lebar 6 meter; dan tinggi 4,5 meter ini menyerupai patung Buddha Tidur yang ada di Thailand, baik dari warna maupun ukurannya. Namun pose patung ini terkesan lebih rileks jika dibandingkan dengan patung aslinya. Harga tiket masuknya? Cuma noceng doang 🙂

Bonus : Foto klenteng Hong San Bio Gorontalo

Kelenteng Hong San Bio (dengan altar Thian Shang Seng Mu sebagai tuan rumahnya) yang menghadap langsung ke laut (foto : grandqhotelgorontalo.com)

Itu tadi beberapa rekomendasi tempat wisata bernuansa Tionghoa di Jawa Timur yang bisa Anda kunjungi. Bagaimana, berminat untuk mengunjungi?

Selain untuk beribadah, Anda bisa ke tempat ini untuk sekedar berwisata maupun belajar sejarah, sehingga tidak ada salahnya Anda berkunjung ke berbagai objek wisata bernuansa Tionghoa di Jawa Timur, walau tidak menjalankan ibadah. Objek wisata yang menarik tidak selalu di alam bukan?

Selamat berlibur!

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?