Last Updated on 3 April 2022 by Herman Tan Manado
Beberapa pembaca Tionghoa.INFO ada yang bertanya, kapan waktu terbaik melakukan sembahyang Cengbeng atau ziarah kubur?
Menjelang bulan April, biasanya banyak masyarakat Tionghoa yang bertanya2, apakah ada tanggal baik, atau kapan waktu yang baik untuk mengunjungi kuburan/makam orang2 yang mereka cintai selama musim perayaan Cengbeng?
Sebagai info, Cengbeng (atau Cembeng, dialek Hokkian) atau Qing Ming (清明) adalah HARI ZIARAH KUBURAN orangtua/leluhur tahunan bagi masyarakat etnis Tionghoa. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya.
Tujuan utama dari perayaan Cengbeng ini sendiri adalah agar anggota keluarga besar, kerabat dekat, dan anak2 bisa berkumpul bersama, dengan demikian hubungan kekeluargaan semakin erat terjalin!
Kenapa harus tanggal 4 atau 5 April? Karena hal ini mengacu pada salah satu dari 24 posisi matahari (节气; jieqi) yang dalam perhitungannya jatuh setiap tanggal 4-5 April.
Pada hari ini, cahaya matahari akan bersinar paling terang, sehingga cuaca menjadi terasa lebih hangat dari hari2 biasanya. Saat2 inilah yang dianggap orang2 Tiongkok cocok untuk melakukan perjalanan ziarah kubur.
Apalagi kuburan orang2 dulu biasanya diatas gunung, yang akan sulit diakses apabila jalanan becek dan hujan. Selain itu, dupa, lilin, dan kertas2 sembahyang juga tidak akan terbakar jika terkena air atau angin.
Warga Tionghoa biasanya akan datang ke kuburan orang tua dan leluhur untuk membersihkannya (扫墓, Saomu, menyapu makam), serta sekaligus bersembahyang di makam tersebut sambil membawa buah2an, kue2, berbagai macam makanan, serta karangan bunga sebagai persembahan.
A. Lalu Kapan Waktu Terbaik Untuk Melakukan Cengbeng/Ziarah Kubur?
Secara tradisional, waktu untuk melakukan ziarah kubur pada perayaan Cengbeng, yakni antara 15 hari sebelum hari Cengbeng, s/d 15 hari setelah hari Cengbeng (kira2 antara 21 maret-20 april).
Namun karena kesibukan masing2, puncak perayaan Cengbeng biasanya jatuh pada HARI MINGGU TERDEKAT, sebelum tanggal 5 April (hari-H nya).
Sementara bagi sebagian orang, mungkin perlu menyesuaikan waktu masing2, karena harus mengunjungi beberapa lokasi kuburan/makam leluhur yang terpisah.
Baca juga : Hari Ceng Beng (Festival Qing Ming)
B. Pandemi Covid-19, Sembahyang Cengbeng Wajib di Rumah!
Nah, berhubung pandemi virus Covid-19 masih berlangsung, maka sembahyang Cengbeng tahun ini SEBAIKNYA DILAKUKAN DI RUMAH. Kenapa? Karena Anda tidak tahu keluarga besar Anda terbebas dari virus atau belum.
Di musim Cengbeng 2020 lalu, berbagai media berita mengabarkan kalau kubur2 Tionghoa terpantau sepi pada saat perayaan Cengbeng. Tahun inipun masih sama. Meski grafik terlihat menurun, warga masih belum diperbolehkan berkumpul. Tahun depan mungkin baru bisa, meski dengan skala terbatas.
Lain cerita kalau sudah vaksin. Meski belum menjamin 100%, tapi setidaknya tinggal pakai masker dan jangan cipika-cipiki, pakai salam ala gongshou saja, pasti tidak masalah.
Jadi tinggal perwakilan keluarga saja yang ke kubur untuk membersihkannya, atau cari tukang bersih2 kubur di lokasi. Jangan lupa tetap taruh/sebar kertas kimcua (kertas perak & kertas emas) diatas kubur, sebagai pertanda bahwa kubur telah dibersihkan.
Selanjutnya siapkan saja meja sembahyang di rumah pada hari-H, lalu atur persembahan sembahyang seperti biasa. Jangan lupa pasang FOTO LELUHUR atau papan arwah.
Bagi yang masih main bakar-bakaran kertas kimcua, baju2an, mobil2an, rumah2an, dsb, jangan banyak2. Asapnya bisa kemana2. Apalagi rumahnya di kompleks perumahan, bisa ditegur satpam, dan tidak enak dengan tetangga. Apalagi di apartemen, sudahlah …
Baca juga : Perlukah Melakukan Tradisi Membakar Kertas Kimcoa (kertas mas)?
C. Apakah Sembahyang Cengbeng Tidak Bisa Dimundurkan atau Dimajukan?
Ada ungkapan di kalangan masyarakat Tionghoa (terutama di kota2 besar spt Medan, Jakarta, dan Makasar) : Biar tidak pulang IMLEK, yang penting harus pulang saat CENGBENG!
Hal ini menjelaskan, bahwa momen berkumpul disaat Cengbeng sudah MENGALAHKAN momen berkumpul disaat Imlek. Tampaknya, perayaan orang mati sudah lebih penting dibanding perayaan orang hidup. huh?
Sebenarnya kalau menurut pribadi, TIDAK MASALAH apabila Anda mau melakukan Cengbeng lebih awal, atau bahkan lewat hari-H nya.
Misalnya sebulan sebelumnya, atau beberapa bulan setelahnya. Tidak ada aturan yang mengikat soal tradisi Cengbeng ini. Tidak seperti sembahyang Dewa-Dewi, yang memang tidak bisa Anda geser maju/mundurkan hari-Nya.
1. Apalagi makin kemari, orang2 Tionghoa malah DIPERAS para “tukang bersih kubur dadakan” jika sudah menjelang hari Cengbeng. Pada makam2 VIP, atau yang berukuran ± 4 x 6 meter, harga yang dipatok biasanya 200 ribu s/d 500 ribu.
2. Apalagi bagi Anda datang dengan mobil mewah beserta keluarga besar, sudah kayak domba gemuk itu. Belum lagi ada yang dipungut biaya parkir, yang sudah mengalahkan tarif parkiran masuk mall berjam2, berkisar antara 10 ribu s/d 50 ribu!
Semua hal diatas terjadi merata di semua kota propinsi. Tampaknya masyarakat lokal pun sudah mengetahui dengan baik perayaan sekali setahun ini.
3. Bahkan, pihak maskapai pun tidak mau melewatkan momen Cengbeng ini. Saya perhatikan, sejak 2010-an, harga tiket pesawat menjelang Cengbeng pasti sudah naik 10% s/d 50%. Mereka tampaknya sadar (lewat statistik penjualan) bahwa penumpang2 etnis Tionghoa ini suka bepergian di bulan2 itu.
Tujuannya pun jelas, ke kantong2 basis Tionghoa di Indonesia, seperti Medan, Pontianak, Surabaya, dan Makasar. Sebelum pandemi, dekat hari2 Ceng Beng begini pasti sulit sekali mendapat tiket pesawat kesana.
Di kalangan Tionghoa, ada satu ungkapan, boleh tidak pulang Imlek, asal harus pulang saat Ceng Beng.
Ceng Beng tahun ini sebenarnya hampir sama dengan dengan tradisi ruwahan di kalangan masyarakat Jawa. Di minggu terakhir sebelum bulan puasa (Ramadan), orang Jawa juga mementingkan untuk berziarah ke kuburan orang tua.
Mereka boleh tidak pulang lebaran, tapi harus pulang saat ruwahan. Maka, pada hari2 tersebut, kuburan Tionghoa dan Jawa sama ramainya.
Namun jangan karena atas nama tradisi, kita DIMANFAATKAN. Bagi keluarga kalangan wealthy family, tentu bukan masalah. Tapi bagaimana dengan kalangan pas-pasan?
Padahal tradisi hari Cengbeng TIDAKLAH MENGIKAT. Lihatlah asal-usul perayaan Cengbeng diatas, dimana penanggalan awalnya hanya didasarkan pada “cuaca” yang lagi baik.
Anda bebas2 saja kapanpun mau ke kubur. Tidak harus menunggu momen Cengbeng. Mau di awal tahun, atau di musim panas? Tinggal dibicarakan saja sama keluarga besar.
Coba tanya pada diri Anda, selama ini selama Cengbeng, (1) Apa Anda senang berdesak-desakan dengan keluarga lain di lokasi makam? (2) Parkiran mobil penuh, dan kadang tidak mendapat tempat parkir sama sekali? Inikah “kebahagiaan” di momen Cengbeng itu?
(3) Menyaksikan kerumunan orang yang juga sama2 bersembahyang? (4) Atau Anda hanya ingin dicap “berbakti”, karena melakukannya tepat waktu, dengan banyak makanan yang tersaji diatas meja sembahyang (5) dan dilihat banyak orang?
Kalau hanya seperti itu motivasi Cengbeng-mu, itu TIDAK ADA ARTINYA di mata Thian …
Inti dari perayaan tradisi Ceng Beng adalah, ini seperti memberi kepercayaan diri kepada seseorang, bahwa diantara para orang mati, ada tradisi yang masih hidup.
Baca juga : Sembahyang Leluhur di Rumah