Last Updated on 25 June 2023 by Herman Tan

Sepupu saya lahir di Tiongkok, namun besar di Amerika Serikat, dan telah menjadi warga negara Amerika. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins dengan cumlaude, dia kemudian bekerja di departemen surgery di salah satu rumah sakit terkenal di Amerika.

Karena telah mendapatkan pendidikan ala Barat sejak kecil, dia selalu mengakui bahwa dia adalah orang Amerika dari awal sampai akhir.

Dia menerima ajaran/adat istiadat budaya Tionghoa, hanya ketika dia berada di rumah orang tuanya, atau pada saat berkumpul bersama keluarga besarnya.

Oleh karena itu, dia tidak tahu cara menulis atau membaca bahasa Mandarin. Dia hanya bisa berbicara bahasa Mandarin sehari2. (Hal ini juga banyak terjadi bagi warga keturunan di Indonesia, dimana kaum generasi tuanya hanya bisa berbicara saja, namun buta huruf).

Sampai suatu saat, dia diminta oleh pemerintah Amerika untuk menjadi tim sukarelawan medis, yang akan dikirim ke wilayah konflik timur tengah di Suriah dan Afghanistan, untuk melakukan perawatan/pengobatan medis darurat bagi pasukan kemanusiaan dan masyarakat lokal disana.

Sebagai anak muda, dia menerimanya dengan penuh semangat dan gairah. Meski keluarganya sangat menentangnya, dia memutuskan untuk tetap berangkat bersama tim sukarelawan medis.

Karena dia sangat percaya, bahwa pemerintah Amerika itu pasti hebat dan dikagumi dunia.

Sayangnya, hal yang tidak diinginkan terjadi …

Suatu hari ketika sedang bertugas, dia ditahan oleh tentara Afghanistan saat terjadi pertempuran di dekat pangkalan medis logistiknya. Meskipun dia tidak menderita luka fisik, dia telah dinyatakan sebagai tawanan perang, dan digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi politik.

Ketika kabar buruk ini disampaikan ke keluarganya, keluarga besarnya berupaya untuk terus-menerus mencari bantuan dari berbagai departemen di pemerintahan AS; bahkan mencari bantuan dari rumah sakit tempat dia bekerja, tetapi pada akhirnya mereka tidak punya pilihan selain menunggu.

Pemerintah AS tidak lama kemudian memulai untuk melakukan usaha penyelamatan, dan percaya atau tidak, sepupu saya tidak termasuk dalam daftar penyelamatan tahap pertama (orang2 yang dianggap target penting untuk segera diselamatkan).

Menurut keterangan resmi, dia tidak masuk dalam daftar tahap pertama, karena dia bukan penduduk asli Amerika πŸ‡ΊπŸ‡Έ, tetapi hanya warga perantau Tiongkok πŸ‡¨πŸ‡³ yang mendapatkan kewarganegaraan Amerika.

Keluarga besarnya sangat terkejut mendengar informasi tersebut, dan hanya bisa menangis. Pada akhirnya, ada yang menyarankan agar pergi ke kedutaan Tiongkok di Washington D.C.

Singkat cerita, ketika di kantor kedutaan, staf mereka memberitahu bahwa sepupu saya ternyata tidak memiliki KTP (kewarganegaraan) Tiongkok, melainkan hanya KTP warga negara Amerika saja.

Mereka kuatir, pejabat kedutaan Tiongkok tidak akan menerima permohonannya. Namun dengan berpegang teguh pada secercah harapan, saban minggu mereka tetap pergi ke kantor kedutaan untuk bermohon. Setelah 2 bulan kemudian, benar2 diluar ekspektasi, situasinya berubah 360 derajat!

Staf kedutaan Tiongkok menyampaikan kepada keluarga besarnya, bahwa menerima permintaan permohonan bantuan. Mereka diminta untuk segera menyerahkan dokumen identitas si sepupu yang di sandera, informasi kedua orang tuanya, dan beberapa kerabat.

Hanya dalam waktu 16 jam setelah permohonan bantuan tersebut diajukan, pemerintah Tiongkok di Beijing telah meluncurkan rencana penyelamatan darurat untuk menyelamatkan sepupu saya!

Staf kedutaan Tiongkok di Washington mengatakan sesuatu yang membuat keluarga besarnya menangis, “Selama dia memiliki darah China di tubuhnya, dia orang China, kita tidak perlu melihat KTP, dan berjanji untuk membawanya kembali” πŸ’–

Belakangan, menurut ingatan sepupu saya, ketika akan diselamatkan, staf kedutaan Tiongkok yang berhasil menghubunginya saat itu menyuruhnya untuk tidak berbicara dalam bahasa Inggris, tetapi berbicara dalam bahasa Mandarin semampunya dengan orang2 di sekitar, meskipun mereka tidak mengerti.

Katakan saja dengan lantang (yang sudah diterjemahkan kira2 artinya) “Saya orang Tiongkok. Saya datang ke sini hanya untuk memberikan bantuan kemanusiaan, dan bertanggung jawab atas perawatan medis. Saya kesini ikut rombongan sukarelawan medis Amerika, tapi saya bukan orang Amerika, saya orang China”.

Pendek cerita, sepupu saya kemudian dibawa ke sebuah hotel setempat, dan dibebaskan 72 jam kemudian.

Saat itu, kedutaan Tiongkok mengirim mobil untuk menjemputnya, dan mengantarnya ke pesawat militer untuk terbang langsung ke LA, Amerika, tanpa biaya. Setelah tiba di LA, biaya perjalanan ke San Francisco dibayar sendiri.

Setelah mendapat info bahwa sepupu saya telah berhasil diselamatkan, pejabat pemerintah AS seolah2 berakting memainkan permainan besar, menyatakan selamat, peduli, dan memberikan ucapan turut prihatin atas peristiwa yang dialaminya.

Setelah mengalami kejadian ini, sepupu saya terpukul keras secara fisik dan mental.

Setelah pejabat kedutaan Tiongkok mengetahui bahwa sepupu telah pulang dengan selamat di Amerika, mereka segera menelepon untuk mengkonfirmasi, dan membuat temu janji untuk menandatangani secarik surat, bahwa dia telah bebas di kedutaan Tiongkok.

Hanya itu, tidak ada surat atau dokumen lain yang harus ditandatangani.

Sepupu saya kemudian tahu, bahwa dia bisa pulang dengan selamat, itu semua adalah berkat upaya pihak pemerintah Tiongkok untuk menyelamatkannya.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, sepupu saya menelepon dan ingin bertemu dengan saya. Dia kemudian memberi tahu saya :

Bahwa dia ingin kembali ke Tiongkok untuk mengabdikan ilmunya. Lagipula, dia ini sebenarnya adalah orang Tiongkok, karena lahir disana.

Dan jangan berpikir bahwa film Wolf Warrior 2, The Journey of Thousand Miles, Fruit D, Rescue and Evacuation adalah kisah nyata. Itu semua hanyalah film fiksi! Semua akan nyata pada akhirnya.

Camkanlah baik2, di saat kita berada di tanah negeri asing, dan kita orang keturunan China, memegang bendera Tiongkok πŸ‡¨πŸ‡³ jauh lebih aman daripada memegang bendera Amerika πŸ‡ΊπŸ‡Έ (kecuali di Indonesia, wkwk) …

Kisah ini juga bisa menjadi cerita inspiratif bagi kaum pemuda/i di Hongkong pada tahun 2019-2020 silam. Mereka diprovokasi barat untuk minta kemerdekaan, berkedok anti komunis di HK, dengan melakukan demonstrasi di jalan2 dan di objek2 vital, termasuk di dalam bandara.

Tampak emblem atau lambang Negara Tiongkok yang dilempari cat. Menyerang simbol/lambang Negara yang terpasang resmi, seharusnya bisa dijerat dengan Undang2!
Tuduhan Tiongkok bahwa orang asing juga turut berperan dalam kerusuhan, tampaknya bukan isapan jempol belaka. Tampak seorang pria yang diduga menjadi agen/koordinator aksi demonstrasi, dengan memprovokasi massa melawan polisi Hongkong.

Baca juga : Awal Mula Kerusuhan Hong Kong : Bagaimana Itu Bisa Terjadi?

Mereka berusaha mencari atensi dan simpati masyarakat dunia, merusak sarana dan prasara kota pariwisata tersebut, hingga melempari cat hitam ke emblem negara Tiongkok yang terpasang di kantor kedutaan seperti foto diatas!

Indonesia sebagai negara non-blok harusnya sadar, siapa negara yang tukang cari rusuh selama ini. Bisa dilihat dari track record, sudah berapa kali Amerika berperang menginvasi negara lain pasca 1945, dengan berkedok juru damai atau menuntut balas?

Perang Vietnam (1955-1975), Perang Teluk (1990-1991), Perang Timur Tengah (2001-2004), hingga terakhir mereka “berpartisipasi” di Perang Ukraina-Rusia?

Bandingkan dengan Tiongkok. Jangan cuma masalah HAM Xinjiang, peristiwa Tiananmen Square 1989 (yang katanya ada warga dilindas tank, tapi videonya, atau setidaknya foto yang menangkap adegan tersebut tidak ada) itu semua adalah urusan dalam negeri mereka.

Dan satu lagi, kalau bicara masalah HAM, saya kira pemerintah Indonesia juga punya banyak dosa yang tak kalah hebatnya. Sebut saja peristiwa G30S/PKI dan Kerusuhan Mei 1998.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

3 thoughts on “Akuilah Bapakmu Sebagai Bapakmu, Bukan “Bapak Barat” Sebagai Bapakmu!”
  1. ι™ˆε…ˆη”Ÿ,
    Tulisan “Akui Bapakmu sebagai Bapakmu, BUKAN Bapak Barat sebagai Bapakmu” sangat menyentuh sy sebagai org Tionghoa. Apakah bisa tulisan saudara saya share? πŸ™πŸ»

  2. Terimakasih banyak sdra.Herman Tan

    BacaanΒ² yang inspiratif dan membangun semangat .
    Kamxia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?