Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan

Kisah seram Hong Haoyun kali ini dilanjutkan kembali di rumah sakit kecil lainnya. Ada hantu dokter anesthesia yang sepertinya terus menunggui salah satu ruangan operasi di situ.

Kali ini gua akan menceritakan kisah di rumah sakit yang lain. Rumah sakit ini gak gitu gede. Ada delapan ruangan yang bisa digunakan untuk operasi. Susunan ruangannya seperti bentuk persegi. Setiap sisi ada empat ruangan.

Bagian depan menghadap ke lift, bagian tengahnya merupakan kantor administratif dan anesthesia, sedang bagian belakang adalah gudang. Bagian depan ada dua pintu. Yang satu ukurannya lebih gede buat keluar masuk ranjang, sedangkan yang satu lagi buat masuk ke departemen patologi.

Umumnya di jam kerja, sudah pasti kedepalan ruangan ini dibuka. Namun, bagaimanapun juga ini adalah rumah sakit kecil, jadi bahkan bisa sampai kepakai enam ruangan sekaligus saja sebetulnya sangat jarang terjadi. Yang paling sering adalah empat ruangan.

Namun yang membuat gua penasaran adalah, jelas-jelas empat ruangan yang paling dekat pintu depan paling gampang dipakai duluan. Tetapi malah kamar nomor satu yang notabene di paling ujung yang akan dibereskan duluan.

Malah kalau di tengah malam ada kasus darurat, mereka pun akan melewati ruangan nomor 1, jadi sengaja pakai ruangan sebelah yakni ruangan nomor 2 untuk operasi.

Sebenarnya, pengaturan begini bukannya gak bagus sih. Gua yang tipikal pemalas paling senang pengaturan begini. Jadi pas giliran gua jaga shift, gua bisa santai-santai seorang diri di ruangan operasi nomor 1 ini buat browsing.

Apalagi ruangan sini udah gede, lapang lagi. Kalau gua dah capek, juga bisa numpang pakai rajangnya buat tidur sebentar. Kalau harus operasi darurat, bagi gua juga gampang. Makanya hari pertama gua jaga shift, gua sudah bersiap-siap untuk nongkrong di kamar nomor 1 ini.

Waktu itu habis makan malam dan mandi, gua langsung ke ruangan 1 nyalain komputer buat browsing. Hari itu lumayan hoki, soalnya gak ada operasi, jadinya cuman gua sendirian di situ.

Jadi, gua pun browsing buat menghabiskan waktu. Waktu pun berjalan dengan cepat. Sebentar saja sudah jam 10. Lalu tiba-tiba telepon pun berbunyi. “Apakah ada operasi?” pas angkat telepon malah langsung diputuskan…

Dasar! Ini yang telepon maksudnya apa? Gua pun coba kroscek dengan cek jadwal di komputer. Tapi memang gak ada antrian operasi darurat. Kebetulan gua memang dari tadi sudah duduk terlalu lama, jadi gua memutuskan ke toilet sebentar. Pas jalan kembali dari toilet ke ruangan nomor 1, “Eh? Mesin anesthesianya menyala!”

Tengah malam mesin anesthesia menyala sendiri, komputer nge-hang, panggilan telepon tiba-tiba masuk… Akibatnya pihak rumah sakit memutuskan untuk tidak menggunakannya.

Gua sibak tirai, lalu gua melihat ada satu dokter anesthesia berjalan kemari. Gua pun bertanya ke dia “Ada operasi darurat kah?” Orang itu gak mempedulikan gua, dan berjalan masuk ke kamar nomor 1. Huh, gak peduli gua juga gak apa-apa, gua tanya ke perawat saja. Jadi, gua pun berjalan ke bagian tengah tempat administrasi.

Tapi ternyata di situ gak ada satu orang pun. Aneh sekali. Kalau memang ada operasi darurat, seharusnya di ruang administrasi sini minimal pasti ada satu orang. Gua berjalan kembali ke kamar 1 buat tanya orang tadi saja.

Tapi kamar nomor 1 GAK ADA ORANG! Mesin anesthesianya juga dalam keadaan tertutup. Hanya komputer gua yang masih menyala dan menampilkan halaman terakhir kali gua buka…

“Seram banget!” Celetuk gua sambil duduk. Tapi gua sih peduli amat, dan lanjutin browsing melihat foto cewe cakep. Beberapa saat kemudian, di belakang gua tiba-tiba muncul suara lagi “Beep! Huhuhuhuhu…”

Pas membalikkan untuk melihat, ternyata…. Mesin anesthesianya MENYALA KEMBALI! Kali ini gua mulai merasa ketakutan. Gua tutup Windows, gak tunggu sampai komputer mati, gua langsung ngacir kembali ke asrama.

Hari berikutnya perasaan gua masih tetap gak enak. Akhirnya pas waktu makan siang gua mengambil kesempatan ini berbicara dengan Cici yang urus anesthesia di rumah sakit situ. Gua nanya kenapa kamar 1 jarang dipakai?

Cici : “Kamu pengen tahu? Coba kamu tebak dulu…”
Gua : “Karena ruangan itu agak besar, jadi lebih banyak memakan tenaga makanya lebih cepat dibereskan?”
Cici : “Ha! Justru ruangan gede lebih bagus, lebih mempermudah kerja kita. Bukan, bukan karena itu…”

Gua : “Ooh. Iya juga sih. Omong-omong gua semalam browsing di sana sampai cukup malam lho.”
Cici : “Semalam, kamu sendirian di situ?”
Gua : “Iya, emang kenapa yah?”

Akhirnya senyuman Cici berubah menjadi wajah serius, dan menceritakan ke gua. Ternyata, dulunya kamar 1 dipakai buat penolongan gawat darurat. Beberapa tahun yang lalu, atau malah mungkin belasan tahun yang lalu, atau puluhan tahun yang lalu, di kamar itu ada seorang pasien yang meninggal di tengah proses operasi.

Pihak keluarga tidak bisa menerimanya. Mendapat tekanan dari pihak keluarga, sang dokter bedah melemparkan seluruh kesalahan ke dokter anesthesia. Dokter anesthesia ini masih junior dan muda, sehingga tidak sanggup menghadapi tekanan seperti begini. Akhirnya dia mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan bahan kimia di ruangan nomor 1 itu.

Belakangan, kamar ini menjadi sering muncul kejadian-kejadian aneh. Terutama pada saat malam hari lewat jam 10. Mesin anesthesia tiba-tiba nyala, telepon berdering tapi tidak ada yang bicara, komputer crashed sendirinya. Makanya pihak rumah sakit akhirnya memutuskan sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kamar 1 ini.

Akhirnya gua ngeh juga. Pantes kenapa orang itu gak peduli gua waktu itu. Soalnya saya kan waktu itu berapakaian baju bedah.

Benarkah yang ditemui sang Hong Haoyun ini adalah sang dokter anesthesia? Sepertinya hantu dokter ini sangat membenci dokter bedah kalau begitu…

Bersambung ke part 8

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?