Last Updated on 15 February 2022 by Herman Tan Manado

Festival Lampion (元宵节; Yuanxiaojie) atau di Indonesia lebih dikenal dengan Cap Go Meh (十五暝; Shiwu Ming) dirayakan pada hari ke-15 bulan pertama kalender Imlek. Menurut tradisi, festival Cap Go Meh mengakhiri rangkaian festival Tahun Baru Imlek.

1. Fakta Mengenai Festival Lampion

Nama populer : 元宵节 (Yuánxiāojié) yang artinya ‘festival malam pertama’.
Nama alternatif : 上元节 (Shàngyuánjié) yang artinya ‘festival pertama’.

Tanggal : hari ke-15 bulan ke-1 kalender lunar.
Makna : menandai berakhirnya rangkaian Festival Musim Semi.

Perayaan : dirayakan dengan lampion, teka teki, menyantap tangyuan alias yuanxiao (sup kue berbentuk bola), tarian barongsai, pekingsai, naga, dll.
Sejarah : sekitar 2,000 tahun.

Salam : Selamat Merayakan Festival Lampion! 元宵节快乐!(Yuánxiāojié kuàilè!)

2. Tanggal Festival Lampion, a.k.a Cap Go Meh dari tahun 2017 s/d 2025

Festival Lampion a.k.a Cap Go Meh dirayakan pada hari ke-15 pasca perayaan Imlek, dimana setiap tahunnya selalu jatuh antara tanggal 5 Februari s/d 7 Maret :

• Cap Go Meh 2017 : 11 Februari 2017
• Cap Go Meh 2018 : 2 Maret 2018
• Cap Go Meh 2019 : 19 Februari 2019

• Cap Go Meh 2020 : 8 Februari 2020
• Cap Go Meh 2021 : 26 Februari 2021
• Cap Go Meh 2022 : 15 Februari 2022

Cap Go Meh 2023 : 5 Februari 2023
• Cap Go Meh 2024 : 25 Februari 2024
• Cap Go Meh 2025 : 12 Februari 2025

3. Pentingnya Festival Lampion

Festival lampion merupakan hari terakhir dari rangkaian Festival Musim Semi (春节; Chūnjié) atau Festival Tahun Baru Imlek. Setelah Festival Lampion, semua pantangan selama tahun baru tidak berlaku lagi, dan semua dekorasi tahun baru mulai diturunkan.

Festival Lampion juga merupakan malam bulan purnama pertama dalam kalender lunar, menandai datangnya kembali musim semi dan melambangkan berkumpulnya kembali reuni keluarga.

Tetapi kebanyakan masyarakat tidak dapat merayakannya bersama keluarga, karena tidak ada hari libur nasional untuk festival ini.

4. Kapan Festival Lampion Mulai Dirayakan ?

Festival Lampion ditelusuri sudah ada sejak 2,000 tahun yang lalu. Pada permulaan Dinasti Han Timur (25 – 220 M), Kaisar Hanmingdi adalah pendukung ajaran Buddha.

Ia mendengar kabar bahwa sebagian rahib menyalakan lentera di dalam kuil untuk menunjukkan rasa hormat kepada Sang Buddha pada hari ke-15 bulan pertama. Oleh sebab itu ia memerintahkan agar seluruh kuil, rumah dan istana kerajaan harus menyalakan lentera di malam tersebut.

Tradisi dalam ajaran Budha ini lambat laun menjadi sebuah festival besar di kalangan masyarakat.

5. Bagaimana Masyarakat Tionghoa Merayakan Festival Lampion ?

Sesuai adat istiadat yang berbeda-beda, masyarakat Tionghoa berkumpul di malam Festival Lampion untuk merayakannya dengan berbagai kegiatan yang berbeda pula.

Karena Tiongkok merupakan negara yang luas dengan sejarah yang panjang dan aneka budaya, maka tradisi dan kegiatan pada Festival Lampion juga bervariasi secara regional.

Termasuk di dalamnya kegiatan menyalakan dan menikmati keindahan cahaya lampion (dengan cara dihanyutkan, ditempel, digantung, dan diterbangkan), menikmati keindahan bulan purnama, menyalakan kembang api, menebak teka-teki yang tertulis pada lampion, menyantap tangyuan, tari barongsai, tarian naga, dsb.

Tradisi yang paling penting dan lazim dilakukan saat Festival Lampion  adalah menikmati cahaya lampion, menebak teka teki, menyantap tangyuan, dan tari barongsai.

Perayaan Festival Lampion di Indonesia disebut dengan Cap Go Meh. Perayaan biasanya dilakukan oleh umat kelenteng-kelenteng atau Wihara dengan melakukan kirab atau turun ke jalan raya sambil menggotong ramai-ramai Kio/Usungan yang didalamnya diletakkan arca para Dewa.

Bahkan di beberapa kota di tanah air seperti di daerah Jakarta dan di Manado, terdapat atraksi ‘lokthung‘ atau ‘thangsin‘ dimana ada seseorang yang menjadi medium perantara yang konon setelah dibacakan mantra tertentu dipercaya telah dirasuki oleh roh Dewa untuk memberikan berkat bagi umat Nya.

Mereka biasanya akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan atau menusuk bagian badannya dengan sabetan pedang, golok, dan lain sebagainya. Sementara di Kalimantan, tepatnya di kota Pontianak dan Singkawang, atraksi ini disebut ‘Tatung‘.

A. Menyalakan dan Menyaksikan Lampion

Menyalakan dan menikmati cahaya lampion merupakan kegiatan yang utama dari festival ini. Ketika festival ini tiba, berbagai bentuk dan ukuran lampion (secara tradisi berbentuk bola, ikan, naga, dan bentuk2 tahun shio) dapat dijumpai di mana-mana.

Termasuk di rumah, pusat perbelanjaan, taman dan jalan-jalan, mengundang perhatian banyak penonton. Anak-anak memegang lampion kecil sambil berjalan-jalan di sepanjang jalan.

Kerajinan tangan lampion mempertontonkan secara jelas gambar-gambar tradisional Tiongkok, seperti buah, bunga, burung, binatang, orang dan bangunan.

Dalam dialek Taiwan, kata lentera dalam bahasa Mandarin (灯; dēng) dilafalkan mirip dengan (丁; dīng), yang berarti ‘bayi laki-laki yang baru dilahirkan’. Oleh sebab itu, menyalakan lampion berarti ‘menerangi masa depan dan melahirkan hal2 yang baru’.

Menyalakan lampion merupakan cara masyarakat memohon agar mereka memiliki masa depan yang lancar serta mengungkapkan harapan yang terbaik bagi keluarga. Para wanita yang mendambakan kehamilan akan berjalan di bawah lampion yang tergantung sambil memohon agar segera diberikan momongan.

B. Menebak Teka Teki Lampion

Memecahkan teka teki lampion dimulai pada Dinasti Song (960 – 1279), merupakan salah satu dari kegiatan yang populer dan penting dari Festival Lampion.

Pemilik lampion menuliskan teka teki pada secarik kertas catatan dan ditempelkan pada lampion berwarna-warni. Orang ramai akan datang berkerumun untuk memecahkan teka teki tersebut.

Jika ada yang merasa tahu akan jawabannya, mereka bisa menarik kertas teka teki tersebut dan membawanya ke pemilik lampion untuk dicek jawabannya. Jika benar, biasanya akan ada kado kecil sebagai hadiahnya.

Memecahkan teka teki menjadi kegiatan yang menarik dan informatif, sehingga populer di semua kalangan strata sosial.

C. Tarian Barongsai

Tarian barongsai merupakan tarian rakyat tradisional yang paling terpopuler di Tiongkok, diketahui telah ada sejak jaman 3 Kerajaan Sam Kok (220 – 280).

Orang jaman dahulu memandang singa sebagai lambang keberanian dan kekuatan. Singa dianggap dapat mengusir roh jahat dan melindungi manusia serta makhluk hidup lainnya.

Oleh sebab itu, tarian barongsai dipertontonkan pada peristiwa penting (terutama Festival Lampion) untuk menangkal roh jahat dan mendoakan keberuntungan serta keamanan.

Tari barongsai membutuhkan dua pemain yang sangat terlatih, mengenakan kostum singa. Satu pemain berperan sebagai kepala dan kaki depan singa, sedangkan pemain lainnya berperan sebagai punggung dan kaki belakang singa.

Di bawah arahan seorang koreografer, ‘singa’ akan menari diiringi irama hentakan genderang tambur, gong dan simbal. Kadang mereka melompat, berguling dan melakukan berbagai atraksi tingkat tinggi yang sulit seperti berjalan di atas tonggak.

Dalam tari barongsai, ‘singa’ berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, mencari tanaman hijau, di mana disembunyikannya amplop merah berisi uang di dalamnya. Atraksi ini sangat menghibur dan penonton sangat menikmatinya.

Kini tari barongsai sudah menyebar hingga ke banyak negara lainnya bersama dengan para perantauan Tiongkok, dan menjadi sangat populer di negara2 Asia seperti Taiwan, HongKong, Malaysia, Singapura, Brunei, Vietnam dan Indonesia.

Bahkan dalam komunitas2 kecil warga keturunan di benua Eropa dan Amerika, mereka selalu mempertunjukkan tari barongsai atau naga di setiap perayaan Festival Musim Semi dan event2 penting lainnya.

D. Menyantap Tangyuan (Yuanxiao)

Menyantap tangyuan merupakan tradisi penting dari Festival Lampion. Tangyuan (汤圆;  tāngyuán) juga disebut dengan Yuanxiao ketika disantap pada Festival Lampion, sesudah festival.

Kue berbentuk bola ini dibuat dari tepung ketan, di bagian dalamnya diisi dengan berbagai bahan yang berbeda-beda, biasanya manis, seperti gula putih, gula merah, biji wijen, kacang, kenari, kelopak mawar, pasta kacang, kurma atau kombinasi dari dua atau tiga bahan di atas.

Yuanxiao dapat direbus, digoreng atau dikukus, dan biasanya disajikan dalam sop beras yang sudah difermentasi, disebut tian jiu (甜酒) atau ‘arak manis’.

Sebagaimana tangyuan dilafalkan mirip dengan tuanyuan (团; kelompok bundar), yang artinya seluruh keluarga berbahagia berkumpul bersama.

Masyakarat Tionghoa percaya bahwa bentuk bundarnya kue bola dan wadah mangkuknya melambangkan keutuhan dan kebersamaan.

Oleh sebab itu, menyantap tangyuan pada Festival Lampion merupakan cara bagi masyarakat Tionghoa untuk mengungkapkan harapan terbaik untuk keluarga dan masa depan kehidupan mereka.

Diyakini bahwa tradisi menyantap tangyuan bermula dari Dinasti Song dan menjadi populer selama periode Dinasti Ming (1368 – 1644) dan Dinasti Qing (1644 – 1911).

6. Di mana Lokasi Terbaik Menyaksikan Lampion di Tiongkok ?

Selama Festival Lampion, banyak pesta lampion diadakan di Tiongkok yang menawarkan kesempatan kepada para turis untuk mendapatkan pengalaman dalam merayakan Festival Lampion di tempat-tempat umum.

Di sini kami merekomendasikan 4 lokasi terbaik untuk menyaksikan penampilan warna warni lampion yang spektakuler :

♦ Festival Lampion Internasional Qinhuai (terbesar di Tiongkok!) dimulai dari pertengahan Januari s/d Februari, bertempat di Confucius Temple, Qinhuai Scenic Zone, Nanjing.
♦ Festival Lampion Pameran Bunga Beijing Yanqing dimulai dari pertengahan Januari hingga akhir Februari, di Provinsi Yanqing, Beijing.

♦ Festival Lampion Xiamen, di Taman Yuanboyuan, Kota Xiamen.
♦ Festival Lampion Taman Persik Datuan Shanghai, di Taman Persik Datuan, beralamat di 888 Caichuan, Datuan Town, Pudong New District, Shanghai.

By Herman Tan Manado

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?