Kali ini Tionghoa.INFO akan membahas mengenai 4 sosok pencabut penjemput nyawa menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa. Dua diantaranya yaitu Niu Tou dan Ma Mian (牛头马面), yakni sepasang pengawal berkepala Banteng dan pengawal berwajah Kuda.

Menurut tradisi, menjelang Festival Hantu Lapar (Hungry Ghost Festival) yang jatuh setiap tanggal 15 bulan 7 Imlek (七月半; Qi Ye ban), masyarakat Tionghoa mulai membuat patung2 kertas dari ke-2 sosok ini, untuk kemudian dibakar pada hari H nya.

Hal ini dilakukan karena posisi mereka dianggap penting sebagai pengawal para roh/arwah, baik di alam baka (neraka) maupun di alam dunia.

Tidak hanya itu, sepasang penjaga ini juga diberi persembahan khusus, agar para roh/arwah yang turun ke bumi tidak membuat masalah dan mencelakai umat manusia. Di sini mereka akan dibahas berpasangan, karena mereka menjalankan tugasnya secara berpasangan.

Niu Tou (牛头) dan Ma Mian (马面) – Pengawal Berkepala Banteng dan Berwajah Kuda

Kepala Banteng (牛头; Niutou) and Wajah Kuda (马面 – Mamian) adalah 2 penjaga yang paling ditakuti di dunia akhirat menurut kepercayaan Taoisme.

Seperti yang disebutkan dalam namanya, kedua penjaga ini memiliki tubuh pria dewasa, namun pengawal Wajah Kuda memiliki kepala kuda, sementara pengawal Kepala Banteng memiliki kepala seekor banteng.

Mereka adalah makhluk pertama yang akan ditemui roh orang mati saat memasuki dunia bawah. Dalam banyak cerita, disebutkan bahwa mereka berdua bertugas menjemput roh orang yang baru saja meninggal menuju ke alam baka.

Tampak ilustrasi pengawal berwajah Kuda dan berkepala Banteng

Menurut cerita legenda (1), mereka adalah kuda dan banteng biasa di kehidupan mereka sebelumnya.

Untuk memberi penghargaan karena mereka adalah hewan pekerja keras selama hidupnya, Raja Yanluo, atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Giam Lo Ong, menunjuk mereka sebagai penjaga para roh hantu di dunia bawah.

Mereka biasanya divisualisasikan bersenjatakan garpu dan membawa rantai baja khusus untuk mengikat roh/arwah yang jahat.

Dalam sutra (kitab) agama Buddha berjudul Shiwangjing (十王經; literatur Sutra Sepuluh Yamaraja) yang ditemukan di Gua Dunhuang, terdapat salinan naskah yang menceritakan “Kisah perjalanan Kaisar Tang Taizong (Kaisar Dinasti Tang ke-2) ke alam baka”.

Kisah tersebut dikembangkan dalam berbagai sastra, meliputi Kisah Perjalanan ke Barat (Xi You Ji), Raja Naga dari Sungai Jing, Men Shen (Dewa Pintu), hingga pertemuan dengan Niu Tou dan Ma Mian.

Konon Kaisar Tang Taizong pernah bertanya kepada Hakim Cui, mengapa kedua penjaga tersebut memiliki wajah yang demikian?

Hakim Cui menceritakan bahwa Niu Tou semasa hidupnya adalah seekor kerbau yang bekerja keras sepanjang hari membantu manusia membajak sawah hingga mati kelelahan. Sementara Ma Mian adalah seekor kuda balap yang mati karena kelelahan juga.

Raja Neraka Yan Luo Wang kemudian mengangkat keduanya menjadi pengawal dunia akhirat berbadan manusia, karena melihat mereka telah bekerja keras dan rajin sepanjang hidupnya. Sebagaimana semasa hidup, keduanya juga bekerja dengan baik setelah menjadi penjaga dunia alam baka.

Tampak ilustrasi Yanluo Wang (阎罗王; Giam Lo Ong) yang sedang menghakimi roh manusia di alam baka.

Menurut cerita legenda lainnya (2), di suatu masa di Kota Fengdu (saat ini terletak di propinsi Chongqing), terdapat seorang kaya bernama tuan Ma yang hanya memiliki seorang putra.

Menjelang ulang tahun putranya yang ke-18, ia bertanya ke seorang peramal mengenai nasib putranya, yang ternyata ditakdirkan untuk hidup sampai usia 18 tahun saja.

Tuan Ma memohon untuk diberi tahu cara, agar putranya panjang umur. Peramal itu mengatakan bahwa ketika tengah malam keesokan harinya, Tuan Ma diharapkan datang ke Gerbang Akhirat, sambil mempersembahkan makanan kepada 2 orang yang sedang bermain catur di sana.

Tuan Ma kemudian mempersembahkan sendiri makanan kepada 2 orang yang sedang bermain catur, di tempat yang telah ditunjukkan oleh si peramal.

Setelah menikmati makanan tersebut, mereka bertanya kepada Tuan Ma, mengenai apa yang hendak ia minta dari mereka. Tuan Ma kemudian memohon, agar mereka tidak membawa roh putranya ke akhirat.

Meskipun Niu Tou dan Ma Mian menolak untuk melanggar aturan akhirat, Tuan Ma terus mendesak mereka, bahkan bersujud hingga keningnya berdarah. Niu Tou dan Ma Mian kemudian merasa tidak tega, dan memutuskan untuk mengabulkan permohonan Tuan Ma.

Setelah mengetahui pelanggaran mereka, Raja Yan Luo Wang menghukum Niu Tou dan Ma Mian dengan hukuman pukulan, dan mengubah kepala manusia mereka menjadi kepala kerbau dan kuda, serta menurunkan pangkat mereka di bawah Hakim Cui.

Dalam novel klasik Perjalanan ke Barat, penjaga Kepala Banteng dan Wajah Kuda dikirim untuk menangkap Sun Wukong, tapi kekuatan Sun Wukong berhasil mengalahkan mereka berdua, dan malah membuat keduanya sangat ketakutan.

Sun Wukong kemudian pergi ke dunia akhirat dan menghapus namanya serta nama monyet2 lain yang bersamanya dari buku kematian.

Baca juga : Heibai Wuchang (Pengawal Hitam dan Putih); Sosok “Penjemput Nyawa” Masyarakat Tionghoa

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?