Last Updated on 18 April 2021 by Herman Tan Manado
Kejadian di rumah sakit memang tidak ada habis-habisnya. Ini tidak mengherankan mengingat tidak sedikit pasien yang meninggal di sini. Kali ini kita akan menceritakan kisah mistis sang dokter ketika melakukan ronde rutin di rumah sakit. Ada kejadian tidak biasa ketika dia melakukan inspeksi.
Kalau kalian pernah nonton film kedokteran Jepang “The Hospital”, pasti pernah nonton adegan profesor melakukan ronde besar di rumah sakit kan? Di Jepang pembagian strata memang sangat kentara sekali. Hanya profesor yang boleh naik lift, sisanya hanya boleh lewat tangga.
Lalu di dalam rombongan inspeksi, susunan rombongan berdasarkan umur dari tertua sampai termuda di belakang. Namun akhir-akhir ini dikarenakan jumlah tenaga yang tidak mencukupi, jadi rombongan ronde dokter seperti itu sudah sangat jarang ketemu.
Pada saat saya menangani bagian kolorektal, dikarenakan profesor biasanya melihat pasien sampai larut malam, biasanya jumlah rombongan dokternya tidak akan sampai 3 orang.
Dokter tetap di rumah sakit juga sangat sibuk, jadi umumnya kalau mereka berinisiatif mencari gua, gua baru ikut menemani mereka keliling melihat pasien. Ini gak seperti tahun pertama gua menjadi dokter tetap, tepat jam 7 pagi, dokternya akan mulai melakukan kunjungan pasien.
Kalau malam hari, inspeksi dokter biasanya hanya saya satu orang saja. Paling-paling ada satu dokter lagi yang sedang jaga shift, ikut menemani saya menjenguk pasien. Tapi umumnya jarang. Cerita gua kali ini berkaitan dengan kunjungan ke pasien pada malam hari…
Malam itu agak telat soalnya pas pagi hari ada operasi yang tidak lancar. Gua baru mulai ronde, pada saat perawat yang jaga shift malam muncul. Pada mulanya juga gak ada kendala apapun. Lalu saya pun memasuki satu kamar tunggal.
Di dalamnya ada si nenek yang menderita kanker usus besar stadium akhir. Kebetulan saat ini anggota keluarga tidak ada, jadi hanya ada si nenek sendirian. Walaupun badannya lemah, tapi tetap bersemangat.. Setelah beliau dioperasi, baru ditransfer ke sini untuk menjalani kemoterapi.
Pada saat gua masuk, si nenek tengah setengah duduk bersandar ke ranjang. Dia cukup gembira melihat saya,
Nenek : “Apa kabar Dok. Waduh sudah begitu malam masih harus kerja. Sungguh terima kasih.”
Gua : “Gak apa-apa Nek. Hari ini kondisi lumayan baik yah. Bisa makan?”
Nenek : “Iya, masih bisa makan.”
Gua : “Ok, kalau tidak masalah tidak apa-apa. Kalau besok pas pengeluaran darah gak ada masalah, maka kita sudah bisa lanjut ke rawat jalan.
Nenek : “Baik, baik. Terima kasih. Sudah semalam begitu, masih begitu banyak yang menjenguk saya. Betul-betul terima kasih banyak.”
Gua : “Gak apa-apa Nek…”
Sampai sini gua masih belum merasakan ada keanehan. Saat itu pikiran gua masih sedang memikirkan bagaimana caranya membujuk pasien berikutnya untuk keluar rumah sakit. Di saat itulah sang kakek masuk. Nenek pun bicara dengan kakek.
Nenek : “Eh, profesor sedang jenguk saya nih.”
Gua : “Sebetulnya gua hanya dokter!” (Gua segera jelaskan ke kakek, maksudnya biar si kakek gak salah paham. Kakek menganggukkan kepala dan berdiri di sisi ranjang yang satu lagi)
Nenek : “Kamu lihat. Profesornya hebat yah. Masih muda, malam-malam masih membawa segerombolan dokter dalam ronde rumah sakit.”
Kakek : “Iya..” (Tidak paham maksudnya, hanya mengganggukan kepala)
Gua : “Baiklah kalau tidak apa-apa. Silahkan istirahat lebih awal. Selamat malam…”
Tepat pada saat berjalan keluar, gua tiba-tiba baru sadar…
Siapakah yang mengikuti Dokter Hong, dalam inspeksi pasiennya? Nenek yang salah lihat kah? Atau memang ada “segerombolan sesuatu” mengikuti dia dalam ronde rumah sakit?
Bersambung ke part 13