Last Updated on 1 May 2021 by Herman Tan

Kwik Kian Gie (郭建义; Guo Jianyi) lahir di Pati Jawa Tengah, 11 Januari 1935 merupakan tokoh keturunan Tionghoa yang ahli di bidang ekonomi dan politik. Sosok Pak Kwik yang suka mengkritik hal-hal yang dianggapnya salah, selalu teguh memegang nilai-nilai kebenaran dan mempunyai jiwa nasionalisme tinggi.

Biografi Kwik Kian Gie

Nama Lengkap  : Kwik Kian Gie (郭建义; Guo Jianyi)
Tempat, Tanggal Lahir : Juwana, Pati, 11 Januari 1935
Kebangsaan : Indonesia

Istri : Dirkje Johanna de Widt
Anak : 3
Pekerjaan : Politikus
Profesi : Ahli Ekonomi

Jabatan :
♦ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Masa Jabatan 9  Agustus 2001 – 20 Oktober 2004
♦ Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia ke-6, Masa Jabatan 26 Oktober 1999 – 23 Agustus 2000
♦ Wakil Ketua Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia, Masa Jabatan 1 Oktober 1999 – 26 Oktober 1999

Selain itu, sebagai bentuk pengabdian di dunia pendidikan Indonesia, ia mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia.

A. Riwayat Pendidikan dan Awal Karir Kwik Kian Gie

Usia menamatkan sekolah menengah atas, Kwik Kian Gie melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia selama setahun untuk tingkat persiapan. Setelah itu pada tahun 1956, Kwik Kian Gie melanjutkan studinya di Nederlandsche Economiche Hogeschool, Rotterdam Belanda.

Pada tahun 1964 s/d tahun 1965, Kwik Kian Gie menjadi Direktur Nederlands Indonesische Geoderen Associatie dan berlanjut 5 tahun selanjutnya menjadi Direktur NV andelsonderneming Ipilo Amsterdam di Belanda.

Setelah beberapa tahun kuliah dan bekerja di Belanda, beliau akhirnya kembali ke Indonesia, di usianya yang ke-35. Pada tahun 1971, Kwik akhirnya terjun ke dunia bisnis. Bisnis pertama yang Ia dirikan yaitu PT Indonesian Financing & Investment Company.

Tercatat ada 3 perusahaan yang dipimpin Kwik Kian Gie sebagai Direktur sekaligus Pemegang Saham, yakni PT Altron Panorama Electroni, Direktur Utama PT Jasa Dharma Utama, dan Komisaris Utama PT Cengkih Zanzibar.

Karena kepiawaiannya sebagai pengamat ekonomi, pada tahun 1985 Kwik Kian Gie telah menulis di harian Kompas mengenai keadaan ekonomi di Indonesia demi mengedukasi seluruh masyarakat. Setelah sukses dengan bisnisya, pada usia 42 tahun, Kwik Kian Gie terjun ke dunia pendidikan dan juga sebagai pengamat ekonomi.

Sebagai pengamat ekonomi, Kwik Kian Gie tertarik masuk ke dalam dunia politik untuk merubah Indonesia, agar sistem pemerintahannya menjadi yang lebih baik dan bebas korupsi. Seperti yang Kwik katakan pada majalah Matra “Saya sudah punya cukup uang untuk membiayai semua yang saya inginkan. Kwik konsisten mengamalkan ilmu yang Ia punya untuk bangsa Indonesia.

B. Terjun ke Dunia Politik

Dengan kesungguhannya untuk terjun ke politik, Kwik Kian Gie bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Walaupun Kwik saat itu terjun ke dunia politik, namun Kwik tetap konsisten dengan dunia pendidikan.

Di partai PDI, Kwik Kian Gie menjabat sebagai salah satu Ketua DPP sekaligus tim Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).

Kerja keras Kwik Kian Gie bersama-sama dengan Megawati Soekarnoputri yang merupakan pendiri partai akhirnya berbuah manis. Setelah era Orde Baru jatuh dan dibarengi lahirnya reformasi, Megawati bersama dengan partai PDI nya akhirnya memenangi Pemilu tahun 1999.

Pada masa itu, Kwik Kian Gie menjabat sebagai Anggota MPR/DPR RI, sekaligus menjadi Wakil Ketua MPR RI. Kemampuan Kwik Kian Gie dalam politik juga membuat Gusdur mengangkatnya menjadi Menko Ekuin (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia) tahun 1999 – 2000.

Namun, hasrat Kwik dalam membenahi kabinet yang kotor malah menjadi bumerang terhadap dirinya. Saat itu Kwik kerap menghadapi tudingan2 miring dan memojokkan, sehingga membuatnya melepas jabatan sebagai Menko Ekuin pada tahun 2000.

Setahun setelahnya, pada era Presiden Megawati, Kwik Kian Gie menjabat sebagai Menteri Kabinet. Meskipun Kwik menjabat Menteri di Kabinet Megawati, hal ini tidak membuat Kwik terlena menikmati jabatannya.

Pada tanggal 7-8 November 2001, Kwik menyampaikan pidato bagi pejabat-pejabat Negara. Sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2001 – 2004.

Pidato yang Kwik sampaikan mempunyai makna yang besar bagi penyelenggaraan Negara dan perekonomian Indonesia dalam menghadapi kesulitan-kesulitan di Negeri ini.

Kwik Kian Gie adalah sosok yang kritis dalam berbicara, Ia pernah berkata mengenai utang dalam negeri yang sekarang sudah mencapai Rp 650 triliun, Kwik mengatakan bahwa ia dikritik karena telah terlalu banyak bicara tentang akibatnya.

Menurut Kwik, kritik itu diucapkan oleh orang-orang yang ingin menutupi ketidakadilan yang terjadi di masa lalu.

Tentang utang pemerintah yang saat itu dalam keadaan tidak stabil, ungkapan Kwik Kian Gie di depan sidang Internasional sangat kritis. Di hadapan para wakil Negara dan badan-badan Internasional yang hadir dalam sidang CGI (Consultative Groups on Indonesia), berikut kutipannya :

“Apakah utang-utang itu juga di korupsi, sehingga kita tidak bisa membayarnya kembali, walaupun kita terus mengeduk satu lubang untuk menutupi lainnya? Bagi saya, jawabannya adalah jelas sekali.”

Profesor Sumitro Djoyohadikusumo, pendiri Fakultas Ekonomi dari Universitas Indonesia yang memiliki prestise tinggi, dan karenanya adalah guru yang amat disegani oleh birokrat2 yang berkuasa, pernah menyatakan bahwa sedikitnya 30% dari pinjaman yang diberikan kepada pemerintah Indonesia telah dicuri.

Ini berarti bahwa paling tidak 30% pinjaman dari Anda sekalian telah dicuri.

Dari semua tindakan dan kritik dari Kwik Kian Gie, kita dapat menilai ada banyak hal yang masih membuat Kwik Kian Gie kecewa ketika ia menjabat sebagai menteri.

Kwik Kian Gie menentang penjualan BUMN-BUMN strategis, yang dilancarkan oleh mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi. Kwik sangat kecewa jika BUMN di obral ke pihak sewasta/asing dengan alasan yang tidak masuk akal.

Pemerintah saat itu yang terkesan lamban, ditambah dengan oknum menteri yang tidak bertanggung jawab menjual Bank milik pemerintah Indonesia yang di dalamnya terdapat surat tagihan kepada pemerintah dijual dengan harga yang murah kepada pihak swasta makin membuat Kwik geram.

Contohnya saat tentang kebijakan pemerintah kepada Bank BCA. Penjualan BCA 97% sudah menjadi milik Pemerintah yang di dalamnya sudah terdapat surat utang pemerintah sebesar Rp 60 Triliun. Namun IMF memaksa menjualnya kepada swasta dengan harga yang ekuivalen dengan harga yang ditentukan Rp 10 Triliun.

Pada tanggal 13 Maret 2002, dalam rapat Kabinet yang dipimpin oleh Megawati saat itu tidak mengagendakan permasalahan mengenai penjualan BCA.

Setelah rapat kabinet, barulah agenda tersebut dibahas. Saat itu Kwik Kian Gie menjabat sebagai kepala Bappenas berdebat dengan Menko Perekonomian Doradjatun Kuntjorojakti, Menteri BUMN Laksamana Sukardi dan Menkeu Boediono.

Tiga menteri tersebut sepakat dan menyetujui agar BCA segera dijual, sementara Kwik Kian Gie tidak setuju. Alasan Kwik tidak menyetujuinya kalau BCA harus dijual, maka obligasi rekap pemerintah di BCA harus terlebih dahulu dikeluarkan.

Hal itu penting bagi Kwik karena semua obligasi itu digunakan sebagai instrumen bukan obligasi yang sebenarnya. Obligasi rekap diberikan IMF kepada Indonesia adalah salah satu klausul letter of intent yang disodorkan oleh Dana Moneter Internasional, sebagai surat hutang yang nantinya akan dibayarkan.

Kwik Kian Gie adalah tokoh yang sangat nasionalis. Pemikiran dan pergerakan yang Kwik Kian Gie tawarkan sangat banyak mengedukasi.

Di masa tuanya, beliau tetap berusaha menuangkan ide-ide yang bermanfaat bagi masyarakat, hentikan pembodohan oleh pejabat pemerintah, hentikan kebijakan-kebijakan yang tidak masuk akal demi kepentingan bangsa Indonesia.

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?