Last Updated on 4 July 2022 by Herman Tan

Marga Tionghoa merupakan marga yang digunakan orang Tionghoa. Marga (Hanzi: 姓氏, pinyin: xingshi) biasanya berupa 1 karakter Han (Hanzi) yang diletakkan di depan nama seseorang.

Ada pula marga yang terdiri dari 2, 3 atau bahkan sampai 9 karakter; yang seperti ini disebut marga ganda (Hanzi: 復姓, pinyin: fuxing). 

Marga Tionghoa juga diadopsi oleh suku2 minoritas yang sekarang tergabung dalam entitas Tionghoa. Marga dalam suku2 minoritas ini biasanya berupa penerjemahan pelafalan dari bahasa suku2 minoritas tadi ke dalam Hanzi.

Penggunaan marga di dalam kebudayaan Tionghoa telah mempunyai sejarah selama 5.000 tahun lebih!

A. Daftar Marga Tionghoa yang di Indonesiakan

Tabel dibawah berdasarkan penulisan pinyin. Karakter yang menggunakan koma, berarti ada lebih dari 1 macam karakter untuk pinyin yang sama. Karakter dengan tanda garis miring, berarti di sebelah kiri adalah Hanzi tradisional, dan sebelah kanannya Hanzi sederhana.

Nama Tionghoa → Ejaan Latin, Ejaan Hokkian/Ejaan Kanton → Peng-Indonesiaan nama (Romanisasi)

1. 歐陽/欧阳 (Oūyáng); Auwjong = Ojong.
2. 安 (Ān); An = Anadra, Andy, Anita, Ananta.
3. 柏 (Bái) : Pai = Pekasa, Pekerti.

4. 蔡 (Cài); Tjae, Tjoa= Cahyo, Cahyadi, Tjohara.
5. 程, 成 (Chéng); Seng = Sengani.
6. 陳/陈 (Chen); Tan, Tjhin = Tanto, Tanoto, Tanu, Tanutama, Tanusaputra, Tanudisastro, Tandiono, Tanujaya, Tanuwijaya, Tanzil, Tansil, Tanasal, Tanadi, Tanusudibyo, Tanoesoedibjo, Tanamal, Tandy, Tantra, Tanata, Intan.

Marga Tionghoa dalam penulisan standar Mandarin, dialek Kanton, Hokkian, Korea dan Jepang

Baca juga : Sekilas Mengenai Marga Feng 冯 (Pang, Fung)

7. 鄧/邓 (Deng); Teng = Tenggara, Tengger, Ateng.
8. 徐 (Xú); Hsu, Djie, Tjhie, Chi (Hakka), Chee, Swee, Shui (Teochew, Hokkien), Tsui (Cantonese) = Dharmadjie, Christiadjie.
9. 胡 (Hú); Hu, Hoo, Aw, Auw (Teochew, Hokkien), Wu (Cantonese) = Hutomo

10. 郭 (Guo); Kuo, Kwee, Kwik = Kartawiharja, Kusuma, Kusumo, Kumala.
11. 韓/韩 (Han); Han = Handjojo, Handaya, Handoyo, Handojo, Hantoro.
12. 何 (He); Ho = Honarto.

Marga Tionghoa dalam penulisan standar Mandarin, dialek Kanton, Hokkian, Korea dan Jepang

13. 洪 (Hong); Hung, Ang = Anggawarsito, Anggakusuma, Angela, Angkiat, Anggoro, Anggodo, Angkasa, Angsana.
14. 黄 (Huang); Oei, Oey, Oen, Bong = Wibowo, Wijaya, Winata, Widagdo, Winoto, Willys, Wirya, Wiraatmadja , Winarto, Witoelar, Widodo, Wijonarko, Wijanarko, Oentomo.
15. 江 (Jiang); Ciang, Kang, Kong = Kangean.

16. 李 (Li); Li, Lie, Lee = Lijanto, Liman, Liedarto, Lieva, Lika.
17. 梁 (Liang); Nio = Liangani, Liando, Liandow, Liandouw, Niopo.
18. 林 (Lin); Liem, Lim = Halim, Salim, Limanto, Limantoro, Limianto, Limijanto, Liemena, Alim, Limawan, Liemantika, Liman.

Marga Tionghoa dalam penulisan standar Mandarin, dialek Kanton, Hokkian, Korea dan Jepang

19. 劉/刘 (Liu); Lau, Lauw = Mulawarman, Lawang, Lauwita, Lawanto, Lauwis.
20. 陸 (Lu); Liok, Liuk = Loekito, Loekman, Loekali.
21. 呂 (Lü); Loe, Lu = Loekito, Lukito, Lukita, Luna, Lukas, Loeksono.

22. 羅 (Luo); Ro, Loe, Lou, Lo, Luo = Lolang, Louris, Robert, Rowi, Robin, Rosiana, Rowanto, Rohani, Rohana, Samalo, Susilo.
23. 施 (Shi); Sie = Sidjaja, Sidharta, Sieputra.
24. 司徒 (Situ); Sieto, Szeto, Seto, Siehu, Suhu = Lutansieto, Suhuyanli.

Marga Tionghoa dalam penulisan standar Mandarin, dialek Kanton, Hokkian, Korea dan Jepang

25. 蘇/苏 (Su); Souw, So, Soe = Soekotjo, Soehadi, Sosro, Solihin, Soeganda, Suker, Suryo, Surya,Soerjo.
26. 王 (Wang); Ong, Wong, Bong = Ongko, Wangsadinata, Wangsa, Radja, Wongsojoyo, Ongkowijaya, Wijaya.
27. 温 (Wen); Oen, Boen, Woen = Benjamin, Bunjamin, Budiman, Gunawan, Basiroen, Bunda, Wendi, Unang, Wiguna, Boenawan.

28. 吴, 武, 伍, 烏 (Wu); Goh, Go, Gho, Gouw, Ng = Gono, Gondo, Sugondo, Gozali, Gossidhy, Gunawan, Govino, Gotama, Utama, Widargo, Wurianto, Sumargo, Prayogo, Yoga.
29. 許/许 (Xu); Kho, Khouw, Khoe = Kosasih, Komar, Kurnia, Kusnadi, Kholil, Kusumo, Komara, Koeswandi, Kodinata.
30. 謝 (Xie); Cia, Tjia =  Tjiawijaya, Tjahyadi, Sudarmadi, Ciawi.

Marga Tionghoa dalam penulisan standar Mandarin, dialek Kanton, Hokkian, Korea dan Jepang

31. 楊/杨 (Yang); Njoo, Nyoo, Njio, Injo, Inyo, Jo, Yo, Yong = Yongki, Yoso, Yohan, Yuwana, Yudha, Yosadi.
32. 葉/ 叶 (Ye); Yap, Jap = Japhar, Djapri, Yapari.
33. 曾 (Zeng); Tjan, Tsang = Tjandra, Chandra, Tjandrakusuma, Candrakusuma.

34. 張/张 (Zhang); Thio, Tio, Chang, Theo, Teo, Tjong = Canggih, Setyo, Setio, Sulistio, Sutiono, Santyoso.
35. 鄭/郑 (Zheng); Te, The = Tjokrorahardjo, Cokroraharjo, Tjokrowidjokso, Cokrowijokso.
36. 朱 (Zhū); Zhu = Zulkifri, Zuneng.

Marga Tionghoa dalam penulisan standar Mandarin, dialek Kanton, Hokkian, Korea dan Jepang

Untuk ejaan dalam dialek Hokkian atau Kanton lainnya, bisa lihat di situs ini : Wikiwand.com – marga Tionghoa umum

B. Evolusi Nama Tionghoa

Di jaman dahulu, menurut catatan literatur kuno ada peraturan bahwa nama seorang anak biasanya baru akan ditetapkan 3 bulan setelah kelahirannya.

Namun pada praktiknya, banyak yang memberikan nama sebulan setelah kelahiran sang anak, bahkan ada yang baru diberikan setahun setelahnya. ada juga yang telah menetapkan nama terlebih dahulu sebelum kelahiran sang anak.

Pada jaman Dinasti Shang, orang2 masih menggunakan nama dengan 1 karakter. Ini dikarenakan mereka belum mengenal marga dan juga karena jumlah penduduk yang tidak banyak.

Sebelum jaman Dinasti Han, biasanya nama Tionghoa hanya terdiri dari 2 karakter, dimana terdiri dari 1 karakter marga dan 1 karakter nama.

Namun sejak jaman Dinasti Jin, orang2 mulai memiliki sebuah nama lengkap seperti yang kita kenal sekarang; dimana terdiri dari 3 karakter (1 karakter marga, 1 karakter nama generasi, dan 1 karakter nama diri).

Nama menjadi sebuah hal yang penting bagi seseorang, karena dipengaruhi oleh pemikiran Konfusius tentang pentingnya penamaan bagi jati diri karakter seseorang.

Pada kasus2 yang sangat langka, seseorang dapat memiliki nama dengan lebih dari 3 karakter :

1. Dua (2) karakter marga (seperti Sima, Zhuge), 1 karakter generasi, dan 1 karakter nama diri. Contoh: Sima Xiangru, Zhuge Wuwei.

2. Satu (1) karakter marga dan 3 karakter nama. Contoh: Hong Tianguifu (anak dari Hong Xiuquan).

3. Nama marga suku minoritas yang mengadopsi nama Tionghoa. Contoh : suku Manchu yang menguasai dinasti Qing, menggunakan marga Aisin Gioro; Kaisar Dinasti Qing terakhir bernama Aisin Gioro Puyi (6 karakter).

Baca juga : Mau Punya Nama Mandarin? Simak 4 Cara Pemberian Nama Tionghoa Berikut

C. Tingkatan Marga Tionghoa

Di zaman dulu, marga2 tertentu mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada marga2 lainnya. Pandangan ini terutama muncul dan memasyarakat pada zaman Dinasti Jin dan sesudahnya. Pengelompokan tingkatan marga ini terutama juga dikarenakan oleh sistem feodalisme yang mengakar sejak dulu di China.

Buku Seratus Marga Tiongkok
Buku Seratus Marga Tiongkok (百家姓; Bai Jia Xing)

Baca juga : 6 Fakta Mengenai Nama Cina (Nama Tionghoa) dan Marga Tionghoa

Ini dapat dilihat di zaman Dinasti Song, misalnya dalam buku Bai Jia Xing (百家姓), menempatkan marga Zhao (yang merupakan marga kaisar pada jaman tersebut) sebagai marga di urutan pertama.

Di masa sekarang, tidak ada pengelompokan tingkatan marga lagi di dalam kemargaan Tionghoa.  Biasanya hanya dilakukan pengurutan sesuai dengan jumlah goresan karakter marga tersebut.

Munculnya berbagai macam marga, antara lain karena :

1. Menggunakan lambang2 suku2 kuno, misalnya Ma (kuda), Long (naga), Shan (gunung), Yun (awan).
2. Menggunakan nama negara, misalnya: Qi, Lu, Wei, Song.

3. Menggunakan daerah kekuasaan, misalnya: Zhao, yang mendapatkan daerah kekuasaan di kota Zhao.
4. Menggunakan gelar jabatan, misalnya: Sima (menteri Perang), Situ (menteri tanah dan rakyat), Sikong (menteri Pu).

5. Menggunakan nama pekerjaan, misalnya: Tao (keramik), Wu (dukun/tabib).
6. Menggunakan tanda dari tempat tinggal, misalnya: Ximen (gerbang barat), Liu (pohon yangliu), Chi (kolam).

D. Nama Tionghoa di Indonesia

“名不正则言不顺, 言不顺则事不成.” (Míng bù zhèngzé yán bù shùn, yán bù shùn zé shì bùchéng).

Pepatah Tiongkok diatas diungkapkan oleh Confucius, seorang cendekiawan. Arti pepatah diatas “Ketika nama seseorang tidak tepat, Maka kata2 seseorang tidak dapat diterima. Jika kata2 seseorang tidak diterima, maka seseorang tidak dapat mencapai apa pun”.

Pepatah ini mengungkapkan tentang pentingnya nama seseorang, karena itu adalah bagian yang paling mendasar dari identitas seseorang!

Masyarakat Tionghoa di Indonesia walau telah berganti nama dan marga Indonesia, namun masih banyak yang tetap mempertahankan marga dan nama Tionghoa mereka; dimana masih digunakan sebagai panggilan pada acara2 tidak resmi, atau acar2 yang bersifat kekeluargaan.

Diperkirakan ada sekitar 300-an marga Tionghoa di Indonesia. Data di PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) mencatat ada sekitar 160 marga Tionghoa di Jakarta.

PSMTI sendiri merupakan organisasi etnis Tionghoa berskala nasional yang pertama dibentuk pascareformasi. PSMTI ini termasuk organisasi Tionghoa terbesar di Indonesia, yang tersebar di 167 kabupaten/kota di 28 provinsi seluruh Indonesia.

Marga Tionghoa di Indonesia umumnya dilafalkan dalam dialek Hokkian (Minnan). Hal ini tidak mengherankan, karena mayoritas keturunan Tionghoa Indonesia adalah berasal dari Provinsi Fujian.

Di Singapura sendiri tercatat ada sekitar 320-an marga Tionghoa. Atas dasar ini, karena daerah asal suku Tionghoa di Indonesia relatif dekat dengan Singapura, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah marga Tionghoa di Indonesia sendiri pasti lebih dari 320 marga.

Marga2 yang lazim digunakan di kalangan Tionghoa Indonesia, misalnya :

1. Cia/Tjia (Hanzi: 謝, pinyin: Xie)
2. Gouw/Goh (Hanzi: 吳, pinyin: Wu)
3. Kang/Kong (Hanzi: 江, pinyin: Jiang)
4. Lauw/Lau (Hanzi: 劉, pinyin: Liu)
5. Lee/Lie (Hanzi: 李, pinyin: Li)

6. Oey/Ng/Oei (Hanzi: 黃, pinyin: Huang)
7. Ong (Hanzi: 王, pinyin: Wang)
8. Tan (Hanzi: 陳, pinyin: Chen)
9. Tio/Thio/Theo/Teo (Hanzi: 張, pinyin: Zhang)
10. Lim (Hanzi: 林, pinyin: Lin)

Baca juga : Daftar Urutan Marga Tiongkok (Tionghoa)

Masih banyak lagi marga2 lain yang dapat ditemui. Sebagai info, pengguna marga tionghoa terbanyak di dunia adalah marga Li [], lalu diikuti marga Wang [] di tempat ke-2 dan marga Zhang [] di tempat ke-3.

Salah satu fenomena umum di Indonesia adalah karena marga2 dilafalkan dalam dialek Hokkian, sehingga tidak ada satu standar penulisan (romanisasi) yang tepat.

Hal ini menyebabkan banyak marga yang pelafalannya sama dalam dialek Hokkian, sehingga kadang dianggap marga yang sama, padahal sesungguhnya tidak. Misalnya :

• Tio selain merujuk kepada marga Zhang (張) dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Zhao (趙).
• Ang selain merujuk kepada marga Hong (洪) dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Weng (翁).

Masyarakat Tionghoa Indonesia pada jaman Orde Lama rata2 masih memiliki nama Tionghoa dengan 3 karakter. Walaupun seseorang Tionghoa di Indonesia tidak mengenal karakter Han (buta huruf), namun biasanya nama Tionghoa tetap diberikan dengan cara romanisasi (pinyin dialek Hokkian).

Baca juga : Bai Jia Xing : Asal Usul Marga Tionghoa di Indonesia

Karena mayoritas orang Tionghoa di Indonesia adalah pendatang dari Hokkian, maka nama2 Tionghoa berdialek Hokkian lebih lazim dari pada dialek2 lainnya.

Pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, warga negara Indonesia keturunan Tionghoa dianjurkan untuk mengindonesiakan nama Tionghoa mereka; dalam artian mengambil sebuah nama Indonesia secara resmi. Misalnya Liem Sioe Liong, diubah menjadi Soedono Salim.

Walaupun demikian, di dalam acara kekeluargaan, nama Tionghoa masih sering digunakan, sedangkan nama Indonesia digunakan untuk keperluan surat-menyurat resmi.

Namun sebenarnya, ini tidak diharuskan, karena tidak pernah ditetapkan sebagai undang2 peraturan yang mengikat. Hanya tarik-menarik antara pendukung teori asimilasi dan teori integrasi di kalangan Tionghoa sendirilah, yang menjadikan anjuran ini dipolitisir sedemikian rupa.

Anjuran ganti nama tersebut muncul karena ketegangan hubungan Republik Rakyat China dengan Indonesia setelah peristiwa G30S/PKI 1965.

Pada tahun 1966, Ketua LPKB (Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa) Kristoforus Sindhunata menyerukan penggantian nama orang2 Tionghoa, demi pembangunan karakter dan nasionalisme bangsa. Seruan ini mendapat kecaman dari kalangan orang Tionghoa sendiri.

Yap Thiam Hien secara terbuka menyatakan bahwa nama tidak dapat menjadi ukuran nasionalisme seseorang, dan ini juga yang menyebabkan nasionalis terkemuka Indonesia itu tidak mengubah namanya sampai akhir hayatnya.

Cemoohan datang dari Organisasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), yang pada waktu itu mengumandangkan nada2 anti Tionghoa, dan menyatakan bahwa mengganti nama tidak akan mengganti otak orang Tionghoa.

Mereka juga menyerukan pemulangan seluruh orang Tionghoa berkewarganegaraan RRC (Republik Rakyat China) di Indonesia kembali ke negara leluhurnya.

Kebijakan ganti nama ini memang merupakan satu kontroversi, karena tidak ada kaitan antara pembangunan karakter dan nasionalisme bangsa dengan nama seseorang, juga karena tidak ada sebuah nama yang merupakan nama Indonesia asli.

Baca juga : Mau Punya Nama Mandarin? Simak 4 Cara Pemberian Nama Tionghoa Berikut

E. Catatan Seputar Marga Tionghoa (Contoh Kasus)

Ada satu contoh begini : Ada seseorang yang bertanya, mengatakan bahwa keluarganya menggunakan nama Tjan di depan. Jadi mulai dari nama kakek adalah Tjan, bapaknya Tjan, anaknya juga Tjan, dst. Ini bukan nama, sebab sangat tidak lazim nama orang tua disamakan dengan nama anak.

Tjan yang dimaksudkan disini kemungkinan adalah Marga Tjan (曾;Céng). Huruf Tionghoanya sama (曾) tetapi diucapkannya bisa berbeda2 tergantung dialek. Cara menulis dalam huruf Latin juga beda2 sesuai ejaan yang digunakan.

Misalnya ‘Tjan’, ditulis demikian, karena dalam ejaan Belanda yang menjajah Indonesia jaman dulu, bunyi ‘tj’ pada ‘tjan’ itu adalah ‘c’. Jadi kalau ditulis menggunakan ejaan bahasa Indonesia (EYD) sekarang menjadi ‘Can’. Jadi tulisan ‘Tjan’ itu bukan baku, tapi karena ejaan lama Indonesia.

Makanya jika ada yang bertanya marga kita (terutama pemilik marga langka atau marga yang penyebutannya sama), sebaiknya sekalian ditulis huruf Hanzinya.

Makanya sebagian orang bingung, mengapa marga dan namanya kalau dibaca orang yang berlainan dialek/bahasa, misalnya Mandarin, dialek Kanton, dialek Hokkian, bisa jadi berlainan, namun artinya tetaplah sama.

Makanya, orang2 Tiongkok sangat berterima kasih kepada Dinasti Qin, karena tanpa mereka yang memulai melakukan standarisasi, bisa jadi huruf hanzi yang digunakan oleh Tiongkok pada saat ini beraneka ragam, sama banyaknya dengan dialek suku yang mereka gunakan disana 🙂

Baca juga : Inilah 10 Marga Tionghoa yang Paling Banyak Digunakan Warga Keturunan per 2020

By Herman Tan

One Smile Return to the East. Follow @tionghoainfo untuk info2 terbaru.

269 thoughts on “Daftar Marga Tionghoa di Indonesia yang Telah di Indonesiakan (di Romanisasi)”
  1. menarik topiknya, saya boleh bertanya?

    1. untuk nama wu yi fan itu marganya wu kan ya? tapi saya pernah baca fan juga nama marga, apa itu gabungan dari marga kedua orang tuanya atau hanya sebuah kata?
    2. nah ini ada cewe nama panggilan lien, dia marga liem/lim, lian atau lin? saya bingung waktu baca di daftar 500 marga ternyata marga lian ada dua.
    3. lumrahnya orang bermarga huang/oey di indonesia bernama indo wi-… (exm: winata, widodo, dll) dan oen biasanya jadi gunawan, dsb. tapi kenapa ada oen bisa jadi budiman? jauh benar (di artikel).

    terimakasih.

    1. Hi Jerry,
      No 1 & 2 : Kita tidak bisa menerjemahkan marga seseorang dengan HANYA BERDASARKAN STANDART PENULISAN PINYIN. Apalagi kalau pakai logat daerah (Hokkian, Kanton, Hakka, dsb). Sebab, pelafalan huruf Mandarin kadang bisa sama, tapi beda arti (karena berbeda bentuk penulisan karakter hanzinya).

      No 3 : Itu memang benar adanya. Sebab tidak ada aturan atau patokan khusus mengenai nama dan marga yang di Indonesiakan. Bahkan ada marga Chen (Hokkian “TAN”) yang marganya menjadi Engkun, Luntungan, dsb.

      Demikian info

    2. fan klo beda nada beda juga arti. Misal nada 4: fan bing bing bing, fan wei qi. Tapi kalau fan nada 2, misal: wu yi fan

  2. owh ternyata nama cina bisa di Indonesiakan juga ya, selain itu ada tingkatan-tingkatannya juga dalam marga

  3. halo ko, saya jordan , saya lahir tahun 1997 dimana ayah saya nama chinese indonya khong bang long tulisannya pinyin nya kuang/ 鄺 , akhong saya asli kanton . digenerasi kami dan didaerah kami sudah jarang di berikan nama chinese dan saya mau menggali kembali budaya yang mulai pudar itu, saya mau tau kenapa nama tengah digenerasi ayah saya bang ya? terus kira kira di generasi saya harus memakai nama apa ya? terima kasih

    1. ijin ikut ikutan dikit ya… nama tengah di beberapa keluarga menunjukkan generasi. Generasi yang sama mempunyai nama tengah yang sama untuk jenis kelamin yang sama. Nama tengah sampai 7 generasi. Setelah 7 generasi kembali ke nama tengah generasi pertama lagi. Tiap marga mempunyai 7 tingkatan nama tengah yang berbeda beda. Marga yang sama pun belum tentu mempunyai 7 nama tengah yang sama. Sangat tergantung darimana keluarga mereka berasal dan dari latar belakang keluarga yang seperti apa. Untuk mengetahui urutan marga biasanya ditanyakan ke tetua di desa tempat leluhur kita berasal. Ada baiknya dicatat dan diikuti. Sehingga nanti kalo anda memiliki keturunan sangat baik kalo diberi nama tengah sesuai yang telah dibuat leluhur anda turun temurun.
      sukses ya…

  4. Halo ko, nama saya kwee wei han, papah saya kwee tjen liang, kung kung saya kwee ju mu. Tolong dibantu barangkali admin atau anggota lain ada yg tau nama angkatan untuk anak saya, karena nama angkatan yg di infokan dari kung kung saya hanya sampai generasi saya saja. Mohon pencerahannya, trimaksaih..

    1. Mengenai nama tengah, diberikan berdasarkan syair lagu. Nama berdasarkan silsilah ini biasanya berasal dari kata-kata syair. Seperti pada contoh lainnya, nama-nama ‘Tjong Nyi Chai’, Tjong Ik Sin’, dan ‘Tjong Se Wie’ mungkin menggunakan syair yang bunyinya ‘Nyi Ik Se’. Jadi jika sudah sampai di akhir syair (‘Se’), maka akan kembali ke kata yang pertama (‘Nyi).

      Nama silsilah ini biasanya sudah di atur sampai ke generasi terbawah (cucu/cicit) oleh nenek moyang. Oleh karena orang-orang Tionghoa masuk ke Indonesia kebanyakan sekitar pada abad ke 16-19, generasi saat ini bisa dibilang “lost generation” akibat gerakan anti China pada tahun 1965 dan diskriminasi terhadap kaum Tionghoa pada 1998.

      Umumnya dari Gen kelahiran 1970-an sudah tidak lagi memiliki nama tengah, bahkan nama Mandarin.

      Solusinya :

      1. Tanya ke anggota keluarga yang dituakan yang lain yang masih hidup.
      2. Tanya ke paguyuban marga, siapa tahu ada data leluhur yang bisa dijadikan patokan. Mereka bisa mendapatkan informasi langsung dari tanah leluhurnya, yaitu dari desa/kampung asal leluhur (ingat, banyak opa/oma buyut kita yang masih tinggal disana lho), karena biasanya mereka punya data-datanya. Tentunya hal ini dibantu oleh perkumpulan-perkumpulan Tionghoa yang sudah ada di Indonesia juga.
      3. Gunakan nama tengah yang baru.

      Baca juga : Pemberian Nama Tionghoa Menurut Fengshui Pada Anak

      1. Pagi, mungkin Ko Herman bisa membantu,

        papa saya menggunakan nama Yap I Liong, kung2 saya menggunakan nama Yap Chu Siung, tua kung saya Yap Bi Chio.

        Sayangnya generasi saya nama “China” sudah dapat dikatakan hilang. Mungkin Ko Herman bisa membantu saya informasi penamaan generasi saya?

        Keluarga ayah saya orang Hokkean

  5. Ko herman,
    Saya mau tanya ni apakah benar dalam marga tionghoa itu ada yg ciong ya?kok saya pernah dgr dr saudara kata na kalau marga lim tidak boleh dengan marga tio,shang,lau dll.jika benar ciong dengan marga apa aja ya.thx

    1. Halo sdr/i Aw,
      Saya pribadi belum pernah dengar ada ciong marga, adanya ciong tahun kelahiran. Entah pembaca yang lain mungkin ada yang lebih tahu silahkan dijawab.

  6. Ko herman, bisa tolong beritahu saya kira2 tulisan hanzi apa yang cocok untuk nama mertua saya Khoe Thung Tjang & Tan Giok Lan. Karena saya butuh utk dicantumkan di undangan perkawinan. Thanks before.

  7. saya genrasi kedua dari kakek asli saya, adakah yang bisa bantu menuliskan aksara tionghoa untuk nama ayah saya : TJIA PINSUN terima kasih.

    1. Hi Anton,

      Pertanyaannya dapat langsung diketik di kolom artikel yang berhubungan. Kami akan berusaha menjawab sebisanya, atau bisa dari bantuan partisipasi pengunjung yang lain. Kami tidak melayani pertanyaan secara jalur pribadi (japri).

      Terima kasih dan salam hangat

  8. Halo ko, saya bermarga lee pacar saya bermarga lee juga, saya laki2 dan kami sudah berpacarab 7 bulan, orang tua pacar saya memaksa anakny putus dengan saya karena bemarga sama, saya tidak mau melepaskannya, saran yang bagus bagaimana? Atau saya harus mengganti nama marga saya? Bolehkah sesama marga berpacarab/ menikah?

    1. Tidak masalah marga sama. Kan ada nama Indonesia juga. Bilang ke orang tuanya marga Lee itu yang pakai ada jutaan orang, jangan terlalu berpikiran kuno, menganggap marga sama, nanti anaknya/keturunannya lahir cacat.

    2. Setau saya sesama marga tidak boleh nikah bukan karena akan kena musibah atau gimana. Kalo dalam keluarga masih ketat akan budaya maka nama anak akan susah di ketahui generasi maupun pangkat dalam silsilah. Kalo kedua keluarga setuju sih gak masalah.

  9. Permisi admin, numpang tanya, nama mandarin saya Li Hui An (李輝安), koko saya Li Hong An dan sepupu saya Li Yung An. Setau saya nama generasi itu ditaruh di tengah, tetapi mengapa keluarga saya menaruh nama generasi dibelakang? Mohon pencerahannya. Terima kasih.

  10. @Wen Wen says:
    5 November 2015 at 17:03

    Saran saudara di atas merupakan bentuk pemalsuan asal-usul dan identitas Tionghoa, dan lebih parahnya lagi hal ini merupakan bentuk penipuan terhadap diri sendiri dan keturunannya.

    Apakah bisa orang Non-Tionghoa tiba-tiba langsung menjadi orang Tionghoa ?

    Saya baru tahu apabila ada upacara tertentu yang bisa merubah silsilah keturunan seseorang menjadi keturunan orang lain ??

    Kalau upacara tersebut memang ada kenapa orang Tionghoa tidak ada yang melakukannya ?

    Kalau dari contoh anda di atas, kasusnya Orang Pribumi yang ingin menjadi Orang Tionghoa lewat upacara di kelenteng ??

    Lalu upacara apakah yang di maksud tersebut ?

    Apakah upacaranya dalam bentuk Agama Tionghoa ? atau upacara Agama Islam/Kristen yang di adakan di Kelenteng ?

    Sepengetahuan saya, tidak ada upacara Islam/Kristen (seperti acara sunatan) yang dilakukan di Kelenteng.

    Bahkan, setahu saya tidak ada kelenteng-kelenteng yang melakukan praktik upacara pengantian nama marga (yang otomatis merubah silsilah keturunan leluhur).

    Kalau yang mengadakan upacara tersebut di gereja atau mesjid mungkin saja pernah terjadi. Tapi kesannya malah jadi tambah aneh karena ada upacara Agama Tionghoa yang dilakukan di Mesjid/Gereja.

    Agak aneh apabila ada suami orang Pribumi yang diberikan nama marga Tionghoa oleh istrinya dengan tujuan agar suami dan anak-anaknya nanti bisa menjadi keluarga orang Tionghoa ??

    Apakah bisa orang Pribumi menjadi orang Tionghoa lewat ganti nama ?

    Kalau bisa, lalu apa gunanya nama marga dan silsilah Tionghoa ?

    = Tan =

    1. Maksud nya adalah menjadikan keturunan tionghoa. Itu pun mesti laki tionghua cewek nya non tionghua. Kalo sebaliknya tidak bisa karena budaya tionghua , cewek tionghua tidak bisa turunkam marga.

    1. Mimin asumsikan ‘Tjio’ (ejaan lama) yang sdr Viddy maksud adalah ‘Thio’ = Zhang [张].
      Ditunggu ya, artikel yang membahas marga ini sudah siap tayang 🙂

  11. Permisi, numpang nanya, bagaimana penulisan marga “Kam” dalam Hanzi? Terima kasih.

    1. Kam adalah bahasa Kong Hu membaca 金 dalam bahasa Mandarin “Jin” artinya emas

  12. selamat siang …!saya mau bertanya apakah ada catatan mengenai sejarah penyebaran warga tionghoa pada tahun 1900an di jakarta…karna sya ingin mengetahui ttg leluhur sya dari ayah sya….!yg sya tahu (berdasarkan cerita bapak sya)..nama kakeknya hj. liman dulu nama cina nya lim (karna masuk islam dan pergi haji dia mengganti mananya menjadi liman) ..tp dia gk tau panjangannya..orang2 cuma manggil tuan lim , kuburannya ada di daerah condet….!sedangkan dari ibu sya masih keturunan cina yaitu yg skrng di sebut buncit..thx

  13. Selamat sore koh,
    Saya baru saja baca artikel yang tentang marga,
    Saya mau tanya,
    Marga papa saya Go,
    Nama chinese saya Go Jian,
    Nama Indonesia saya Yusak Hartanto Gondo
    Saya mau tanya,
    Dalam artikel, marga go itu kalo dalam bentuk han zi kan menjadi wu, tetapi ada tiga macam, Itu masing” apa bedanya ya koh ?
    Sama nama Jian itu kata orang tua artinya sehat,
    Kira” bentuk hanzinya seperti apa ya koh ?
    Terima Kasih Banyak

    1. Marga itu identik dengan klan. Wu dilafalkan bisa 吳(2),伍(3),武(3),巫(1),.. etc .

      Menurut saya, gondo adalah marga 吳. Nama anda 建

  14. halo om,

    Saya mau tanya , bapak saya nama depannya Marga Lim tapi ternyata itu diambil dari nama ibunya sedangkan nama ayahnya itu marga GO. Kira-kira alasannya apa ya pakai marga dari turunan ibu ? trims

    1. Halo Ferdinandus,
      Pertanyaan anda ini tampaknya sudah pernah ditanyakan oleh pembaca lain sebelumnya. Untuk lebih lengkap coba search di bagian komentar.
      Namun beberapa faktor utama antara lain :

      1. Ibunya bercerai dengan ayah, dan hak asuh jatuh ke tangan si ibu, atau si ayah lepas tangan.
      2. Ada perjanjian atau pembicaraan sebelumnya dimana salah satu anak dari hasil pernikahan harus ikut marga si ibu, dengan alasan keluarga si ibu tidak punya anak lelaki sebagai penerus.
      3. Ayahnya mengalami konflik dalam kehidupan, sehingga mengancam kelangsungan hidup anak-anaknya. Pada zaman dahulu, seorang pejabat negara yang membuat kesalahan besar (bisa juga sebagai bentuk sentimen atau saling sikut antar pejabat penguasa) seluruh keluarga dan saudara semarganya biasanya akan ikut dihukum mati (agar seluruh akar rumput tercabut dan kelak tidak menimbulkan persoalan). Jadi salah satu cara meloloskannya adalah dengan mengubah marga anak lelaki agar ikut marga si ibu, dengan harapan agar si anak dapat selamat melanjutkan hidupnya; dan kelak dapat membersihkan serta membangkitkan nama keluarganya.

      Demikian beberapa alasan seperti pertanyaan anda tentang kenapa anak lelaki tetapi ikut marga ibu.

      Demikian info dan salam hangat

  15. Ada yang Bisa beritahu saya arti dari nama 皇明歲 ( huang ming sui ) ?? saya penasaran denga arti dari nama saya. terima kasih.

    1. 皇 (Huang) adalah marga yang secara gramatikal artinya Kaisar. Tetapi karena sudah membentuk suatu nama biasanya arti dari marga tidak menggambarkan arti nama anda. 明 (Ming) artinya adalah cerah dan 歲 (Sui) artinya tahun. Jadi arti nama anda adalah Tahun yang Cerah. Semoga membantu.

  16. Hallo Ko, nama chinese saya bong chiu khiuk boleh tau itu artinya apa? Dan nama indonesia aaya Wangsa, apakah ada hubungannya dengan nama chinese saya?

  17. mau tanya marga saya kho..ada yg bilang mandarinnya ma..
    bingung kok jauh pengucapannya.. ada yg bilang juga khoe
    mana yg benar y ? trims

  18. MARGA DJIE Itu adalah 余.

    itu diatas salah
    徐 (Xú) Djie, Tjhie, Chi (Hakka), Chee, Swee, Shui (Teochew, Hokkien), Tsui (Cantonese)

  19. Mau numpang tanya… Kalau papa sy chinesse, kakek m nenek dri pihak pa2 chinesse smua, tpi ibu asli jawa… Kira2 penggunaan nama marga dr pa2 msh bisa dipkai u/ sy g? Kakek mrgny The,ne2k mrgny Liem n nm pa2,The geng hwie( kluarga pa2 yg sya tau n pa2 udh alm pas sy msh sd) jdi g ada yg bisa sy tanya… Makasih

  20. Hmm..
    Nama mandarin saya zhang shui ling ( 張 水 铃 ) jika di thionghua indonesiakan jd cong sui ling. Cong / tjhong. Suku hakka. Hmm.. cm nama indonesia ga ambil dr nama mandarin.

Leave a Reply to Ang Cin Hok Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: eitss, mau apa nih?