Last Updated on 3 May 2021 by Herman Tan Manado
Sangjit dalam dialek Hokkian (Hanzi : 送日頭: Pinyin : Song ri tou) atau adalah salah satu prosesi pernikahan dalam budaya Tionghoa.
Sangjit dalam bahasa Indonesia berarti proses seserahan atau lamaran dari pihak keluarga mempelai pria (dengan orang tua, saudara dan teman dekatnya yang masih single) dengan membawa “seserahan” ke pihak keluarga mempelai wanita.
Acara Sangjit biasanya dilakukan setelah pertunangan (Dinghun 订婚, tapi ada juga yang tidak lagi melakukan acara pertunangan, dan menggabungkannya ke acara sangjit) dan sebelum pernikahan (Hunli 婚礼), dimana sangjit ini biasanya dilakukan sebulan atau beberapa bulan sebelum acara pernikahan.
Waktu pelaksanaan prosesi sangjit umumnya berlangsung pada siang hari.
»Daftar Isi Artikel Pernikahan Tionghoa :
1. Tingjing (Dingqin), Prosesi Lamaran ala Tradisi Tionghoa (Wedding Proposal)
2. Dinghun (Tinghun), Prosesi Tunangan ala Tradisi Tionghoa (Wedding Engagement)
3. Sangjit; Tradisi Seserahan Dalam Budaya Tionghoa
4. Tata Cara Sangjit dan Apa Saja Isi Nampan Seserahannya
5. Inilah 8 Tahapan Prosesi Sangjit Bagi yang Ingin Menikah
6. Inilah 10 Macam Seserahan Wajib Dalam Sangjit; Seserahan ala Tionghoa
7. Upacara Teh (Tea Pai Ceremony) Dalam Pernikahan Tionghoa : 6 Hal yang Harus Diketahui!
8. Bagaimana Prosesi Langkahan (Tradisi Pelangkah) Pada Pernikahan Tionghoa?
9. Rangkaian Ritual Pernikahan ala Tionghoa; Panjang dan Melelahkan!
A. Berikut Tata Cara Dalam Prosesi Sangjit :
1. Calon mempelai pria biasanya mengenakan kemeja berwarna merah (atau terkadang mengenakan cheongsam pria), dan untuk calon mempelai wanita mengenakan dress berwarna merah.
2. Wakil keluarga wanita beserta para penerima baki seserahan (biasanya anggota keluarga yang telah menikah) menunggu di depan pintu rumah.
3. Dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan, rombongan pria pun datang membawa baki hantaran ke rumah si wanita. Rombongan ini biasanya wakil keluarga yang belum menikah yang menjadi pembawa nampan seserahan.
Dalam beberapa adat kebiasaan lain, orang tua pria tidak ikut dalam prosesi ini. Teman terdekat diizinkan untuk ikut dalam prosesi ini, apabila kekurangan wakil dari keluarga.
4. Seserahan diberikan satu per satu secara berurutan kepada perwakilan keluarga/penerima mempelai wanita.
5. Barang seserahan yang sudah diterima oleh pihak mempelai wanita, langsung dibawa ke dalam kamar untuk diambil sebagian.
6. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan ramah tamah (katering). Biasanya pihak keluarga mempelai wanita menyiapkan makan siang.
7. Pada akhir kunjungan, barang2 seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali/ditukar pada para pembawa seserahan untuk dibawa pulang.
Dan sebagai balasannya, keluarga mempelai wanita pun turut memberikan cinderamata pada keluarga mempelai pria, biasanya berupa manisan, sapu tangan, dan berbagai keperluan mempelai pria nanti (seperti baju, namun ini tidak diwajibkan).

Baca juga : Tradisi Tea Pai Dalam Rangkaian Pernikahan Adat Tionghoa
Lantas kenapa diserahkan kembali sebagian?
Apabila keluarga wanita mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tak akan ada hubungan lagi antara si pengantin wanita dan keluarganya.
Namun bila keluarga wanita mengembalikan separuh dari barang-barang tersebut ke pihak pria artinya keluarga wanita masih bisa turut campur dalam keluarga pengantin.
8. Wakil keluarga wanita juga memberikan Angpao ke setiap pembawa seserahan, maksudnya mendoakan agar para pembawa seserahan supaya enteng jodoh dan segera menyusul.
Dengan semakin berkembangnya jaman, orang2 cenderung menginginkan sesuatu yang simpel dalam persiapan untuk pernikahan mereka. Karena itu, tata cara sangjit pun telah mengalami MODERNISASI, sehingga sangjit yang ada sekarang ini sudah tidak se-kompleks seperti dahulu, hanya sekenanya saja.
Pada tradisi Suku Hakka, nampan baki yang berisi brides’s daily things akan ditukar dengan groom’s daily things, yang artinya perhiasan dari pihak mempelai wanita, ditukar dengan perhiasan dari pihak mempelai pria.
Nantinya pihak pria yang akan membawa nampan yang berisi aneka macam hantaran, sementara pihak wanita nantinya akan menukar isi nampan, atau mengambil sebagian dari isi nampan.
B. Adapun barang2 yang Umumnya Dipersiapkan Pihak Mempelai Pria, Biasanya Berisi :
1. Pakaian atau (gulungan/potongan) kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang si gadis akan dipenuhi oleh si pria.
2. Uang angpao (ada juga yang bilang uang susu) dan uang pesta (masing-masing di amplop merah). Pihak mempelai wanita biasanya hanya mengambil uang angpao (uang susu) secara penuh/keseluruhan, sedangkan untuk uang pesta hanya diambil jumlah belakang/ekornya saja, sisanya dikembalikan.
Misalnya uang pesta diberikan sebesar: Rp. 13.000.000,- , yang diambil hanya Rp. 3000.000,-. Apabila keluarga wanita mengambil seluruh uang pesta, artinya pesta pernikahan tersebut dibiayai keluarga wanita. Namun ini bisa saja dibicarakan awal, agar tidak salah persepsi.
3. Nampan yang masing2 berisikan 18 buah (apel, jeruk, pir atau buah yang manis lainnya sebagai lambang kedamaian, kesejahteraan dan rejeki). Nanti ini dikembalikan sebagian kepada pihak mempelai pria.
4. Sepasang lilin merah yang diikat dengan pita merah sebagai simbol perlindungan untuk menghalau pengaruh negatif. Biasanya yang dipakai lilin dengan motif naga dan burung hong. Pihak wanita nanti mengambil 1 pasang, dan 1 pasang lagi dikembalikan kepada pihak pria.

Baca juga : Inilah 10 Macam Seserahan Wajib Dalam Sangjit; Seserahan ala Tionghoa!
5. Sepasang kaki babi (bisa digantikan dengan makanan kalengan yang berjumlah 8-12 kaleng), beserta 6-12 kaleng kacang polong.
6. Senampan berisikan kue mangkok berwarna merah sebanyak 18 potong, sebagai lambang kelimpahan dan keberuntungan. Ini pun akan dikembalikan sebagian ke pihak pria.
7. Senampan berisikan 2 botol arak (Jiu) atau champagne. Pada beberapa kejadian, pihak keluarga mempelai wanita akan mengambil semuanya, lalu ditukar/dikembalikan dengan 2 botol sirup merah ke pihak mempelai pria.
C. Catatan Mengenai Prosesi Sangjitan : Apa Saja Yang Perlu Diambil?
♦ Untuk nomor 3-7 diambil sebagian oleh pihak perempuan dan sisanya dibawa pulang oleh pihak laki laki.
♦ Pada saat dibawa pulang sekalian diberikan juga seperangkat pakaian untuk mempelai pria, termasuk dompet, ikat pinggang, dll. Disertakan juga aneka macam kue, permen (manisan) atau coklat untuk diberikan ke keluarga pihak laki laki untuk dibawa pulang.
♦ Untuk para pembawa nampan dari pihak laki laki, ibu dari mempelai wanita akan memberikan / membagikan angpao untuk hoki keberuntungan. Kalau misalnya akan melangkahi kakak dari mempelai wanita, maka pihak laki-laki juga harus membawa barang pelangkah, seperti 1 stel pakaian.
♦ Dalam beberapa acara seremoni sangjit yang sangat lengkap, dalam hantaran juga ikut disertakan beberapa pasang kemeja dan celana (untuk para pembawa nampan, jumlahnya disesuaikan dengan jumlah pembawa nampan).
Tidak lupa juga sepasang sandal dan sepatu (mempelai wanita dan mempelai pria), dompet (diisi uang nantinya, hehe), ikat pinggang/gesper, seperangkat kosmetik, parfum, jam tangan, dan sebagainya.
Cuma agar lebih memudahkan, kadang biasanya diganti dengan Angpau saja.

Baca juga : Tradisi Tea Pai Dalam Rangkaian Pernikahan Adat Tionghoa
Sebelum keluarga calon pengantin pria memutuskan barang apa uang akan dibawa dalam hantarannya nanti, ada baiknya didiskusikan bersama pihak pengantin wanita terlebih dahulu.
Setelah ditentukan, barang2 seserahan akan diletakkan ataupun dikemas dalam nampan2 yang berjumlah genap, biasanya maksimal berjumlah 12 nampan. Pemilihan barang2 dalam serahan juga tergantung masing2 keluarga.
D. Pada Tradisi Lain, Ada Juga yang Menambahkan :
1. Kaca, artinya kedua mempelai dapat berefleksi pada diri mereka masing-masing sehingga tidak saling menuntut.
2. Uang-uangan dari emas, yang biasanya ada karakter 福 (Fú), yang artinya hoki atau keberuntungan.
3. Dua bundel pita dengan karakter huruf Hanzi 囍; dibaca Suang Hie (Shuangxi, 双喜); yang berarti double happiness, bermakna agar terus bahagia sampai tua nanti.
Untuk buah-buahan sendiri, ada beberapa macam buah khusus yang memiliki arti, seperti :
1. Buah atep yang merah, artinya agar tetap langgeng sampai kapan pun.
2. Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya bahagia, banyak sahabat dan keturunan.
3. Buah leket, artinya agar lengket sampai kapan pun, hubungannya selalu intim.
4. Buah pala, artinya kedua mempelai akan terus berjalan lurus, baik-baik saja.
“Sebenarnya, makna dari dilakukannya tradisi sangjitan adalah diharapkan agar suami-istri kelak akan saling berbagi suka & duka sampai akhir hayatnya nanti”
Hal yang menarik dari proses Sangjit ini adalah setiap hal yang dipersiapkan dan proses yang dijalankan memiliki maknanya masing2. Tradisi Sangjit diatas hanyalah sekedar tradisi saja.
Dilakukan atau tidak, juga sebenarnya tidak menjadi permasalahan; mengingat sekarang jaman sudah semakin modern, yang menuntut orang untuk bisa melakukan segala sesuatu dengan lebih simple/praktis, yang penting sekenanya saja.
Apalagi jika salah satu pasangan pernikahan bukan berasal dari etnis tionghoa, bisa menjadi rumit apabila tetap dipaksakan untuk diterapkan 100%.
Acara Sangjit juga biasa disebut 订婚吃喜糖 (Dìnghūn chī xǐtáng). Sebagai catatan, hal-hal yang dipersiapkan dalam tradisi sangjit ini kadang berbeda satu sama lain; mengikuti kebiasaan/adat daerah masing-masing; juga kadang tergantung kemauan dan kemampuan dari keluarga kedua mempelai!
Baca juga : Inilah 8 Tahapan Prosesi Sangjit Bagi Yang Ingin Menikah!
Segala macam item dan perlengkapan dalam list diatas hanya sebagai contoh yang umum saja, dan TIDAK BERSIFAT MUTLAK. Semoga informasi seputar Sangjit ini dapat sedikit membantu bagi pembaca yang berencana akan segera melangsungkan pernikahan.
Happy Wedding Planning!
Semoga Anda berbahagia hingga hari tua, sampai rambut memutih bersama! 白头偕老 (báitóu xiélǎo)!
Halo , maaf temen2 mau nanya .. Kalau ada yg tau tolong kasih info .. Kira2 boleh gak ya prosesi sangjit dilakukan sekarang tapi prosesi pernikahannya kira2 4 tahun lagi ? Terima kasih
Halo Felicia Lily,
Umumnya setelah sangjitan, paling lama setahun sudah harus melaksanakan pernikahan resmi.
4 tahun rasanya terlalu lama bagi anda & pasangan anda untuk menunggu tanpa ada ikatan status yang jelas.
Tolong tanya.
Apa ada ketentuan jumlah keluarga pihak mana yg seharusnya lebih banyak di tingjing?
Karena. Pihak pria minta diadakan tingjing.
Tetapi keluarga dr pihak perempuan itu dari luar pulau/kota semua. Sehingga pihak perempuan cuma ada ortu dan adik laki saja 1.
Sedangkan pihak pria banyak sekali. Dari sisi ayah paman2 dan tante2nya 11 bersaudara.
Mohon pencerahannya.
Terima kasih atas penjelasan nya..
Pas bgt lagi cri tau tentang sangjit..
Oh ya ada yg tau ga ya biasanya kalau dalam pernikahan
Kalau keluarga pria yg pesta seluruhnya apakah pihak wanita di batasi dalam undangan?
Krna sbnernya kluarga saya termasuk kluarga besar dr kedua orng tua.
Dan mertua laki” saya dr kalimantan
Thanks
Siap Herman Tan .. Thanks buat ucapan selamat nya Gbu
Thanks infonya blog Tionghoa dan Herman Tan atas pencerahannya .. Saya sendiri sangat kagum atas penjelasan nya dan saya bulan September nanti akan melaksanakan pernikahan dengan keturunan etnis Tionghoa ..Gbu all
Oke selamat menempuh hidup baru, Puguh! Yang terpenting ingat jangan terikat dengan aturan2 baku diatas; karena hanya merupakan referensi saja.
@ melissa:
19 July 2015 at 2:34 AM
Di dalam praktik kebudayaan Tionghoa yang sudah berjalan lebih dari 7000 ribu tahun. Sangat jarang ceritanya calon istri yang datang ke rumah calon suami.
Walaupun keluarga calon suami mungkin lebih makmur & sejahtera dari keluarga calon istri, namun tidak sepantasnya pula keluarga calon istri merendahkan derajat martabat keluarganya sendiri.
Makna seserahan itu sendiri mengandung arti bahwa keluarga dari pihak lelaki bersedia untuk menanggung kehidupan istrinya di masa yang akan datang.
Bahkan, walaupun kondisi ekonomi dari keluarga calon suami yang jauh lebih rendah derajatnya (miskin) dari ekonomi keluarga calon istri, adalah merupakan suatu kebanggaan bagi calon suami untuk datang melamar kepada keluarga calon istri.
Ingat, di dalam budaya Tionghoa yang harus datang melamar kepada keluarga istri adalah dari pihak suami & keluarganya, bukannya suami yang melamar langsung kepada istri seperti yang umum dilakukan oleh orang barat, atau seorang calon istri yang datang melamar & memberikan seserahan (mahar) kepada calon suami seperti yang ada di budaya Arab.
Walaupun kehidupan sehari-hari calon suami pas-pasan tingkat ekonominya, namun untuk acara lamaran pernikahan, dia akan datang ke rumah calon istri dengan pakaian terbaikya dan di gotong di atas tandu disertai iringan kuda & musik dan bersikap seperti seolah-olah seorang raja walaupun hanya 1 hari saja.
Inilah yang disebut sebagai mianzi 面子 (harga diri menjaga muka).
Keluarga istri yang kebetulan tingkat ekonominya sangat sejahtera & makmur (kaya-raya)harus “tahu diri” untuk menjaga mianzi 面子 dari pihak suami. Hal ini berlaku seterusnya setelah acara pernikahan usai dan di dalam menjalankan kehidupan ber-rumah-tangga di masa yang akan datang.
Keluarga istri harus selalu menjaga “kehormatan & harga diri” dari pihak suami & keluarganya baik di dalam maupun di luar keluarga.
Begitu juga dari pihak suami yang kebetulan tingkat ekonominya jauh lebih sejahtera & makmur dibandingkan status ekonomi keluarga istri harus selalu menjaga “kehormatan & harga diri” dari pihak istri & keluarganya baik di dalam maupun di luar keluarga.
Hindarilah perilaku berkeluh-kesah meributkan status ekonomi dari pihak suami/istri yang kebetulan lebih rendah (miskin) derajatnya dari keluarga istri/suami.
Seringkali perilaku buruk istri & keluarganya yang selalu mencela & merendahkan derajat pihak suami akan berakibat perceraian di kemudian hari.
Nampaknya pihak EO sama sekali tidak mengerti apapun mengenai Tionghoa. Hal ini sangat berbahaya. Sudah bukan Tionghoa tapi malah mencoba untuk mengajarkan Tionghoa kepada orang Tionghoa.
Sebaiknya untuk acara-acara penting seperti acara pernikahan dapat ditanyakan langsung kepada pihak yang memang mempraktikkannya. Coba cari tahu lebih lanjut & bertanya ke kelenteng terdekat.
Note:
Fundamentally “face,” or “Mian Zi”(面子), represents a person’s reputation and feelings of prestige (both real AND imagined) within their workplace, society, their family unit and among their friends.
=Tan=
Hai , mau tanya.. kalau pihak cewe yang masuk ke rumah pria , apa pihak pria juga wajib beli barang sepertu dompet,sepatu, sabuk, baju ? Soalnya dari pihak Eo cuma menyarankan kalau pihak cewe aja yang bawa barang2 tersebut termasuk koper 2pcs .. dan apakah barang2 seserahan di serahkan pada waktu hari H itu tidak masalah ?
Halo, melissa,
Jujur, sangat jarang pihak wanita yang masuk ke rumah pria (melamar). Kalau menggunakan jasa EO, silahkan diskusikan saja dengan mereka bagaimana baiknya.
Demikian info
hi, aku mau nanya dong, apkh pada saat san jit ortu cowok n cowoknya boleh ikut hadir dan menyerahkan sesrahan, trus yg akan terima seserahan itu, ortu cewek n ceweknya juga menerima seserahannya, thx ya, ditunggu infonya
Mau tanya biasa kain merah brli dimna? Berapa harganya..
Halo sasa,
Kain merah untuk apa dulu nih? Banyak jenis kain merah yang digunakan dalam tradisi dan budaya tionghoa. Utamanya sebagai penutup meja sembahyang, jika benar yang dimaksud, beli di toko / peralatan sembahyang daerah anda. Atau bisa gunakan kain merah biasa polos/tanpa motif.
Demikian info
hi, min 🙂
Maaf min, ada yg mau saya tanyakan mengenai seserahan,
1). Untuk seserahan sebagian yg dikembalikan ke pihak pria itu terdiri dari apa saja ya?
thank’s 🙂
Sedikit tambahan informasi:
1. Setelah keluarga calon Suami menyerahkan Serahan kepada keluarga calon Istri, maka kemudian seserahan tersebut dibagi menjadi dua bagian sama rata oleh keluarga calon Istri.
Semua Seserahan baik itu uang angpao (uang susu, uang pesta, dll), buah-buahan, makanan, manisan, minuman, dll di bagi seluruhnya 1/2 bagian sama rata.
Pengecualian khusus untuk Seserahan pakaian: Seserahan pakaian+perhiasan wanita disiapkan oleh keluarga Pria untuk Keluarga Wanita.
Keluarga Wanita juga harus menyiapkan pakaian+perhiasan untuk Pria (sisir, dompet, ikat pinggang, dll).
Kemudian saat keluarga calon Istri menyerahkan kembali 1/2 bagiannya maka sebagai pengganti pakaian+perhiasan Wanita yang diterima sebelumnya, diberikan pakaian+perhiasan Pria kepada keluarga calon Suami.
Apabila Seserahan tsb dibungkus maka setelah dibuka dan dibagi 1/2 bagian kemudian dibungkus kembali seperti sedia kala.
2. Kemudian 1/2 bagian Seserahan tersebut akan dikembalikan lagi dari keluarga calon Istri kepada keluarga calon Suami.
3. Keluarga calon Suami harus menerima kembali 1/2 bagian tersebut dari keluarga calon Istri.
Makna yang terkandung di dalam praktik Sangjit tersebut adalah:
1. Bahwa keluarga Suami bersedia bertanggung-jawab secara penuh atas kehidupan Istrinya di masa yang akan datang.
2. Keluarga Istri menghargai atas niat baik tersebut dengan menerima Seserahan tersebut.
3. Karena keluarga Istri juga tidak ingin membebani sepenuhnya kepada keluarga Suami maka kemudian Seserahan tsb dibagi 1/2 dan dikembalikan kembali kepada keluarga Suami.
4. Keluarga Suami kemudian memakluminya dan sepakat dengan niat baik dari keluarga Istri tsb dengan menerima kembali 1/2 bagian Seserahan tsb dan membawanya kembali pulang.
Hallo admin, pengen nanya nih….
1.klo lamaran n sanjit disatuin boleh ga? Soalnya lamaran dan pesta nya ad jarak 1 taun, spy ngirit juga
2.wajib ga aturannya memberikan sekaligus uang pesta dan uang susu? Sepengetahuan sy cm uang susu dan berapa kira2 untuk besaran uang susu tsb?
3.terakhir, punya tips ga untuk nentuin hari baik
Thx admin
Hi, numpang tnyk donk, dimana saya dapat beli keranjang seserahan yg bentuknya jaman dahulu, tdk ada burung hong ataupun naga. Alias polos. 3tingkat, bekas pakai utk perkawinan org dan juga kecil kurang lebih 13cm diameter. Bahan terbuat dari rotan. Mohon sy d hubungi bila ada yg tahu dmn sy dpt mendapatkannya ya. Trims
Mau tny kalau saya mau melangkahin kakak perempuan saya ap yang hrs saya berikan ya? Bbrp bilang klo melangkahi kakak perempuaan tidak baik..kemudian mengenai uang susu it biasany jmlhny brp yah?mohon infonya ..terimakasih
Wah info yang sangat bagus! Saya seorang wedding organizer, dan pernah melaksanakan tata cara sangjit di kota saya sendiri. Walau memang agak sedikit berbeda dan tidak sekompleks diatas.
Memang benar karena pembaruan Budaya, biaya dan praktis non praktis, tentunya akan terjadi penyesuaian juga dari tradisi awal nya.
Keep your good awesome blog.
oya, kelupaan.. kalau mempelai wanita masih memiliki nenek (baik dari pihak ayah maupun ibu), mempelai pria wajib memberikan 1 rantang terpisah berisi pia pengantin, buah-buahan dan kue-kue bagi apho/ anggen ini.
hai, admin, sekedar info tambahan, di makassar acara sangjit disebut hampir sama dengan surabaya. Ting ching, ting fen. Kadang-kadang juga disebut ‘song ping’ – mengantar kue, karena pada hari tersebut mempelai pria juga mengantar pia pengantin ke pihak wanita.
di mks mayoritas tionghoanya adalah suku hokkian (fujian) dan kanton (guangdong). untuk suku kanton, pada saat tingfen, mempelai pria juga wajib memberikan 1 ekor babi panggang kepada mempelai wanita. namun saat ini, ada juga yg memberi ‘mentahnya’ saja dalam bentuk angpao (dengan alasan rempong bawa 1 ekor babi dan harus dipotong” sebab bagian kepala serta ekor mesti dikembalikan ke mempelai pria, wanita hanya mengambil bagian tengahnya saja).
pada hari ting fen, pengantin pria dan wanita belum memakai pakaian pengantin ‘resmi’. jadi biasanya memakai pakaian/ gaun lain – umumnya warna merah, tergantung sukanya pilihan kedua mempelai.
seserahan yg diberikan pengantin pria, akan dibalas pihak wanita. kalau dalam adat kanton seperti yg saya lihat (karna saya orang kanton), pia pengantin akan diambil hampir seluruhnya oleh pihak wanita (biasanya sudah dibicarakan jumlahnya pada saat lamaran). mempelai wanita biasanya membalas hantaran dengan kue bolu, cake, buah-buahan (baik segar maupun kalengan), siomai, kue kelapa ditaburi wijen, bakpao.
pada hari yg sama pihak wanita akan ke rumah mempelai pria untuk mengantar barang-barang cia cuang (mas kawin dan barang-barang pengantin wanita)serta menghias kamar pengantin. pada prosesi ini, wanita hamil, janda/duda dilarang menyentuh tempat tidur pengantin. namun di masa sekarang, ada juga yg tidak lagi melaksanakan prosesi mengantar cia cuang ini (termasuk saya, dengan pertimbangan lebih baik mendekor kamar sendiri sebab kalau orang lain yg dekor dan menaruh barang-barang kita, nanti kita atau calon suami gak tau diletakkan dimana…). atau karena barang cia cuangnya sedikit (sebab sebagian barang telah tersedia di rumah calon suami). suka-sukalah, tidak wajib.
mengenai uang susu dan uang pesta, di keluarga saya rata-rata hanya mengambil sebagian, sisanya dikembalikan. alasannya, supaya tdk dianggap ‘menjual anak perempuan’. Mengenai turut campur urusan keluarga anaknya secara adat memang sudah tidak. tapi untuk hal-hal penting menyangkut anak perempuannya, seyogyanya mereka pun patut tahu.
Sekarang, upacara tepai di pihak wanita bisa diadakan pada saat ting fen. pengaturan ini supaya di hari H, tidak lagi kejar-kejaran waktu. apalagi kalau jam baiknya mepet sekali. jadi di hari H tinggal tepai di keluarga mempelai pria saja.
untuk tulisan yi kui dan yen ol, kalau di mks baru akan ditempel diatas pintu rumah pagi pada hari H. (biasanya jam 6 pagi). dan untuk adik yg menikah melangkahi kakaknya umumnya si kakak wajib diberikan pakaian. dan di pintu rumah digantung kain celana (untuk membuat celana kain, bukan celana dalam). untuk menggantung kain celana ini juga berlaku jika si kakak sudah almarhum (misalnya meninggal ketika masih kecil atau belum menikah).
demikian tambahan dari saya. semoga bisa menambah wawasan 🙂
Terima kasih banyak atas tambahan nya, Merlin. Semoga bisa menjadi referensi buat pembaca yang lain juga ya 🙂
Ko Herman sy mau nanya, apakah boleh sy ajak anak dan calon menantu ke kuburan kung2 popo nya yg sdh meninggal sebelum acara sangjit bln ini, dan acara pernikahan bln depan untuk minta doa restu dan kenalin calon menantu sy. Apakah pamali? Tks infonya
Ada fotonya kan? Sembahyang dirumah saja, dimeja sembahyang keluarga.
Lagipula, yang bertanggung jawab atas pernikahan anak, adalah orang tua, bukan kakek/neneknya.
Mau nanya.. Klo adat hokkian apa pihak pria juga membawa 2 botol champagne / wine?? Kalau ia, pihak wanita membalas dgn apa?
Soalnyaa pernah dgr ada yg blg diambil 1 botol aja lalu dikembalikan 1 botolnya, tp ada jg artikel menuliskan klo diambil semuanya dan dibalas dgn sirup merah 2 botol (sprt yg si tulis di artikel di atas)
Jd bgng yg mana yg benar ya”? Dan tradisi bw wine/champagne itu apakah mmg tradisi utk semua suku hokkian, kanton , dll atau gimana?
Sy sendiri hokkian, calon suami kanton, tp rencana sangjitan kami mengikuti adat hokkian, mohon infonya
Halo Karina,
Mau dikembalikan 1 atau ditukar dengan 2 botol sirup merah sama saja, intinya adalah apabila keluarga wanita mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tak akan ada hubungan lagi antara si pengantin wanita dan keluarganya. Namun bila keluarga wanita mengembalikan separuh (atau bisa juga menukarnya dengan jumlah yang sama namun jenis yang berbeda) dari barang-barang tersebut ke pihak pria artinya keluarga wanita masih bisa turut campur dalam keluarga pengantin.
Tradisi membawa campagne itu dari Hokkian. Saran kita, kalau mau ikut adat mana sebenarnya sama saja; semua bisa diatur/disesuaikan sesuai dengan yang diinginkan dan jangan terlalu terpaku dengan aturan main barang2 diatas. Happy weeding ya!
Demikian info
Hai, menarik sekali infonya
kebetulan saya akan segera mengadakan sangjit.
Tapi boleh tanya ga? Bukannya uang susu itu biasanya diambil 1/2 ya? Karena 1/2 lagi utk mama dr mempelai pria. Boleh tau ga yg bnr yg mana? diambil keseluruhan atau hanya 1/2 nya saja?
Lalu kalo tradisi tea pai, bolehkan diadakan pada saat acara pesta pertunangan (pesta yg diadakan pihak wanita)
Terima kasih.
Halo Felicia, mengenai uang susu biasanya diambil 1/2. Tea pai bukan diadakan pada saat pertunangan, tapi sesaat sebelum/sesudah pemberkatan nikah; dan itu bukan diadakan oleh pihak wanita tetapi kesepakatan dari kedua mempelai apakah akan melangsungkan tea pai ceremony atau tidak. Pesta pertunangan itu namanya sangjit (hantaran/lamaran), ada artikelnya diatas sudah jelas, silahkan baca kembali lebih jelasnya.
Xie xie.
Di Surabaya, etnis tionghoa menyebut sangjit itu tingjing (dispell suara huruf T, ga pakai Han yin Pin Yin), kalo pesta yang diadakan pihak perempauan dan tidak memakai baju pernikahan disebut ting fen/pesta pertunangan. Terimakasih info tradisi Tionghoanya,
Orang tua melarang seorang anak yang ketika ingin menikah harus melangkahi kakaknya adalah hal yang banyak sekali dijumpai pada masyarakat kita. Keadaan yang di satu sisi bisa dipahami, karena mungkin orang tua tak mau melukai hati anaknya yang dilangkahi oleh adiknya.
Biasanya anak perempuan lebih dijaga perasaannya oleh orang tuanya, daripada anak laki-laki. Apalagi ketika yang berniat melangkahi menikah adalah adik laki-laki, sering sekali orang tua akan melarangnya karena khawatir dengan label yang akan diberikan Masyarakat kepada anak perempuannya, seperti tidak laku, perawan tua, kasihan dilangkahin adiknya dan lain-lain.
Banyak kejadian juga si Kakak dengan ikhlas hati merelakan adiknya menikah tapi orang tua tidak setuju. Jadi inilah yang mendasari perlu ada ‘prosesi’ khusus bagi kakak dari mempelai pria/wanita yang ingin dilangkahi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi cap negatif maupun efek negatif yang akan timbul nanti.
Sebenarnya ada banyak versi untuk ‘melangkahi’ saudara. Yang paling ekstrim, misalnya adalah dengan menggantung (maaf) celana dalam (ntah baru atau bekas tapi dapat info begitu) di pintu rumah bagi siapa saja dari kedua mempelai yang mempunyai saudara tuanya dirumah.
halo saya mau sangjit minggu depan tapi saya bingung dan diatas tidak ada disebutkan kalau yang dilangkahi itu kakak (laki2) dari mempelai pria. Apakah dari pihak mempelai wanita harus menyiapkan 1 stel pakaian juga sebagai pelangkah pada saat sangjit?
Karena ada teman saya laki2 dan dia dilangkahi oleh adik laki2nya tapi hadiah pelangkah diberikan pas hari h dan itu yang memberi adik dari mempelai pria.
Thanks
Halo Etha, blog Tionghoa.INFO mengucapkan banyak selamat ya atas akan dilangsungkan nya sangjitan anda minggu depan. Semoga berjalan lancar.
Pada dasarnya acara sangjit adalah lamaran keluarga laki-laki pada keluarga perempuan. Tentu kedua keluarga sebelumnya harus cari info dahulu siapa kakak/adik dari masing-masing keluarga yang belum menikah, namun akan ‘dilangkahi’.
Jadi jawabnya : Ya. Prosesnya sama seperti akan melangkahi kakak dari mempelai wanita.
halo semua, pingin nanya nih, apa boleh sangjit itu dilakukan 8 bulan sebelum wedding day? karena kita berdua tinggalnya diluar negri, dan tgl pulang kita itu cman bisa di imlek… PS: wedding day itu akan dilaksanakan diluar negri
Kurang tahu, sory soalnya penulis juga belum nikah 🙂
Tapi harusnya tidak masalah kapan sangjitan mau dilakukan. Itu cuma tanda jadi saja.
Boleh minta masukan & info nya ya? Saya kebetulan bukan orang tionghoa, tetapi pasaangan saya adalah tionghoa. Hal yg ingin saya tanyakan :
1. Apakah pada umumnya seorang pria tionghoa diperbolehkan oleh orang tua nya untuk menikahi wanita non tionghoa?
2. Pada saat akan dipertemukan dg keluarga besar, hal2 apa saja yg perlu saya pelajari ttg kebiasaan orang2 tionghoa ketika makan bersama? Saat ini, pasangan saya mengajarkan sedikit2 bahasa mandarin minimal supaya sedikit nyambung ketika berkumpul.
3. Tradisi sangjit yg dibahas di atas, apakah juga berlaku jika mempelai wanita non tionghoa?
Saya katakan kepada pasangan, jika kami memang sudah digariskan jodoh, saya akan belajar bnyk budaya tionghoa supaya dapat mengajarkan kepada anak2 nantinya. Khususnya bahasa. Karena tentunya inilah harapan setiap org tua tionghoa menginginkan jodoh anaknya sesama tionghoa. Supaya budaya nya tidak luntur.
Terimakasih atas saran & masukannya
Halo stella judith,
1. Jawabnya Ya. Seorang pria atau wanita keturunan Tionghoa bebas memilih pasangannya, termasuk dari non Tionghoa. Namun perlu diingat, di era sekarang masih ada saja sebagian orang yang berpikiran kuno, yang masih membanding bandingkan antara etnis keturunan dan pribumi, jadi dalam hal ini relatif tergantung bagaimana keluarga ybs.
2. Tidak ada hal-hal khusus dalam acara makan bersama, semua ikuti umum saja, seperti mempersilahkan yang tua lebih dahulu mengambil. Orang Tionghoa juga tidak banyak aturan kalau makan, biasa saja, bukan petinggi yang banyak protap. Soal bahasa itu relatif juga. Jangan paksakan diri stella untuk menguasai bahasa Tionghoa, kecuali minat dan ingin. Salah-salah malah stella sendiri salah ucap kata malah jadi tidak enak.
3. Sangjit dilakukan mempelai pria; sebagai acara lamaran/tunangan. Maksudnya gimana nih kalau mempelai non tionghoa? Begini, ini tergantung pembicaraan antar keluarga aja. Misalnya keluarga pria tionghoa tapi wanitanya non tionghoa, tentu akan ikut adat suami yakni pakai sangjit. Kalau pria nya non tionghoa, sedangkan wanitanya tionghoa, ini juga bisa ikut pakai sangjit kalau keluarga mempelai wanita meminta, dan keluarga mempelai pria tidak keberatan. Komunikasi saja.
Orang tionghoa di Indonesia tidak mengeksklusifkan diri terlalu berlebih, kita malah ikut mengakulturasikan budaya tionghoa bersama budaya lokal. Kalau stella ingin belajar budaya tionghoa, tentu kita salut. Soal bahasa, sah sah saja untuk mengajarkan pada anak, mengingat sekarang selain bahasa inggris, bahasa mandarin juga merupakan salah satu bahasa wajib internasional.
Demikian info dan salam hangat
sebenarnya sya ingin lebih tahu mengenai suku dari tionghoa, ya wlaupun sya orang pribumi ingin mempererat silaturahmi dan persaudaraan karena menurut pandangan sya sku tionghoa dan asli INA sperti ad perbedaan ya sperti jaga jarak gitu.
jadi pertanyaan sya apkah sya bisa lebih mengenal sku tionghoa lebih dekat..??
Halo Muh Nurcahyadi,
Faktanya ada sebagian orang Tionghoa yang memang sengaja mengeksklusifkan dirinya. Mungkin mereka merasa kaya karena punya perusahaan besar, dan menganggap kaum pribumi (fankui) itu (maaf) adalah bawahan. Tidak sedikit juga yang trauma akibat G30SPKI dan Mei 1998 hingga mereka menjaga jarak. Ini bisa dimaklumi, dan ini relatif tergantung masing-masing individu. Tapi kebanyakan dari orang Tionghoa sendiri sudah membaur, bahkan mengakulturasikan budayanya dengan budaya lokal, kawin campur, dsb.
Sebaliknya, bagaimana juga sikap masyarakat asli Indonesia untuk menerima perbedaan di negeri ini? Kalau semua bisa saling menghormati, alangkah bagusnya. Tidak ada yang melarang anda untuk mengenal suku Tionghoa lebih dekat, tergantung bagaimana cara pembawaan Muh Nurcahyadi.
Hai.. kebetulan sekali saya sedang mencari info mengenai tradisi pernikahan tionghoa. kalau untuk adat lamaran ada tidak ya? karena lamaran kan juga harus membawa barang-barang seperti kue lapis, kue mangkok dan sebagainya.
Sharing info yang menarik. Tapi menurut saya, ada beberapa hal yang mungkin sedikit berbeda dengan yang saya ketahui.
Sekedar share biar menambah wawasan kita semua.
Uang susu biasanya diambil semua oleh pihak mempelai wanita, sebagai balas jasa kepada ibu mempelai wanita yang telah membesarkannya. Namun ada juga pihak mempelai yang cuma mengambil 1 lembar, sebagian, atau bahkan tidak mengambil sama sekali. Itu tergantung pada pihak mempelai wanitanya.
Uang pesta kebanyakan pihak mempelai wanita tidak mengambilnya, ada juga yang mengambil sebagian, 1 lembar, ada juga yang mengambil keseluruhan. Itu tergantung pada pihak mempelai wanita.
Alasan utama mereka tidak mengambil uang tersebut adalah masalah kehormatan keluarga. Bukan agar masih bisa turut campur dalam keluarga mempelai.
Apabila uang pesta dan uang susu diambil semuanya, bagi mempelai wanita, menurunkan derajat kehormatan karena pihak mempelai pria bisa beranggapan bahwa pihak mempelai wanita serakah, bahkan telah ‘menjual’ anaknya.
Masalah turut campur dalam keluarga mempelai, dalam adat Tionghoa, setelah menikah, wanita dinyatakan sudah keluar dari rumah orang tuanya, dan masuk menjadi anggota baru di keluarga suaminya. Dan itu jelas bahwa pihak mempelai wanita secara adat tidak bisa lagi turut campur dalam pernikahan karena itu sudah menjadi urusan pihak mempelai pria.
Itulah sebabnya sebelum melangsungkan acara pernikahan, pihak mempelai wanita akan menyeleksi dan menyelidiki terlebih dahulu latar belakang dan sejarah keluarga pihak mempelai pria.
Prosesi seserahan sebenarnya merupakan upaya dari pihak mempelai pria untuk menyenangkan pihak mempelai wanita, sekaligus sebagai upacara pemenuhan syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak mempelai wanita agar dapat dipersunting oleh mempelai pria. Syarat-syarat tersebut bisa saja termasuk di dalamnya makanan, minuman, arak, dan sebagainya. Tergantung yang ditetapkan oleh pihak mempelai wanita ketika prosesi lamaran, bisa saja ada item yang ditambahkan atau dihilangkan oleh pihak mempelai wanita. Contoh, ada juga pihak mempelai yang tidak meminta arak, atau yang lainnya.
Dalam adat Tionghoa juga, setelah prosesi sangjit, sebenarnya mempelai wanita sudah resmi menjadi istri mempelai pria, itu ditandai dengan ditempelkannya kertas merah diatas pintu rumah, yang bertuliskan Yi Gui (semoga saya tidak salah tulis), yang berarti “Sudah Kembali”, yang diartikan bahwa mempelai wanita sudah kembali ke tempatnya seharusnya, yaitu di rumah suaminya.
Pada prosesi Sangjit juga diadakan upacara sembahyang kepada leluhur, sebagai bentuk permohonan izin dan restu.
Mengenai resepsi pernikahan, zaman dahulu dilaksanakan 2 kali. 1 kali oleh pihak mempelai wanita, 1 kali oleh pihak mempelai pria. Apabila kondisi ekonomi pihak mempelai wanita tidak bagus, atau ada halangan lain (misalnya, ada kedukaan dalam waktu dekat), maka pihak mempelai wanita tidak mengadakan resepsi atau pesta. Ketika pesta yang diadakan oleh pihak mempelai wanita (di Indonesia biasanya dikenal dengan pesta pertunangan), kedua mempelai tidak mengenakan baju pengantin, diganti dengan baju berwarna merah.
Di Indonesia, sudah menjadi suatu kebiasaan bahwa kedua pihak mempelai mengadakan pesta secara bersama-sama, dan itu dituliskan dalam undangan yang disebarkan.
Di zaman modern pula, seiring dengan menguatnya pengaruh agama dalam sistem sosial, orang-orang juga melangsungkan upacara keagamaan atau dikenal dengan istilah akad nikah, sesuai dengan agama masing-masing. Bahkan belakangan ini menjadi sebuah hal yang wajib, meskipun sebenarnya urusan pernikahan sudah ada jauh sebelum manusia mengenal agama. (Sorry, not SARA talk). Begitu juga dengan pencatatan di catatan sipil, bukan bagian dari adat, melainkan bagian dari pencatatan kependudukan negara.
Halo Jemmy. Terima kasih sudah menambahkan penjelasan yang sangat baik ini pada artikel tentang sangjit diatas. Semoga makin bisa memberikan referensi pada pembaca.
Setiap daerah berbeda, keturunan tionghoa yg menetap dimedan, bangka, jakarta, tangerang dll biasanya memang terjadi sedikit perbedaan…kalau saya sendiri lbh mirip tatacaranya dengan saudara jemmy. Cuma kalau ditangerang, pantang bagi yg belum menikah melihat bahkan mengikuti acara sangjit dan lamaran, kecuali mempelai wanita. Mempelai pria masuk kermh mempelai wanita hanya saat sudah selesai acara sangjit, atau pas ramah tamah makan dan minum teh. Untuk yg membawa nampan juga yg sudah menikah. Just info
Mau merit ya Mas Bro ?
Engga bro cuma share info aja.
Siapa tahu ada yang membutuhkan informasi tentang prosesi SANGJIT ini.
itu lilin bukannya 2 pasang?
apa saja yang perlu disiapkan oleh mempelai wanita?barang2 yg akan diberikan ke mempelai pria itu waktu sangjit atau keceng?
apa sangjit sama dengan keceng?